ditimbulkan merupakan hasil dari senyawa tanin yang terdapat dalam ekstrak daun jambu biji.
Berdasarkan hasil pengujian kontrol negatif gambar 9b, aquadest yang digunakan sebagai pelarut dari ekstrak daun jambu biji tidak memberikan zona
jernih disekitar lubang sumuran. Hal ini menandakan bahwa zona jernih yang terbentuk pada kontrol positif merupakan hasil murni dari ekstrak daun jambu biji
yang tidak dipengaruhi oleh pelarutnya. Luas zona hambat yang ditimbulkan oleh 5 ekstrak daun jambu biji
dihitung untuk mengetahui berapa besar luas zona hambat yang dihasilkan oleh 5 ekstrak daun jamu biji. Hasil luas zona hambat yang terbentuk yaitu
2,241 cm
2
. Tanin merupakan zat kimia yang terdapat dalam tanaman yang memiliki kemampuan
menghambat sintesis dinding sel bakteri dan sintesis protein sel kuman gram positif maupun gram negatif Ummah, 2010. Mekanisme tanin dalam memberikan daya
antibakteri yaitu dengan berikatan pada membran plasma sel bakteri. Tanin yang mengandung polifenol akan menghambat bakteri dengan cara menghancurkan
membran plasma bakteri. Membran sel dari tanin akan bereaksi dengan protein yang terdapat pada membran plasma bakteri dan membentuk ikatan hidrogen sehingga
protein dari membran plasma bakteri akan terdenaturasi Mailoa, Mahendradatta, Laga, and Djide, 2014.
D. Pembuatan Krim Ekstrak Daun Jambu Biji
Krim merupakan sediaan semisolid yang mengandung satu atau lebih bahan aktif obat yang terdispersi atau terlarut dalam bahan dasar yang sesuai
Depkes RI, 1995. Tipe krim yang digunakan dalam penelitian yaitu tipe krim MA.Krim tipe MA merupakan krim yang dapat dicuci dengan air sehingga
ketika diaplikasikan pada kulit tidak menimbulkan rasa lengket dan mudah dibersihkan dengan air. Bahan aktif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
ekstrak daun jambu biji. Ekstrak daun jambu biji yang digunakan sebagai bahan aktif mengandung tanin yang berfungsi sebagai antibakteri.
Pembuatan krim
memerlukan eksipien
yang bertujuan
untuk meningkatkan stabilitas krim dan meningkatkan kenyamanan penggunaan krim
tersebut. Eksipien yang digunakan dalam sediaan semisolid topikal harus memenuhi kemampuan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif; mengatur
pelepasan dan permeasi obat; meningkatkan aspek estetika sediaan; meningkatkan stabilitas obat dalam formulasi serta mencegah kontaminasi dan pertumbuhan
mikroba Heather and Adam, 2012. Eksipien yang digunakan dalam penelitian yaitu Tween 80 yang berfungsi
sebagai emulsifying agent, sorbitol sebagai humektan, trietanolamin TEA yang berfungsi sebagai basa kuat yang apabila bereaksi dengan asam stearat akan
membentuk suatu emulgator sabun monovalen yang membentuk massa menyerupai krim ketika dicampurkan dengan air, metil paraben sebagai pengawet
yang stabil pada pH 3-6, BHT sebagai antioksidan yang akan mencegah ekstrak daun jambu biji teroksidasi, dan asam stearat sebagai fase minyak.
Formula yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula yang telah dimodifikasi dari formula acuan. Modifikasi formula berupa perubahan bahan-
bahan dan jumlah bahan yang diacu dari formula acuan berdasarkan orientasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Tujuan dari modifikasi formula yaitu untuk
menghasilkan krim yang memiliki sifat fisis dan stabilitas fisik yang diharapkan
lebih baik dibandingkan dengan formula acuan. Proses pembuatan krim dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan yang memiliki kelarutan sama.
Campuran bahan dibagi menjadi dua fase, yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak berupa asam stearat dan BHT, sedangkan fase air terdiri atas Tween
80, sorbitol, trietanolamin dan metil paraben. Masing-masing fase dipanaskan pada suhu ±70
C hingga meleleh sambil diaduk sesekali. Kedua fase yang sudah meleleh kemudian dicampur kedalam mortir yang telah dihangatkan
menggunakan aquadest hangat. Tujuan penggunaan mortir hangat yaitu untuk mencegah terjadinya pembekuan yang disebabkan adanya perbedaan suhu yang
terlalu jauh shock thermal dari fase minyak. Fase minyak dituang terlebih dahulu kedalam mortir kemudian disusul dengan fase air sambil diaduk
menggunakan mixer. Aquadest hangat ditambahkan kedalam mortir setelah kedua fase fase minyak dan fase air bercampur sambil diaduk menggunakan mixer.
Terakhir ditambahkan ekstrak daun jambu biji kedalam campuran sambil diaduk menggunakan mixer. Kecepatan putar mixer dapat mempengaruhi sifat fisis dan
stabilitas fisik krim, oleh sebab itu seluruh proses pencampuran krim dilakukan menggunakan kecepatan mixer yang konstan. Pengadukan dihentikan setelah
proses pencampuran berjalan selama ± 2 menit. Sebelum dilakukan optimasi formula, dilakukan orientasi untuk
mengetahui apakah faktor yang diteliti memberikan perubahan yang linear terhadap respon serta untuk menentukan level rendah dan level tinggi dari faktor
yang akan dioptimasi dalam penelitian. Grafik orientasi Tween 80 terhadap
viskositas dan daya sebar dapat dilihat pada gambar 10 dan gambar 11.
Gambar 10. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap viskositas
Gambar 11. Grafik orientasi pengaruh Tween 80 terhadap daya sebar
Berdasarkan grafik yang ditunjukkan pada gambar 10 dan gambar 11, Tween 80 berpengaruh terhadap respon viskositas maupun daya sebar krim daun
jambu biji. Gambar 10 menunjukkan bahwa Tween 80 memberikan perubahan yang linear terhadap respon viskositas pada bobot 4 g, 5 g dan 6 g. Gambar 11
menunjukkan bahwa Tween 80 memberikan perubahan yang linear terhadap respon daya sebar pada bobot 2 g, 3 g dan 4 g, serta bobot 4 g, 5 g dan 6 g.
98 100
102 104
106 108
110 112
1 2
3 4
5 6
7
Vis k
o sit
a s
d.P a
.s
Bobot Tween 80 gram
Pengaruh Tween 80 terhadap viskositas krim ekstrak daun jambu biji
5.85 5.9
5.95 6
6.05 6.1
6.15
1 2
3 4
5 6
7
Da y
a s
eba r
cm
Bobot Tween 80 gram
Pengaruh Tween 80 terhadap daya sebar krim ekstrak daun jambu biji
Berdasarkan gambar 10 dan 11, dapat diambil perpotongan sebesar 4 g hingga 6 g yang digunakan sebagai level rendah dan level tinggi dalam optimasi formula
krim daun jambu biji. Penentuan level rendah dan level tinggi juga dilakukan pada faktor yang
kedua yaitu sorbitol. Grafik orientasi sorbitol terhadap respon viskositas dan daya sebar dapat dilihat pada gambar 12 dan gambar 13.
Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh sorbitol terhadap viskositas
Gambar 13. Grafik orientasi pengaruh sorbitol terhadap daya sebar
95 100
105 110
115 120
125
2 4
6 8
10 12
Vis k
o sit
a s
d.P a
.s
Bobot sorbitol gram
Pengaruh sorbitol terhadap viskositas krim eksrak daun jambu biji
5.7 5.8
5.9 6
6.1 6.2
6.3 6.4
2 4
6 8
10 12
Da y
a s
eba r
cm
Bobot sorbitol gram
Pengaruh sorbitol terhadap daya sebar krim eksrak daun jambu biji
Berdasarkan grafik yang ditunjukkan pada gambar 12 dan gambar 13, sorbitol berpengaruh terhadap respon viskositas maupun daya sebar krim daun
jambu biji. Gambar 12 menunjukkan bahwa sorbitol memberikan perubahan yang linear terhadap respon viskositas pada bobot 6 g, 7 g, 8 g dan 9 g. Gambar 13
menunjukkan bahwa sorbitol memberikan perubahan yang linear terhadap respon daya sebar pada bobot 6 g, 7 g, 8 g dan 9 g. Berdasarkan gambar 12 dan gambar
13, dapat diambil perpotongan sebesar 6 g hingga 9 g yang digunakan sebagai level rendah dan level tinggi dalam optimasi formula krim daun jambu biji.
E. Uji Sifat Fisis dan Stabilitas Fisik Krim