BAB I PENDAHALUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perayaan Ekaristi sebagai Sumber dan puncak seluruh hidup umat Kristiani LG 11, memberi makna terdalam bagi kehidupan rohani seluruh umat
beriman. Sejak Gereja perdana merayakan Ekaristi menjadi pusat seluruh kehidupan umat beriman Kristiani. Umat perdana tekun merayakan peristiwa
keselamatan ini dalam perjamuan makan bersama dan peristiwa pemecahan roti. Perayaan Ekaristi yang bersumber pada perjamuan terakhir Yesus bersama para
murid-Nya dirayakan oleh umat katolik seluruh dunia. Gereja diajak terus –
menerus merefleksikan hidup imannya, dan berusaha mendalami makna Ekaristi sebagai hidup panggilan dan perutusannya di tengah dunia terlebih sekarang
dimana semakin banyak tawaran hidup yang membuat orang lemah dalam penghayatannya sebagai orang katolik yang hidup di zaman kini
Umat kristiani sering menyebut Sakramen Ekaristi dengan istilah ucapan Syukur atas karya keselamatan Allah yang tertumpah dalam diri Yesus yang
wafat di Kayu salib demi menebus dosa manusia atau dengan kata lain Ekaristi menjadi “ jantung dari iman Katolik
Dokumen resmi Gereja sendiri yang tertuang dalam ajaran Konsili vatikan II
biasa menyebut Ekaristi sebagai “ Sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani LG 11; lih. SC 10; CD 30; AG 9. Istilah Ekaristi bukanlah sekedar
lambang belaka, tetapi adalah sungguh tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan Yesus Kristus. Ekaristi bukan hanya salah satu sakramen; Ekaristi adalah Gereja dalam
bentuk sakramen. Gereja adalah bagaikan Sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah LG 1 dan rumusan itu berlaku juga untuk
Ekaristi. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “ sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia.
Ekaristi itu perayaan umat. Perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam umat. Dalam perayaan Ekaristi umat diajak untuk sungguh
menghayati – dalam iman – kesatuan dengan Tuhan yang hadir di tengah mereka.
Maka, Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing – masing orang secara
pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi ikatan antara umat sendiri yang nyata dalam bentuk ibadat yang pada dasarnya berasal dari agama yahudi, melalui
perjamuan malam terakhir Ekaristi merupakan bukti nyata kasih Kristus yang terbesar, sebab
melaluinya Kristus memberikan diri-Nya sendiri kepada kita sahabat-sahabat- Nya. Kasih Kristus ini demikian sempurna, sehingga tidak saja membawa kita
mendekat kepada-Nya, namun lebih dari itu, mempersatukan kita dengan Dia. Dalam Kitab Hukum Kanonik KHK 897 ditegaskan bahwa ;
Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya kristus sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja
selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, dimana kurban salib diabadikan sepanjang masa,
adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan Kristiani dan sumber yang menandakan
serta menghasilkan
kesatuan umat
Allah dan
menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus Sedangkan pada KHK,Kanon 912 lebih ditegaskan lagi bahwa ; Setiap
orang yang telah dibaptis dan tidak dilarang oleh hukum, dapat dan harus diizinkan untuk menerima komuni suci.
Kedua Kanon di atas ingin menegaskan bahwa Sakramen Ekaristi merupakan sakramen yang terluhur, yang didalamnya Yesus sendiri yang hadir,
dikurbankan, dan disantap dan menjadi puncak iman. Jadi setiap umat beriman Kristiani yang sudah dibabtis yang termasuk
juga para mahasiswa khususnya para calon katekis wajib untuk merayakan sakramen Ekaristi. Dengan menyambut Ekaristi dalam Komuni Kudus, kita
mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah Kristus dan kita disatukan dengan Kristus dan dengan semua anggota-Nya. Sesuai dengan janji Kristus sendiri,
dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus ini, kita memperoleh hidup yang kekal Yoh 6:54. Dengan digabungkannya kita dengan Kristus, kita memperoleh
kekuatan baru untuk mengasihi dan mengampuni, sebagaimana Ia telah lebih dahulu mengasihi dan mengampuni kita. Oleh rahmat-Nya dalam Ekaristi, kita