Sejarah Ekaristi Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

pada sore hari dilaksanakan penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan di Bait Allah, dan setelah matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang dilaksanakan di dalam keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara mengelilingi meja perjamuan Paskah dengan jumlah paling sedikit sepuluh orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak memenuhi jumlah minimal tersebut, mereka dapat mengundang keluarga lain untuk bergabung. Adapun tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap sampai habis, tanpa sisa. Sesuai dengan peraturan, seluruh daging kurban harus habis, dimakan dan tulang-tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya memakai pakaian putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring, mengitari meja perjamuan yang berurkuran rendah Prasetyantha, 2008:25. Inilah kurang lebih gambaran dari perjamuan Paskah Yahudi di zaman Yesus. Di dalam perjanjian lama peraturan tentang perjamuan paskah ini dapat kita temukan pada Kel 12:1-13:6. Macam-macam makanan yang disantap di dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir Eksodus. Anak domba Paskah dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “ melewati” rumah- rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak membinasakan anak-anak suluh mereka Kel 12:27. Adapun beberapa lambang yang digunakan dalam paskah yang dapat dilihat antara lain; sayur pahit melambangkan kondisi perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir Kel 1;14 sedangkan Roti tak Beragi melambangkan penderitaan di masa lalu dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa - gesa ketika bangsa Israel hendak meninggalkan Mesir Prasetyantha, 2008: 28.

d. Perjamuan Malam Terakhir Yesus

Hari Kustono, Pr, dalam tulisannya yang terdapat di buku Prasetyantha 2008:29, mengatakan bahwa awal berkembangnya jemaat Kristiani, perjamuan Tuhan sudah menjadi salah satu faktor utama yang meneguhkan ikatan persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas Gerejani. Selain itu perjamuan Tuhan menjadi sarana utama untuk menyatukan umat dengan Kristus sang penebus. Perjamuan malam terakhir Yesus dengan para Rasul dikisahkan dalam injil Sinopttik. Kisah tentang perjamuan malam terakhir dimulai dengan pertanyaan para rasul kepada Yesus mengenai tempat untuk mengadakan perjamuan Paskah bagi mereka. Dan dari jawaban Yesus dapat kita duga bahwa tampakya Dia sudah merencanakan hal itu dan sudah menghubungi salah seorang yang bersedia menyediakan tempat bagi mereka di dalam kota Mat 26: 18

e. Ekaristi menurut Pandangan Bapa – bapa Gereja

Santo Ignatius dari Antiokhia, ketika menulis sirat kepada umat Philadelpia mengatakan:” berusahalah kalian untuk merayakan satu Ekaristi, karena ini hanyalah tubuh Tuhan Kita Yesus Kristus dan hanya satu piala untuk persatuan dengan darah- Nya dan hanya satu Altar”Martasudjita, 2005:249. Selain itu juga Santo Ignatius mengajarkan roti Ekaristi sebagai tubuh Tuhan sendiri, yakni Yesus Kristus yang telah mempersembahkan diri dalam Roti dan anggur Ekaristi. Santo Yustinus Martir sekitar tahun 165 memandang Ekaristi sebagai suatu ibadah atau liturgi Kristiani. Bagi Yustinus Ekaristi adalah Kurban Rohani Sebab Ekaristi merupakan doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi sebagai pujian Syukur merupakan jurban kepada Allah, kenangan akan penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan. Yustinus yakin bahwa santapan Ekaristi adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri Martasudjita, 2005: 250. Menurut santo Ireneus Lyon sekitar tahun 202, Ekaristi pertama-tama adalah kurban pujian syukur. Dalam Ekaristi diungkapkan pujian syukur atas penciptaan, dan atas penebusan Yesus Kristus. Adapun tujuan makanan Ekaristi adalah penyampaian Sang Logos. Artinya dengan menerima santapan Ekaristi orang disatukan dalam kebersamaan abadi dengan Yesus Kristus Martasudjita, 2005:250-251. Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Ekaristi dalam pandangan Perjanjian Lama ialah Perayaan karya Keselamatan Allah dalam suatu perayaan syukur yang dilakukan oleh Bangsa Israel yang berhasil keluar dari Mesir. Perayaan Syukur itu berupa perjamuan makan Paskah, yang dilakukan dengan mempersembahkan Roti tak Beragi dan kambing atau domba ke dalam Bait Allah untuk dipersembahkan Oleh Imam, dan setelah dipersembahkan oleh imam, Roti tak Beragi dan domba tadi dapat disantap secara berkelompok. sedangkan Ekaristi pada jaman Yesus dan pandangan para Bapa Gereja dapat disimpulkan sebagai perayaan Syukur atas karya Keselamatan Allah dan pengampunan dosa yang telah hadir melalui diri Yesus. Ekaristi sebagai kenangan akan perjamuan malam terakhir Yesus bersama dengan para Rasul, dan kenangan akan Penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan, melalui tubuh dan darahNya yang disimbolkan melalui Roti dan Anggur yang telah Ia berkati, dipecah dan dibagikan kepada para murid.

2. Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik KHK

Rubiyatmoko 2001:144 mengatakan bahwa dalam Kitab Hukum Kanonik KHK, sakramen Ekaristi dibicarakan cukup panjang lebar, yaitu 61 kanon 897 - 958. Pembahasan Sakramen Ekaristi dalam KHK dapat ditemukan dalam judul buku III, buku IV tentang tugas Gereja yang menguduskan. Sakramen Ekaristi merupakan sakramen ketiga dan terakhir untuk suatu inisiasi kristiani yang penuh Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya Kristus Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, dimana Kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus. Sedangkan sakramen-sakramen lain dan semua karya kerasulan gerejawi melekat erat dengan Ekaristi mahakudus dan diarahkan kepadanya. Adapun isi kanon 897 meninjau Ekaristi dari dua aspek, yaitu aspek teologis dan aspek Yuridis. Ditinjau dari aspek teologis, Ekaristi merupakan puncak dan pusat seluruh kehidupan Kristiani, baik bagi Gereja universal maupun bagi komunitas local umat beriman. Melalui ekaristi mengalirlah kesejahteraan rohani Gereja, dalam arti bahwa melalui sakramen ini Kristus sendiri memberikan kehidupan kepada manusia dan melalui Ekaristi pula manusia disegarkan dan dikuduskan PO, art. 5. Rubiyatmoko 2001: 145 lebih lanjut menjelaskan bahwa bila ditinjau dari aspek yuridis, Ekaristi merupakan salah satu unsur structural yang perlu dan tak terelakkan bagi komunitas umat beriman. Kristus sendiri telah mengadakan kurban Ekaristi dari tubuh dan darah-Nya sendiri dan telah mempercayakannya kepada Gereja, sebagai sarana untuk mengaktualisasikan kaurban salib-Nya. Gereja tidak mungkin dipisahkan dari Ekaristi, Gereja mengungkapkan secara penuh pengakuan imannya. Melalui Ekaristi, Gereja dibangun dan ditampakkan. Karena itu terlibat dalam perayaan Ekaristi berarti terlibat dalam kehidupan dan kesatuan Gereja Seluruhnya. Perayaan Ekaristi merupakan aktivitas Sakramental, juga tindakan yuridis, karena mengungkapkan kesatuan sacramental dengan Kristus dan kesatuan semua umat beriman. Maka dari pengertian dan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Ekaristi aadalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya.

3. Makna Sakramen Ekaristi

a. Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang sehabis - habisnya

Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam injil Yoh 13:1 yang berbunyi”sementara itu sebelum hari raya paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi sampai kepada kesudahannya”. Ia memberikan pelayanan dengan kasih yang sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-Murid-Nya tanpa batas dan menyanyangi mereka samapai pada kesudahan dan rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan para Murid serta seluruh umat beriman. Wafat Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada para murid serta seluruh manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Ia memiliki jiwa perngorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang total terhaadap sahabat - sahabat-Nya. Yesus memberikan anugrah cinta kasih yang tanpa batas kepada para murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan keselamatan bagi semua orang. Oleh karena itu untuk mengenang anugrah-Nya Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi suatu kenangan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah Martasudjita, 2005: 295-296.

b. Ekaristi sebagai Perjamuan yang mempersatukan Umat dengan Allah,

umat dengan umat Konsili vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili vatikan II tentang Liturgi, 47. Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi menjadi tempat untuk menngenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang berakhir dengan wafat dan kebangkitanNya Martasudjita, 2005:297 - 298. Pada zaman dulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah Grun, 1998:29. Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan mengajak para Murid serta seluruh umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya menjadi satu kesatuan keluarga besar. Hal ini menjadi tanda bahwa Allah peduli dengan umat dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan. Perjamuan Ekaristi memampukan umat untuk dapat saling menjalalin relasi dengan orang lain. Perjamuan Ekaristi memberikan kedamaian, kesadaran, kesembuhan dan kerinduan untuk bersatu dengan Allah. Oleh karena itu umat yang menngikuti perjamuanperayaan Ekaristii diajak untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh Kudus Koinonia. Koinonia adalah suatu bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dalam terang Roh Kudus. Konstitusi dogmatis konsili vatikan II tentang Gereja LG 7 menyatakan demikian “ dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta dalam tubuh Tuhan; maka kita pun diangkat untuk bersama – sama bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita”. Hal ini menjadi tempat persatuan antara umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah sendiri selalu hadir ditengah hidup umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiranNya Martasudjita, 2005: 358. Hal ini dapat kita lihat ketika Tuhan Yesus bersabda “ sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku disitu aku ada ditengah – tengah mereka Matius 18:20.

c. Ekaristi sebagai Permohonan Seruan Datang-Nya Karunia Roh Kudus

Epiklese Epiklese merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung DSA. Hal ini merupakan faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Keselamatan yang terjadi tidaklah datang begitu saja tetapi ada yang membawa atau mengaruniakannya yaitu Roh kudus. Roh Kuduslah yang membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang beriman. Pada waktu perayaan Ekaristi yaitu saat DSA Doa Syukur Agung Imam dan umat berdoa bersama memohon kepada Allah supaya menguduskan persembahan yang berupa roti dan anggur melalui Roh-Nya agar menjadi Rubuh dan darah Kristus. Disinilah karunia Roh Kudus sungguh bekerja dan memberikan hidup bagi Umat-Nya yang telah dikasihi oleh Allah. Bekat karya Roh Kudus rencana Keselamatan Allah sungguh – sungguh terjadi dalam diri Kristus dan di dalam Gereja Martasudjita, 2005:357-358. Epiklese bukan hanya sekedar doa permohonan untuk Roh kudus supaya turun untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus. Epiklese juga mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh Kuduslah umat Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah melalui tubuh dan darah Kristus. Maka dengan demikian umat yang telah dikuduskan melalui karya Roh Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan Allah dan umat menjadi buah karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala perbuatan yang baik Martasudjita, 2005:358.

d. Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus

Di dalam injil Yohanes 1:39 Yesus bersabda :” Marilah dan kamu akan melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama - sama dengan D ia” Yesus mengundang para murid untuk tinggal bersama Dia. Yesus mengundang mereka untuk masuk dan bersatu dalam persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami, merasakan menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus. Maka dengan demikian para Murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan dalam mewartakan kabar gembira keseluruh dunia Martasudjita,2012:21. Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam Ekaristi Yesus menjadi roti hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti hidup ini memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada. Melalui Ekaristi umat diajak untuk masuk dan bersatu di dalalm misteri Ekaristi, yakni mengenangkan misteri wafat dan kebangkitanNya. Peristiwa tinggal bersama kristus terwujud dalam penyambutan Komuni suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh dan darah- Nya dalam komuni suci menjadi tanda bahwa kita” tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita” Martasudjita, 2012:23

e. Ekaristi sebagai Sumber Untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Dalam

Menghadaapi Persoalan Hidup Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekarisi umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup sehari – hari Martasudjita, 2012:57. Sebagai orang Kristiani di dalam kehidupan sehari – hari tentunya memiliki permasalahan hidup yang sangat Kompleks. Kita tentunya ingin keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk itulah kita sebagai orang Kristiani diajak untuk selalu merayakan Ekaristi untuk menimba kekuatan dari Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Selain itu juga kita dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar gembira dari Allah kepada seluruh bangsa khususnya sesama yang ada disekitar kita. Untuk itulah kita tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya campur tangan Allah.

f. Ekaristi Sebagai sumber dan puncak Kehidupan Gereja

Martasudjita 2003; 297 mengatakan bahwa, Ekaristi tidak hanya pusat seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja. Dalam hal ini LG art 11 Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili vatikan II tentang Gereja mengatakan demikian : “Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secar a mengagumkan.” Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani‟ menunjukkan sebuah pemahaman dari Konsili Vatikan II, yang tidak dapat memisahkan Ekaristi dengan Kehidupan sehari - hari. Hidup sehari – hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Dari Ekaristilah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup orang Kristiani dalam mengarungi suka duka kehidupannya. Selain itu Ekaristi juga menjadi puncak dari seluruh kegiatan umat Kristiani. Artinya, semua bidang kehidupan yang dijalani umat Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.

4. Unsur – unsur Sakramen Ekaristi

Sakramen Ekaristi memiliki Empat unsur utama, yaitu sarana yang digunakan, rumusan doa yang diucapkan, pelaksana Sakramen, dan penerima Sakramen www.carmelia.net. a. Sarana yang digunakan Sarana yang digunakan dalam perayaan Sakramen Ekaristi adalah roti dan anggur. Penggunaan sarana ini bersumberkan pada tradisi, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang memiliki arti yang mendalam dalam penggunaan roti dan anggur untuk acara ibadat. Tanda ini pada jaman Perjanjian Lama, dipakai oleh Melkisedek yang adalah raja dan imam. Dia membawa roti dan anggur sebagai tanda persembahannya sendiri Kej 14:18. Selain itu dalam Perjanjian Lama, roti mengingatkan pada pembebasan bangsa Israel dari Mesir yaitu ketika Israel hidup dari roti Sabda Allah Ul, 8:3. Sedangkan pesta anggur dalam Perjanjian Lama, mempunyai arti eskatologis, yaitu penantian mesianis akan pembangunan kembali Yerusalem.

b. Rumusan Doa yang Diucapkan

Rumusan doa yang diucapkan yaitu yang terdapat dalam doa konsekrasi dalam Perayaan Ekaristi: “Terimalah dan makanlah...” dan “Terimalah dan minumlah...” Pada waktu imam mengucapkan doa ini sambil mengangkat roti dan kemudian mengangkat piala yang berisikan anggur, saat itulah roti berubah menjadi Tubuh Kristus dan anggur dalam cawan berubah menjadi Darah Kristus.

c. Pelaksana Sakramen

Pelaksana Sakramen disebut juga pelayan Sakramen. Mereka adalah para Uskup dan Imam, yaitu yang sudah menerima Sakramen Imamat.

d. Penerima Sakramen

Siapakah penerima Sakramen? Penerima Sakramen adalah semua orang Kristen Katolik yang sudah dibaptis. Identifikasi roti dengan Tubuh-Nya dan anggur dengan Darah-Nya menunjukkan kehendak Yesus untuk hadir secara nyata dalam roti dan anggur. Melalui Konsili Trente, perubahan dalam perayaan Ekaristi ini dijelaskan dengan istilah transubstansiasi. Artinya dalam konsekrasi, substansi atau bahan roti diubah ke dalam substansi Tubuh Kristus dan substansi anggur diubah ke dalam substansi Darah-Nya. Perubahan ini terjadi karena kekuatan Sabda-Nya dan karena kekuatan Roh Kudus, yang tidak berubah adalah rupa, warna, berat, rasa, dan bentuk dari roti dan anggur itu. Kehadiran Kristus dalam Ekaristi ini dimulai dari saat konsekrasi dan berlangsung selama rupa Ekaristi itu ada. Setiap rupa, baik roti maupun anggur, dalam setiap bagiannya tercakup seluruh Kristus sehingga pemecahan roti tidak membagi Kristus. Barang siapa menerima roti atau anggur berarti menerima Kristus yang utuh.

5. Liturgi Sakramen Ekaristi

Misa adalah perayaan Ekaristi dalam ritus liturgi Barat dari Gereja Katolik Roma, tradisi Anglo - Katolik dalam Gereja Anglikan, dan beberapa Gereja Lutheran. Istilah Misa berasal dari kata bahasa Latin kuno missa yang secara harafiah berarti pergi berpencar atau diutus. Kata ini dipakai dalam rumusan pengutusan dalam bagian akhir Perayaan Ekaristi yang berbunyi Ite, missa est Pergilah, tugas perutusan telah diberikan yang dalam Tata Perayaan Ekaristi di Indonesia dipakai rumu bsan kata-kata Marilah pergi kita diutus. Adapun tata liturgi Perayaan Ekaristi menurut TPE Tata Perayaan Ekaristi KWI 2005 adalah sebagai berikut: PEMBUKAAN • Lagu Pembukaan • Pemberian Salam dengan kata pembukaan • Pernyataan Tobat dengan: “Tuhan kasihanilah kami” • Doa Kemuliaan peringatan hari besar • Doa Pembukaan LITURGI SABDA • Bacaan I Perjanjian Lama ; Bacaan harian • Mazmur Tanggapan • Bacaan II Perjanjian Baru ; hari Minggu hari Raya • Alleluia dengan Bait pengatar Injil • Bacaan III Injil • Homili • Aku Percaya • Doa Umat LITURGI EKARISTI • I. Persembahan Mempersiapkan Persembahan kolekte dan arak-arakan Doa Persembahan • II. Doa Syukur Agung Prefasi denga Kudus Doa Ekaristi dengan Konsekrasi dan Anamnese • III. Komuni Doa Bapa Kami Salam Damai Anak Domba Allah dengan pemecahan Hosti Menyambut Komuni Syukur Doa sesudah Komuni PENUTUP • Pengumuman • Pengutusan

C. Perkembangan Hidup Rohani

1. Pengertian Hidup Rohani

Kata Rohani berasal dari kata Ibrani “ ruah” yang berarti nafas. Adanya hidup dalam tubuh manusia sering dihubungkan dengan adanya nafas sehingga manusia sebagai mahluk rohani berarti manusia sanggup berhubungan dengan Sang Sumber hidupnya. Makna rohani lebih dipusatkan pada kesanggupan untuk berhubungan dengan Tuhan atau menyadari kehadiran Yang Ilahi dalam hidupnya. Oleh karena itu manusia dipanggil untuk mengenal Dia yang hadir dalam batinnya Heuken, 2005:130. Hidup Rohani juga menyangkut “Roh”Spirit. Roh mengacu pada keseluruhan diri sejati. Diri kita tercermin dalam sikap dan relasi terhadap Tuhan. Aspek rohani menyangkut segala sesuatu yang bersifat “Immaterial” dan tak terlihat secara fisik, karena itu kehidupan Rohani menyangkut sikap hati, jiwa atau roh secara keseluruhan terhadap Tuhan Hidya Tjahya, 2011:60 Hidup Rohani merupakan relasi Pribadi dengan Tuhan Hidya Tjahya, 2011:62, karena itu, tanggungjawab setiap pribadi untuk menjalin relasi yang terus menerus dengan Tuhan, karena pada akhirnya setiap pribadi harus mempertanggungjawabkan hidup rohaninya kepada Tuhan. Hidup Rohani merupakan sebuah relasi kasih dengan Tuhan sehingga perlu mengutamakan Tuhan dan kasih-Nya, karena Tuhan adalah pencipta dan mahakuasa. Maka Hidup Rohani merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia karena menyangkut tujuan hidup manusia di dunia. Hidup rohani menjadi landasan kehidupan manusia. Hidup Rohani adalah hidup yang pada dasarnya merupakan dialog terus menerus antara Allah dan pribadi manusia secara pribadi. Dialog tersebut dapat dilakukan melalui Perayaan Ekaristi, Doa, Refleksi,bacaan Rohani, Doa Rosario dan segala kegiatan dilakukan umat beriman setiap hari dalam perjalanan hidupnya.

2. Aspek – aspek hidup Rohani

Hidup Rohani merupakan suatu proses yang perlu diperjuangkan terus- menerus oleh setiap orang Kristen agar bertumbuh dan berkembang dalam mencapai kesempurnaan hidup. Dalam memperjuangkan kematangan hidup rohani, setiap pribadi hendaknya selalu mengandalkan Roh Allah untuk membimbing dan menyertainya. Agar dapat memperjuangkan dan mengembangkan kematangan hidup rohani, maka dapat dilakukan dengan cara Adorasi Ekaristi, melatih hidup doa, Refleksi, Bacaan Rohani, Devosi, Doa Rosario;

a. Adorasi Ekaristi

Adorasi atau pujian kepada sakramen Mahakudus merupakan praktek devosi sembah sujud di hadapan sakramen Mahakudus. Pentahtaan sakramen Maha kudus muncul hubungannya dengan kerinduan umat beriman untuk memandang Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus Martasudjita, 2005:424. Tujuan adorasi kepada sakramen Mahakudus ialah sembah sujud kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi dan sekaligus untuk menyatukan hati dengan Yesus yang hadir dalam sakramen Mahakudus. Namun perlu disadari bahwa puncak kesatuan dengan Tuhan yang hadir dalam Ekaristi pertama-tama terjadi dalam Komuni Kudus saat perayaan Ekaristi. Dan bilamana kaum Beriman menghormati Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, hendaknya mereka ingat bahwa kehadiran itu bersumber pada kurban Ekaristi.

Dokumen yang terkait

Peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam rangka menanggapi panggilan sebagai katekis.

1 36 153

Pengaruh pelatihan teater rakyat terhadap kemampuan public speaking mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai faktor penting dalam proses berkatekese.

1 11 156

Pengaruh mata kuliah program pengalaman lapangan pendidikan Agama Katolik paroki terhadap panggilan mahasiswa menjadi seorang Katekis di program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3 45 136

Pengaruh pengelolaan waktu belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2009-2012.

0 5 141

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 168

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

0 1 2

Pengaruh penghayatan sakramen tobat terhadap penghayatan tugas pewartaan mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

0 0 138

Peranan teater rakyat dalam memperkembangkan kesadaran sosial mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 131

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230

Pembinaan spiritualitas di program studi IImu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai upaya membantu mahasiswa dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis - USD Repository

0 2 167