daerah pembina iman umat disebut sebagai Katekis sedangkan pengajar PAK Pendidikan Agama Katolik di sekolah di sebut Guru agama.
Menurut Telambanua dalam bukunya adapun kriteria seorang katekis yang diharapkan adalah:
a. Orang yang Sungguh Beriman
Katekis seharusnya mempunyai hidup rohani yang mendalam serta terbuka akan sapaan Allah yang diwujudkan melalui hidup doa, membaca dan
merenungkan Kitab suci, menghidupi devosi
b. Mempunyai Nama Baik sebagai Pribadi dan Keluarganya
Nama baik sebagai seorang katekis dan keluarganya. Seorang katekis diharapkan mempunyai kepribadian yang baik, berdedikasi serta mempunyai
komitmen yang tinggi untuk mewartakan kabar Gembira tanpa lelah dan tanpa imbalan duniawi.
c. Mempunyai Pengetahuan yang Memadai
Sebagai penggerak dan pembimbing hidup umat katekis tidak hanya cukup dengan mau tetapi juga diharapkan mempunyai pengetahuan yang luas
seperti kitab suci, teologi moral, Liturgi harta kekayaan iman Gerejani, sakramen- sakramen.
Katekis merupakan sebuah panggilan luhur yang mengambil bagian penting dalam tugas pengajaran. Sewaktu di dunia Yesus Kristus merupakan
seorang gurunabi. Tugas katekis bukan saja berupaya agar seseorang menjadi beriman, tetapi mengupayakan secara kongkrit pertumbuhan dan kedewasaan
iman. Maka dari pengertian dan penjelasan di atas dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa katekis adalah orang beriman yang dipanggil dan diutus secara khusus ketengah umat untuk mewartakan kerajaan Allah dan kabar
gembira. Katekis juga dapat dimengerti sebagai umat beriman yang dipilih menjadi tangan kanan Imam untuk menjadi pewarta kabar gembira kepada
banyak orang.
5. Tugas dan Tanggung Jawab Katekis
Motivasi awal orang menjadi katekis ia adalah pewarta kabar gembira. Dengan menjadi pewarta kabar gembira katekis tidak hanya mewartakan apa
yang ia dengar tetapi ia sendiri harus berjuang menjadi kabar gembira itu sesuai dengan KHK kan 773 maka tugas pokok katekis adalah; mewartakan sabda
Allah, memberi kesaksian
a. Mewartakan sabda Allah
Mewartakan sabda Allah berarti mewartakan Yesus Kristus, mewartakan kabar gembira bagi semua orang secara berkesinambungan dari tahap pengajaran
sampai tahap pendewasaan sehingga umat pada akhirnya terbantu untuk semakin mengenal, mencintai dan mengimani Yesus. Jadi seorang katekis tidak hanya
sekedar mewartakan kabar gembira namun juga menjaga dan memupuk apa
yang telah diwartakan itu serta benar-benar mengimaninya. Katekis harus benar- benar mengalami kegembiraan itu sendiri.
b. Memberikan Kesaksian
Dalam Proses katekese mempunyai tujuan agar umat beriman semakin diteguhkan imannya, diperkaya sehingga mampu menjadi saksi dari ajaran-Nya.
Tujan tersebut akan tercapai bila pengajaran seorang katekis tidak hanya pada teori tetapi juga sikap dalam hidup sehari-hari. Apa yang diajarkan sesuai dengan
apa yang dilakukan oleh katekis sendiri sehingga kesaksian hidup seorang katekis sangat penting bagi hidup umat beriman.
6. Spiritualitas Seorang Katekis
Kata “ Spiritualitas‟ berasal dari kata „Spirit‟ yang berarti roh dan juga semangat. Di dalam Alkitab misalnya Roma 8 : 9 mengungkapkan Tetapi kamu
tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik
Kristus. Oleh karena itu spritualitas berhubungan langsung dengan hidup rohani yang mempunyai arti memberi memberi perhatian khusus terhadap relasi dengan
Tuhan. Roh mempersatukan kita dengan Kristus dan dalam Kristus mengarahkan kita ke Allah Bapa. Spritualitas katekis merupakan sumber dan perilaku yang
menopang tugas katekis sehubungan dengan panggilannya sebagai seorang
pewarta. Spritualitas pada dasarnya menyangkut hubungan pribadi antara katekis dan Allah yang nampak dalam kehidupan sehari - hari KWI Padang 1988:7.
Mereka yang telah menerima Sakramen Permandian dikuduskan karena kelahiran dan pengurapan Roh kudus ia menjadi tempat kediaman Rohani dan
Imamat suci LG art 10. Permandian adalah dasar semua panggilan di dalam Gereja. Melalui panggilan itu kita mendapat tugas dan peranan yang berbeda-
beda. Tugas dan pelayanan yang berbeda-beda ini memungkinkan bermacam- macam cara hidup yang menolonh orang Kristen semakin menyerupai Kristus
serta menjadi anggota Gereja yang aktif dan hidup menurut injil Spritualitas Katekis merupakan sumber dan perilaku yang menopang
tugas katekis sehubungan dengan panggilannya sebagai seorang pewarta. Spritualitas menyangkut hubungan pribadi antara Katekis dengan Allah yang
Nampak dalam kehidupan sehari – hari.
a. Sedia diutus
Menjadi Katekis adalah sebuah panggilan khusus. Sikap sedia diutus oleh Gereja yang hidup dalam diri para katekis pada dasarnya tumbuh dari panggilan
yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus sendiri. Ia dapat mendorong banyak orang untuk mendalami hidup rohani maka para katekis juga dipanggil untuk
berkembang dalam kehidupan rohani yang khusus misalnya; kehidupan doa, latihan rohani, membaca kitab suci, devosi dan lain sebagainya Sarjumunarsa,
1982:23-24.
b. Yesus Kristus sebagai pola hidup Katekis
Kita mengimani bahwa dalam mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah, Yesus Kristus telah sengsara dan wafat di Kayu salib. Penderitaan yang
dialami oleh Yesus demi menghapus dosa dan menyelamatkan manusia. Namun karena yang menjadi dasar karya Yesus adalah cinta-Nya kepada Bapa di Surga
dan kepada manusia maka penderitaan yang dialami oleh Yesus dihayati dengan penuh kebebasan dan pengorbanan sebagai hamba Yahwe yang berkenan
menderita bersama manusia yang menderita agar dapat menghapus dosa manusia. Yesus Kristus adalah katekis utama dan pertama. Katekis merupakan
seorang yang dipilih dan dikasihi Yesus menjadi sahabat – sahabatNya dalam
tugas pelayanan membangun jemaat dan masyarakat sehingga diharapkan katekis dapat menghidupi sikap
– sikap dan semangat Yesus Kristus. Hidup-Nya menjadi arah dan pusat pelayanan katekis, sehingga katekis bukan mewartakan dirinya
sendiri tetapi mewartakan hidup dan cinta kasih Yesus. Sebagai utusan Allah, tugas katekis adalah menyampaikan warta gembira tentang Kristus kepada jemaat
Kristiani dan dengan jalan itu warta gembira diharapkan dapat merasuki kehidupan mereka bersama.
c. Semangat menggereja
Seorang Katekis tentunya mempunyai semangat menggereja yakni bergerak dalam komunikasi iman jemaat. Katekis yang bergerak dalam peristiwa
komunikasi iman tentu saja memiliki sikap dan sifat komunikatif yang terbuka
dalam mendengarkan sabda Tuhan. Oleh Karena itu katekis hendaknya memiliki semangat dan cita
– cita untuk menggerakkan seluruh kegiatan Gereja dalam mengkomunikasi imannya. Komunikasi yang integral dalam jemaat akan ditandai
oleh bentuk kehidupan yang rukun dan damai Sarjumunarsa, 1982:34-35
d. Berakar dan Berbuah
Katekis dapat dikatakan berhasil mengembangkan spritualitasnya bila iman Gereja semakin berakar dan berkembang di dalam kehidupan setiap jemaat.
Hal tersebut bertolak dari Mat 7:16. Iman Gereja dapat mengakar pada hidup jemaat apabila katekis mempunyai Iman mendalam yang meresapi hidupnya
sehari-hari. Kemudian dengan iman yang mengakar tersebut diharapkan dapat menarik orang untuk dapat hidup sesuai dengan iman Kristen Sarjumunarsa,
1982 47- 48
7. Keterampilan Seorang Katekis
Yosef lalu, 2005:8 mengatakan demikian, Seorang katekis yang merupakan
pembina katekese
seharusnya mempunyai
keterampilan. Keterampilan dalam memproses katekese supaya tujuan katekese dapat tercapai
melalui proses yang menyenangkan
a. Keterampilan Berkomunikasi
Proses katekese merupakan komunikasi antara orang dengan pengalaman tertentu dengan dilatarbelakangi kebudayaan tertentu pula. Oleh karena itu
keterampilan komunikasi yang perlu ditekankan adalah adalah keterampilan berkomunikasi dan berelasi, mampu mengumpulkan, menyatukan dan
mengarahkan kelompok
pada suatu
tindakan nyata.
Keterampilan mengungkapkan diri, berbicara dan mendengarkan. Serta memiliki keterampilan
menciptakan suasana sehingga dapat memotivasi orang –orang untuk
mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain.
b. Keterampilan Berefleksi
Berefleksi berarti mengkomunikasikan pengalaman hidup dengan terang sabda Tuhan sehingga percaya bahwa segala yang terjadi pada hidupnya
merupakan anugrah dan Rahmat dari-Nya. Komunikasi iman bukanlah sekedar menyampaikan informasi tetapi lebih sebuah kesaksian iman. Oleh karena itu
seorang katekis sudah seharusnya menyadari dan mampu memberikan kesaksian tentang pengalaman imannya, keterampilan refleksi ini adalaha
- Terampil menemukan nilai - nilai manusiawi dalam pengalaman hidup
sehari-hari. -
Terampil menemukan nilai - nilai Kristiani dalam kitab suci ataupun ajaran Gereja.
- Terampil memadukan nilai – nilai Kristiani dengan nilai – nilai manusiawi
dalam pengalaman hidup sehari – hari.
Dari bagian ini, penulis dapat menyimpulkan demikian; Mahasiswa IPPAK adalah calon katekis, yang dipanggil untuk menjadi pewarta kabar
gembira dengan memberikan kesaksian kepada sesama. Sebagai calon katekis tentunya mahasiswa IPPAK, membiasakan diri untuk membangun hidup rohani
dan memiki spiritualitas di dalam hidupnya. Hidup rohani dan spritualitas dapat dibangun dengan cara membiasakan diri untuk merayakan Ekaristi. Melalui
perayaan Ekaristi, para mahasiswa IPPAK diajak untuk merasakan kehadiran Kristus, melalui sabda-Nya dan merasakan kehadiranNya melalui Tubuh dan
darah-Nya dalam rupa roti dan Anggur yang telah diberkati dalam Doa syukur Agung. Adapun buah dari Ekaristi yang telah disambut para mahasiswa IPPAK
ialah mereka semakin dikuatkan dalam menjalani hidupnya, mereka semakin merasakan kehadiran Kristus, semakin tangguh dalam iman dan lain sebagainya.
Sebagai seorang calon Katekis, sekiranya para mahasiswa IPPAK mulai membiasakan diri untuk merayakan Ekaristi Harian maupun Mingguan. Misalnya
dengan merayakan Ekaristi harian, kita diajak mempersembahkan kegiatan yang akan diajalani selama satu hari dan memohon kekuatan hidup agar dapat
menjalani kegiatan selama satu hari dengan penuh semangat dan siap di utus untuk memberikan kesaksian hidup bagi sesama.
Oleh karena itu dari keseluruhan bab ini, sehubungan dengan judul “Pengaruh Ekaristi terhadap Perkembangan hidup Rohani Mahasiswa IPPAK,
Universitas Sanata Dharma sebagai calon Katekis ‟‟ maka penulis dapat menyimpulkan demikian;
Ekaristi adalah suatu Perayaan Syukur, untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang
terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpucak pada kurban salibNya
Kedua : Ekaristi merupakan sebuah ungkapan cinta Kasih Yesus yang sehabis-habisnya dengan mengorbankan diri di Kayu salib demi
memenuhi karya keselamatan Allah. Ekaristi juga sebagai perjamuan yang mempersatukan Umat dengan Allah dan umat dengan umat.
Melalui Ekaristi kita dimampukan untuk tinggal di dalam Kristus, dan Ekaristi sebagai sumber untuk memperoleh kekuatan hidup dalam
menghadapi persoalan hidup Ketiga : melalui santapan Rohani, yaitu Ekaristi, hidup Rohani kita
dikuatkan dan kita semakin dapat merasakan kehadiran kristus di dalam hidup kita dan kita pun mampu untuk mewartakan
kehadiranNya di dalam kehidupan sehari –hari
Ke empat : Ekaristi sebagai kekuatan Rohani, yang memampukan kita untuk menjalani hidup sehari
–hari Ke Lima : Ekaristi mengajarkan kita untuk saling berbagi dan
melayani satu sama lain dan belajar untuk bersikap rendah hati
Ke Enam : sebagai calon katekis, kekuatan utama untuk mewartakan sabda Allah yaitu Kristus, maka untuk mewartakan kristus, terlebih
dahulu katekis diwartai oleh kristus melalui Perayaan Ekaristi. Ke tujuh : Para Mahasiswa IPPAK merupakan calon katekis. Sebagai
calon katekis, tentunya para mahasiswa membiasakan diri untuk merayakan Ekaristi.
Ke delapan Ekaristi sebagai senjata utama bagi para katekis dalam mewartakan Kristus, khususnya bagi mahasiswa IPPAK sebagai calon
katekis yang akan diutus untuk mewartakan sabda Allah, melayani sesama, dan memberikan kesaksian hidup bagi sesama.
Maka pada bab selanjutnya penulis akan membahas sejauh mana penghayatan Ekaristi berpengaruh pada perkembangan hidup Rohani
Mahasiswa IPPAK, sebagai Calon Katekis. Pada bab selanjutnya Penulis akan mengadakan membahasnya melalui penelitian, yang sudah disiapkan.
BAB III PENGARUH MERAYAKAN EKARISTI BAGI PARA MAHASISWA IPPAK
TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI, SEBAGAI CALON KATEKIS
Dalam bab II telah diuraikan penjelasan tentang Sakramen Ekaristi demi pertumbuhan Hidup Rohani para Mahasiswa IPPAK. Pemahaman mengenai
Sakramen Ekaristi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan hidup Rohani melalui Kitab suci, dokumen - dokumen Gereja dan beberapa pandangan para bapa
Gereja, setidaknya sungguh membantu para mahasiswa untuk melihat pengaruh merayakan Ekaristi terhadap pertumbuhan hidup rohaninya sebagai calon
katekis, serta dapat melihat dan menemukan suatu makna dan usaha yang dapat dilakukan untuk menemukan aksi perwujudan yang kongkret dalam hidup sehari-
hari. Penghayatan para mahasiswa IPPAK yang studi di Yogyakarta tentang
makna Ekaristi merupakan suatu hal yang penting demi meningkatkan hidup rohani mereka sebagai calon Katekis.
Dalam bab III penulis akan menguraikan tentang Pengaruh Merayakan Ekaristi bagi para Mahasiswa IPPAK terhadap Perkembangan Hidup Rohani,
sebagai calon Katekis. Maka dalam bagian ini gambaran umum mahasiswa IPPAK. Bagian selanjutnya penulis akan menjelaskan metodologi penelitian
yang nantinya akan dilaksanakan. Sesudah melaksanakan penelitian penulis membahas hasil penelitian yang telah diperoleh dalam laporan penelitian.
Melalui hasil penelitian itu,penulis berharap dapat mengetahui sejaauh mana Pengaruh Merayakan Ekaristi bagi Perkembangan Hidup Rohani Para Mahasiwa
IPPAK sebagai calon Katekis. Penulis akan mengusulkan suatu program yang cocok untuk membantu Mahasiswa IPPAK untuk semakin mengembangkan
hidup Rohaninya sebagai calon Katekis.
A. Gambaran Umum Mahasiswa IPPAK
Mahasiswa IPPAK merupakan mahasiswa calon katekis yang terdiri dari Kaum Awam dan kaum awam Biarawanbiarawati. Adapun jumlah Mahasiswa
awam pada semester Gasal berjumlah 203 orang dan mahasiswa Biarawanbiarawati berjumlah 62 orang. Adapun rinciannya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 1. Rincian jumlah Mahasiswa IPPAK per angkatan Tahun Akademik 20142015
No Tahun Angkatan
Semester Suster Bruder Frater
Awam Jumlah
1 200910
Gas I
5 10
15 2
201011 Gas
I 12
40 52
3 201112
Gas I
10 3
30 43
4 201213
Gas I
11 1
52 64
5 201314
Gas I
12 30
42 6
201415 Gas
I 7
1 31
39
Tabel. 2 Jumlah keseluruhan Mahasiswa IPPAK Tahun Akademik 20142015
Jumlah Mahasiswa Jumlah Seluruh
Mahasiswa Biara
Awam 62
203 265
Data Akademik prodi IPPAK FKIP-USD Tahun Akademik 20142015
B. Penelitian Pengaruh Penghayatan Mahasiswa IPPAK, sebagai Calon
Katekis dalam merayakan Ekaristi Latar Belakang Penelitian
Dalam Bab I penulis menguraikan bahwa Mahasiswa IPPAK Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik adalah seorang calon
Katekis. Katekis adalah orang beriman dapat menjadi contoh orang beriman lainnya, katekis adalah seorang yang mempunyai intimitas dengan yang Ilahi
memiliki hidup rohani yang mendalam, katekis adalah seorang yang menyadari panggilan dan perutusannya bersyukur karena merupakan panggilan Allah,
untuk mewartakan Kerajaan Allah. Para Mahasiswa IPPAK adalah, calon Katekis, yang dipanggil untuk
mewartakaan kerajaan Allah dengan melayani sesama. Katekis adalah perpanjangan tangan Romo, untuk mewartakan kerajaan Allah kepada
sesamaumat. Maka umat pun tak jarang memandang seorang katekekis memiliki kelebihan dari umat biasanya, salah satunya dalam hal hidup Rohani. Tugas
seorang katekis menjadi pewarta kerajaan Allah, sumber kesaksian, dan lain sebagainya. Maka sebelum mewartakan kehadiran Allah kepada sesama, kiranya
seorang katekis merasakan kehadiran Allah terlebih dahulu melalui Perayaan Ekaristi. Dan setelah merasakan kehadiran Allah melalui perayaan Ekaristi
barulah ia dapat mewartakan Kerajaan Allah dan bersaksi kepada sesama.
Mahasiswa IPPAK adalah calon Katekis. menjadi seorang calon katekis hendaknya membiasakan diri untuk merayakan perayaan Ekaristi. Oleh karena
itu menjadi seorang katekis idealnya, ialah membiasakan diri untuk merayakan perayaan Ekaristi Harian, Mingguan, dan Bulanan yang diadakan di kampus
setiap bulan. Namun dalam kenyataannya sebagian dari Mahasiswa IPPAK, jarang merayakan Ekaristi. Hal ini dapat dilihat hanya orang-orang tertentu yang
sering merayakan Ekaristi, Mingguan, Harian. Hal ini sangat disayangkan karena para Mahasiswa IPPAK adalah calon katekisPewarta yang dipanggil
untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada sesamaumat. Para mahasiswa IPPAK yang studi di Yogyakarta, dibagi dalam tiga
Golongan. Golongan pertama adalah mereka yang diutus dari KeuskupanParoki. Golongan kedua adalah mereka yang diutus atau mendapat beasiswa dari
pemerintah setempat atau daerah asal dan Golongan Ketiga adalah mereka yang memilih sendiri atau dengan kata lain studi dengan biaya dari Keluarga.
Mereka yang studi di IPPAK, menjalani tugas studi yang telah dipercayakan Oleh Gereja, Pemerintah, maupun keluarga dengan Setia, tekun, tanggungjawab
dan penuh gembira berkat kekuatan yang mereka terima dari Allah. Kekuatan itu mereka peroleh dalam Ekaristi Kudus. Bagi para mahasiswa IPPAK yang sedang
studi, hendaknya Ekaristi sebagai Pusat dan sumber hidup, seperti yang ditegaskan dan dituliskan dalam Katekismus Gereja Katolik 1407, bahwa
Ekaristi merupakan merupakan pusat dan puncak kehidupan Gereja dan hal yang
sama pula dipertegas dalam Lumen Gentium LG nomor 11 bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Maka sebagai sumber
hidup, Ekaristi mengalirkan rahmat kesetiaan, ketekunan, kesabaran, kepekaan, tanggungjawab, cinta kasih dan kegembiraan untuk menjalani hidup panggilan
sebagai seorang calon Katekis yang sedang studi. Para mahasiswa IPPAK yang studi, diajak untuk memaknai Ekaristi
sebagai pusat dan sumber hidup sehingga mereka pun senantiasa berusaha dengan setia dan dengan sepenuh hati membiasakan untuk merayakan Ekaristi
Kudus setiap hari, namun tidak dapat dipungkiri terkadang sebagian dari mereka ada yang lupa untuk merayakan Ekaristi misa Mingguan, atau merayakan
Ekaristi hanya sebagai rutinitas saja, sehingga Ekaristi bukan lagi sebagai kebutuhan Rohani melainkan sebagai rutinitas yang membosankan. Hal ini tidak
mengherankan ketika mengikuti Ekaristi Kudus, ada yang tidak semangat, berbicara dengan teman sebangku, bahkan ada yang mengantuk sehingga tidak
secara penuh terlibat aktif. Keprihatinan di atas menggerakkan penulis untuk melakukan penelitian
ini. Penulis ingin mengetahui sejauh mana para mahasiswa IPPAK yang sedang studi memahami Ekaristi dan menghayatinya dalam hidup sehari
– hari dan mengetahui sejauh mana Ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup
rohani dan usaha – usaha yang perlu dilakukan oleh para mahasiswa IPPAK