1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berbicara adalah kebutuhan setiap orang. Dengan berbicara setiap individu lebih bisa berkomunikasi dengan sesamanya. Berbicara merupakan salah satu
komponen dari berbahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bicara berarti berkata; bercakap; berbahasa.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi
atau kata-kata
untuk mengekspresikan,
menyatakan serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perluasan Tarigan. 1985:5. Seorang linguis berpendapat bahwa “speaking is language” Tarigan, 1985:3. Berbicara adalah
sebuah bahasa yang sudah berkembang dari kehidupan manusia sejak anak-anak. Dalam berbicara, hal lain yang tidak kalah penting dan berhubungan erat dengan
berbicara adalah menyimak. Berbicara dan menyimak sangat erat hubungannya dan tidak bisa dipisahkan. Kedua aspek tersebut dapat kita pelajari lebih lanjut
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang ada
di dunia pendidikan Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia sudah ada dan dikembangkan dari SD sampai dengan SMA. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia ini dinyatakan secara eksplisit dalam kurikulum 1975. Selanjutnya dalam kurikulum 1984 pengajaran Bahasa Indonesia dimantapkan lagi Tarigan,
1985: 88. Pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi penting diajarkan terutama sejak usia sekolah dasar karena salah satu fungsi bahasa itu sendiri sebagai alat
komunikasi. Dengan berbahasa, seseorang bisa mengungkapkan perasaan dan
2
pikiran Suwarna, 2012: 1. Dalam berbahasa, tidak jarang seseorang mengalami kesalahan baik dalam berbahasa tulis tertulis dan lisan langsung atau tidak
tertulis. Secara garis besar, kesalahan yang terjadi dalam berbahasa adalah bagaimana cara menyampaikan dan apa yang akan disampaikan. Hal ini sering
terjadi di dunia pendidikan, khususnya di sekolah dasar. Dalam observasi pengajaran di kelas yang dilakukan peneliti di SD N Puren
pada 17 Maret 2015, didapatkan hasil bahwa penggunaan bahasa Indonesia khususnya dalam hal berbicara masih kurang maksimal. Berikut merupakan hasil
observasi keterampilan berbicara yang dilakukan peneliti: Tabel 1.1 Kondisi awal keterampilan berbicara siswa
Keterangan Indikator
Rata- rata
Faktor Kebahasaan Faktor Non-kebahasaan
Pengu- capan
Jeda Nada
Pilihan kata
Pemba- waan
Pandang- an mata
Ekspre si
kelan caran
Jumlah Skor 58,5
56 56.5
51 56
55 53
57,5 55,44
Rata-rata skor
1,72 1,65
1,66 1,5
1,6 1,6
1,6 1,7
1,63 Jumlah siswa
terampil berbicara
15 14
18 10
15 10
6 11
13 Jumlah siswa
tidak terampil
berbicara 19
20 16
24 19
24 28
23 22
Persentase siswa
terampil berbicara
44,1 41,2
52,9 29,4
44,1 29,4
17,6 32,4
36,39 Persentase
siswa tidak terampil
berbicara 55,9
58,8 47,1
70,6 55,9
70,6 82,4
67,6 63,61
Dari hasil wawancara dengan guru kelas, nilai yang didapat siswa kelas 1 dalam aspek berbicara seringkali di bawah kriteria ketuntasan yaitu 65. Sementara
3
hasil observasi pada tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai siswa yang terampil berbicara belum mencapai 50 atau minimal 17 dari 34 siswa. Penyampaian
materi oleh guru dan proses interaksi di kelas kebanyakan menggunakan bahasa daerah bahasa jawa. Bahkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru masih
cenderung lebih banyak menggunakan bahasa daerah daripada bahasa indonesia seperti yang seharusnya digunakan. Kebiasaan sehari-hari siswa yang
menggunakan bahasa daerah menjadi salah satu persoalan yang dihadapi di kelas ini. Persoalan lain yang menjadi penyebab kurangnya penggunaan bahasa
Indonesia yang benar adalah penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal. Terlebih dalam kurikulum 2013 ini, penggunaan media pembelajaran
menjadi salah satu unsur penting untuk menunjang pemahaman siswa. Dalam penelitian ini, faktor penunjang keterampilan berbicara siswa adalah
dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang menarik dapat merangsang siswa untuk memahami materi pembelajaran. Dari berbagai
media yang yang ada, penggunaan media video dalam pembelajaran bahasa dirasa paling cocok. Dengan pengamatan yang dilakukan siswa dari media video, siswa
bisa setidaknya mencontoh penerapan penggunaan bahasa yang baik dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Terdapat beberapa penelitian yang menunjang peneliti untuk melakukan penelitian ini. Yang pertama penelitian dari Setiawardani 2013 yang berhasil
meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan menggunakan media video. Selain itu ada juga penelitian dari Nurcahyo 2013 yang
menggunakan media video tutorial untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dan
4
yang terakhir penelitian dari Saloko 2013 yang berhasil mengembangkan media video menjadi media pembelajaran yang layak digunakan pada pelajaran
matematika di sekolah dasar. Berdasarkan latar belakang dan beberapa penelitian terdahulu yang
mendukung, maka peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penggunaan Media Video Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Dan
Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 Sd Negeri Puren.
B. Batasan Masalah