Golongan Pengrajin dan Pedagang Kecil Golongan Pedagang Besar

Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa 62 cenderung untuk mendayagunakan kekuatan magis guna mempengaruhi kekuatan kosmos yang irrasional. Itulah sebabnya kaum petani pada umumnya mempunyai kecenderungan religius lebih besar daripada kelompok manusia dari lapisan sosial lain. Semangat religius ini dapat kalian lihat dalam pengadaan sejumlah upacara pesta pertanian dari mulai penanaman sampai masa panen merupakan peristiwa penting yang tidak boleh terlewatkan. Misalnya, kaum petani di Indonesia mengadakan selamatan pada waktu menanam benih dan pada waktu panen. Orang Jawa menyebut ini wiwit mulai pemotongan padi yang diadakan untuk menghormati Dewi Sri yang dipercayai sebagai pelindung kesuburan sawah dan ladang. Jalannya upacara dan jenis yang dikorbankan serta doa yang diucapkan bervariasi menurut tempatnya. Pesta pertanian ini dapat juga ditemui pada bangsa Yahudi zaman bahari yang tercatat dalam Kitab Suci mereka Perjanjian Lama. Mereka mengadakan pesta massot atau pesta Roti Tak Terbagi atai Pesta Paska. Pesta ini dirayakan selama 7 hari dan selama itu mereka makan roti tak berbagi yang dibuat dari bulir yang baru dipetik sebagai tanda permulaan baru. Dalam perkembangannya di Indonesia setelah masuknya agama wahyu, golongan petani ini banyak yang kemudian menjadi seorang kyai, mubaligh, atau pendeta.

2. Golongan Pengrajin dan Pedagang Kecil

Golongan ini hidup dalam situasi dan kondisi yang berbeda dengan golongan petani. Golongan ini kurang berinteraksi dengan permainan hukum alam. Hidup mereka lebih didasarkan atas landasan ekonomi yang memerlukan perhitungan rasional. Tuntutan hidup yang mereka hadapi dalam situasi dan kondisi non agraris ditanggapi dengan cara dan gaya tersendiri bukan menyandarkan diri pada kedermawanan alam yang datang terlambat dan tidak menentu melainkan dengan perencanaan yang teliti dan pengarahan yang pasti. Menurut Weber yang mempelajari sejarah agama yang berlaku pada zamannya agama Kristen, Yahudi, Islam, Hindu, Budha, Taoisme, dan lain-laian golongan ini suka menerima pandangan hidup yang mencakup etika pembalasan. Mereka menaati kaidah moral dan sopan santun dan percaya bahwa pekerjaan yang baik dilakukan teliti dan tekun akan membawa balas jasa yang setimpal. Namun akhirnya agama yang mereka pilih adalah agama etis yang rasional unsur emosi tidak memainkan peranan penting. Di unduh dari : Bukupaket.com Fungsi Perilaku Agama dan Kepercayaan 63

3. Golongan Pedagang Besar

Pada umumnya golongan ini mempunyai jiwa yang jauh dari gagasan tentang imbalan moral. Sepanjang sejarah manusia kelas ini dikuasai oleh orientasi keduniawian yang menutup kecenderungannya kepada agama yang profetis dan etis. Semakin besar kemewahan mereka semakin kecil hasrat mereka terhadap agama yang mengarah kepada dunia lain. Namun sebagai gantinya mereka tidak keberatan memberikan bantuan uang atau barang untuk kemajuan agama yang mereka anut meskipun dalam jumlah kecil. Selanjutnya kegiatan yang diperlukan untuk pengembangan agama mereka serahkan kepada orang lain. Hal ini dapat kalian liha pada perkembangan masyarakat modern munculnya lembaga-lembaga zakat atau yayasan-yayasan yang tujuannya untuk dialokasikan bagi kepentingan umum menjadi sarana menarik bagi golongan ini pengusaha. Dana-dana ini kemudian digunakan untuk pembangunan sarana peribadatan, sekolah maupun rumah-rumah panti asuhan.

4. Golongan Karyawan