Cara Berpikir Induktif Cara Berpikir Deduktif

Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi 187 Beberapa hal penting mengenai studi kualitatif antara lain: 1 Studi kualitatif mempunyai latar belakang alami. Studi akan menghabiskan banyak waktu di daerah studi untuk mengamati dan memahami permasalahan secara mendalam. Orang yang melakukan studi terjun langsung dan tinggal di lapangan agar bisa memahami konteks yang ada. Perilaku akan lebih mudah dipahami apabila dilakukan observasi langsung di daerah kejadian. 2 Studi kualitatif bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata atau gambar daripada data dalam ujud angka- angka. Laporan yang ditulis sering mengutip data dalam rangka menunjukkan sesuatu yang dihadapi. Studi kualitatif memiliki asumsi bahwa dalam studi tidak ada teka teki yang lepas sama sekali dari konteksnya. Sesuatu hal pasti ada kaitannya dengan hal lainnya kalau dipelajari secara menyeluruh. Misalnya; Mengapa di malam yang dingin ada lelaki yang merasa kepanasan? Mengapa dimalam yang dingin ada orang yang tidur di luar rumah? 3 Studi kualitatif lebih menekankan proses daripada produk. Biasanya studi kualitatif menjawab pertanyaan “bagaimana” atau “mengapa”. Misalnya; Bagaimana sikap anggota masyarakat terhadap masyarakatnya? Jawaban terhadap pertanyaan itu akan mempengaruhi perilakunya terhadap masyarakatnya. Pertanyaan jenis ini menghendaki jawaban yang mengambarkan proses, bukan hasil. 4 Studi kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif.

6. Cara Berpikir Deduktif dan Induktif

a. Cara Berpikir Induktif

Studi kualitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir induktif. Cara berpikir induktif adalah cara berpikir yang didasar pada data-data dalam ruang lingkup kecil untuk menghasilkan generalisasi teori umum. Cara berpikir induktif adalah cara berpikir dari khusus ke umum, dimana kejadian, gejala dan fenomena khusus, diteliti dan diolah untuk menghasilkan teori umum. Studi kualitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir induktif. Orang yang melakukan studi terjun ke lapangan secara langsung, mempelajari proses atau penemuan yang terjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan, melaporkan dan menarik generalisasi kesimpulan dari proses tersebut. Pada akhirnya, hasil penelitian tentang Di unduh dari : Bukupaket.com Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa 188 konsep prinsip dan hukum atau teori dibuat dan dikembangkan dari lapangan, kemudian berlaku umum, bukan dari teori yang sudah ada. Sangat banyak studi Antropologi yang menggunakan cara berpikir induktif.

b. Cara Berpikir Deduktif

Studi kuantitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir deduktif. Cara berpikir deduktif adalah cara berpikir yang didasarkan pada teori-teori yang sudah ada dan diakui kebenarannya secara umum. Cara berpikir deduktif adalah cara berpikir dari umum ke khusus. Teori-teori yang ada dan diakui kebenarannya secara umum, diuji kembali kebenarannya dan dikaji serta ditempatkan untuk menilai dan menganalisis suatu peristiwa khusus. Studi kuantitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir deduktif. Peneliti tidak perlu terjun ke lapangan secara langsung, cukup menggunakan angket, interview dan sebagainya untuk memperoleh data. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis untuk menguji suatu teori, bukan untuk menghasilkan suatu teori. Berdasarkan langkah itu, peneliti dapat menilai dan menentukan apakah suatu teori dapat digunakan menganalisis dan menilai suatu peristiwa atau tidak. Bila tidak maka harus dicari teori lainnya. Perhatikan gambar disamping tentang “upacara selamatan” atau “acara syukuran”. Coba kalian buat judul penelitian dari fenomena budaya di samping dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif Investigasi Budaya: “Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan dan orientasi kecakapan pada diri kalian” Sumber: Indonesian Heritage Di unduh dari : Bukupaket.com Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi 189

B. Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi

1. Contoh-Contoh Aneh di Sekitar Kita

Ada dua orang bertemu yang berasal dari suku bangsa yang berbeda. Mereka berdua saling menilai. Yang satu berpikir, kok orang ini beda sekali dengan saya, bicaranya lantang dengan dialek yang tegas dan kuat. Kalau bicara sangat keras seperti orang marah, bicaranya terus terang dan tidak peduli pada perasaan orang lain. Dari mana asal orang ini? Yang lainnya berpikir pula, orang ini kok beda sekali dengan saya, bicaranya pelan dan lembut hampir tidak terdengar, sangat hati-hati dan setiap kalimat diatur sedemikian rupa. Dari mana asal orang ini, kok beda dengan saya? Karena perbedaan keduanya bersikap saling hati-hati, bahkan muncul rasa takut yang pada akhirnya membuahkan permusuhan. Seandainya mereka belajar hasil studi Antropologi, khususnya mengenai studi Ethnologi, tentu mereka akan dapat saling menerima dan bersahabat dengan baik. Masih banyak orang Indonesia yang masih heran ketika orang melihat suku Baduy Dalam yang lebih suka berjalan kaki pada masa dimana begitu tersedia banyak sarana transportasi, akibatnya banyak pandangan negatif terhadap mereka. Orang juga masih sering heran dan bingung ketika melihat suku bangsa Asmat menggunakan koteka, pada masa dimana berbagai masyarakat sudah menggunakan busana. Hal itu akan bisa dipahami bila kita mempelajari hasil studi Ethnografi yang berhubungan dengan orang Baduy dan Asmat, yang akan dapat digunakan untuk mempercepat perkembangan kebudayaan mereka. Setiap hari salah satu saluran televisi selalu menyiarkan ramalan cuaca. Adakah kita mempedulikannya. Menurut ramalan cuaca, suatu daerah akan dilanda hujan yang hebat, tetapi kita tidak mempedulikannya, bila ada kepentingan, meskipun dapat ditunda, kita tetap pergi ke daerah itu. Herannya lagi, anak-anak remaja ditengah hujan lebat yang diserta petir tetap saja asik bermain sepak bola di lapangan. Tidak lama kemudian tersiar kabar duka cita, seorang anak remaja tewas tersambar petir ketika bermain sepak bola di lapangan. Mengapa penyesalan selalu datang terlambat? Di unduh dari : Bukupaket.com