Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Landasan teori dalam penelitian ini akan menjelaskan beberapa hal, yaitu keterampilan berbicara, hasil belajar, media video, dan Pembelajaran Tema 3 Kegiatanku Subtema 1 : Kegiatan Pagi Hari. 1. Keterampilan Berbicara Tarigan 1985: 18 mengungkapkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perluasan. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan pembicara agar maksud dan gagasannya didengar oleh penyimak atau pendengar. Ada tiga 3 maksud umum dari berbicara itu sendiri. Maksud umum yang pertama untuk memberitahukan, melaporkan to inform, selanjutnya untuk menjamu atau menghibur to entertain , dan untuk membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan to persuade . Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam berbicara Tarigan 1985 : 20, antara lain : a. Membutuhkan paling sedikit dua orang. Hal ini dimaksudkan agar salah satu individu menjadi pembicara dan yang lain menjadi penyimak atau pendengar. Tetapi berbicara bisa saja dilakukan oleh satu orang saja. Contohnya saat individu tersebut sedang menggerutu karena kakinya 9 tersandung batu atau seseorang yang sedang menghapalkan materi pelajaran. b. Mempergunakan sandi linguistik yang dipahami bersama. Sandi linguistik adalahbeberapa tanda atau pengenal yang digunakan untuk menyampaikan maksud dari berbahasa itu sendiri. Sandi linguistik digunakan agar dua belah pihak pembicara dan pendengar dapat saling memahami apa yang sedang mereka bicarakan. Bahkan bila mereka menggunakan dua bahasa yang berbeda saling mengerti, pembicaraan mereka tetap dapat dilakukan. c. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum.Daerah referensi yang umum mungkin selalu tidak mudah dikenalditentukan, namun, pembicaraan menerima kecenderungan untuk menemukan satu diantaranya. d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan. Pembicaraan yang dilakukan antara pembicara dan pendengar atau penyimak akan saling bertukar informasi dan bisa juga saling bertukar pendengan menjadi pembicara dan sebaliknya. e. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.Sebuah pembicaraan akan terjadi dengan baik jika antara pembicara dan pendengar terjadi hubungan timbal balik tentang respon dari pembicaraan tersebut. f. Berhubungan dan berkaitan dengan masa kini. 10 g. Hanya melibatkan perlengkapan yang berhubungan dengan suarabunyi bahasa dan pendengaran. h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima. Suatu pembicaraan mencakup bukan hanya apa yang secara nyata dibicarakan misalnya tentang keadaan lingkungan sebenarnya tetapi juga tentang yang lebih luas seperti gagasan yang muncul dari pembicaraan tersebut. Secara garis besar berbicara dibagi dalam dua 2 bagian yaitu 1 berbicara di muka umum public speaking dan 2 berbicara pada konferensi conference speaking. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah bagian berbicara di muka umum atau public speaking, dan jenisnya adalah berbicara untuk melaporkan. Berbicara untuk melaporkan bertujuan untuk memberikan informasi dari pembicara kepada pendengarnya. Beberapa tujuan dalam berbicara di muka umum, antara lain: a. Memberi atau menanamkan pengetahuan b. Menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda- benda c. Menerangkan atau menjelaskan suatu proses d. Mengintepretasikan atau menafsir sesuatu persetujuan ataupun menguraikan sesuatu tulisan Tujuan yang akan dicapai tersebut akan terwujud dengan adanya penyusunan rencana. Dalam menyusun rencana tersebut, diperlukan beberapa hal juga yang harus diperhatikan yaitu : 11 a Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati kita. Hal ini dibutuhkan karena jika seorang pembicara memilih pokok pembicaraan yang sesuai dengan pilihan hatinya, sudah bisa dipastikan jika apa yang akan disampaikannya dapat menarik para pendengar. b Membatasi pokok pembicaraan. Pokok pembicaraan yang akan disampaikan tidak mungkin bisa sampai ke hal-hal yang terperinci. Jika hal ini dilakukan sudah pasti akan membutuhkan waktu lama. Pembicaraan yang menghabiskan waktu lama bisa membuat pendengar menjadi bosan dan tidak tertarik pada topik yang disampaikan. Untuk itu pembicara perlu membatasi hal-hal penting apa saja yang harus disampaikan kepada pendengar hingga pokok pembicaraan tersalurkan dan tidak membuat pendengar menjadi bosan. c Mengumpulkan bahan-bahan. Hal selanjutnya yang diperlukan dalam menyusun rencana berbicara di depan umum adalah menyiapkan bahan tentang topik apa saja yang akan dibicarakan. Hal ini bisa didapat dari buku, internet, pengalaman pribadi, atau bahkan ada seseorang yang ahli dan mau dimintai keterangan tentang topik yang akan dibicarakan. d Menyusun bahan. Setelah semua bahan pembicaraan dikumpulkan, pembicara harus menyusun bahan tersebut ke dalam tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan. Arsjad 1988: 17 mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan berbahasa seseorang yaitu faktor kebahasaan dan 12 faktor nonkebahasaan. Dua faktor tersebut akan diuraikan dalam penjelasan sebagai berikut: a. Faktor Kebahasaan Dalam faktor kebahasaan terdapat beberapa aspek yang bisa diperhatikan untuk menunjang keterampilan berbicara yaitu 1 Pengucapan kata lafal Pengucapan kata menjadi hal yang penting dalam keterampilan berbicara. Pengucapan kata yang jelas dan benar akan menyampaikan maksud atau isi yang benar pula kepada pendengar. Jika seseorang berbicara tanpa lafal yang jelas, makna dari perkataan itu mungkin tidak tersampaikan atau dapat bermakna lain dan tidak sesuai dengan maksud awal pembicaraan. 2 Penempatan penggalan dan jeda Kedua hal ini juga menjadi aspek yang harus diperhatikan dalam berbicara. Pendengan akan lebih mudah mengerti maksud dari suatu perkataan jika penempatan penggalan kata dan kalimatnya tepat. Penggalan kalimat yang salah akan menimbulkan makna yang berbeda dari kalimat itu sendiri atau bahkan menghilangkan makna yang awalnya akan diberikan. Selain itu, pendengar juga akan lebih mudah memahami suatu pembicaraan jika pengucapannya menggunakan jeda yang tidak sesuai; tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. 13 3 Nada atau irama Penggunaan nada pada sebuah pembicaraan juga mempengaruhi daya paham pendengar. Pendengar akan lebih mudah mengerti maksud dari suatu pembicaraan seseorang sedih, gembira, pernyataan, pertanyaan, dll. apabila ada nada dalam kalimatnya. Jika pembicaraan cenderung datar dalam menyampaikan meksudnya, pendengar akan susah mennagkap maksud dari pembicaraan atau bahkan diacuhkan. 4 Pilihan kata diksi Pilihan kata yang tepat juga akan membuat sebuah pembicaraan semakin komunikatif. Pilihan kata dikatakan tepat apabila seorang pembicara dapat memilik kata-kata apa yang pantas digunakan kepada pendengar. Hal ini menjadi sangat penting karena pendengar akan merasa nyaman berbicara apabila pilihan kata yang mereka dengan sesuai dengan apa yang bisa mereka pahami. 5 Ketepatan sasarantopik Sebuah pembicaraan yang baik adalah pembicaraan yang dapat menyampaikan maksud dari topik secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kalimat pembicara. Kalimat yang tepat akan mempermudah pendengar menerima maksud dari topik yang disampaikan pembicara. 14 b. Faktor Non kebahasaan Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam faktor nonkebahasaan untuk menunjang keterampilan berbicara seseorang yaitu: 1 SikapPembawaan Sikap menjadi hal yang penting dalam penyajian seseorang saat berbicara. Pendengar akan mudah mengerti isi pembicaraan seseorang saat seorang pembicara tenang dalam berbicara. Karena sikap yang tenang akan mudah meyakinkan pendengar bahwa pembicara menguasai materi yang ia sampaikan. 2 Pandangan Mata Diperlukan pandangan mata saat seseorang berbicara. Hal ini dibutuhkan supaya terlihat adanya komunikasi yang aktif antara pembicara dan pendengar. Pembicara yang baik akan mengarahkan pandangan matanya keseluruh pendengar, membuat pendengar merasa dihargai dan benar-benar diajak berbicara. 3 MimikEkspresi Ekspresi yang tepat akan membuat pembicaraan menjadi efektif. Ekspresi pembicara yang tepat juga akan membantu penyampaian topik kepada pendengar. Pendengar akan lebih mudah menangkap topik dari pembicara apabila penggunaan ekspresi tidak berlebihan. 4 Kelancaran Kelancaran menjadi menjadi hal yang penting juga dalam penilaian keterampilan berbicara. Pendengar akan lebih mudah menerima 15 maksud dari pembicaraan seseorang jika pembicara lancar dan tidak terbata-bata saat berbicara. Seringkali pembicara masih belum lancar dalam berbicara dikarenakan penguasaan materi yang belum sepenuhnya. 5 Penguasaan materi Penguasaan topik juga membuat suatu pembicaraan berjalan komunikatif. Pendengar akan merasa yakin pada isi dari topik adalah benar jika pembicara menguasai apa yang sedang ia katakan. Jadi penguasaan topik sebenarnya menjadi faktor utama dalam suatu pembicaraan. Berdasarkan penjelasan yang memperjelas keterampilan berbicara yang dikemukakan oleh Arsjad, maka dalam penelitian ini indikator keterampilan berbicara dibatasi sebagai berikut: a. Faktor kebahasaan meliputi indikator pengucapan, jeda, nada, dan pilihan kata. b. Faktor non-kebahasaan meliputi indikator pembawaan, pandangan mata, ekspresi, dan kelancaran. Dalam penelitian ini indikator ketepatan sasaran yang termasuk dalam faktor kebahasaan dan indikator penguasaan materi yang termasuk dalam faktor non-kebahasaan tidak diikutkan. Hal ini dikarenakan materi dan topik yang diberikan kepada siswa sudah ditentukan oleh guru peneliti sehingga siswa tidak perlu menyiapkan materi dan hanya berfokus pada delapan indikator yang lain. 16 Penilaian indikator ketepatan sasaran dan penguasaan materi terpenuhi dengan nilai hasil belajar mereka yang baik di atas KKM. 2. Belajar a. Pengertian Belajar Banyak pendapat yang mengemukakan tentang pengertian belajar. Dalam penelitian ini ada beberapa pendapat yang digunakan untuk menyamakan persepsi tentang belajar. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Slameto 2010: 2 mengatakan, belajar adalah suatu proses yang dilakukan sesorang untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari apa yang dia alami sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam pengertian ini, Slameto menekankan pada pengalaman pembelajar dengan lingkungannya. Melalui apa yang dialami dengan lingkungannya, pembelajar akan mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar. 2. Hamalik 2007: 12 mengemukakan bahwa belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikologis. Seseorang dikatakan telah belajar apabila di akhir pembelajarannya, dia 17 sudah memperoleh perubahan dalam dirinya dan memiliki pengalaman baru. Dari dua pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang diperoleh individu berdasarkan pengalaman aktifnya selama berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Di akhir proses belajar, pembelajar akan mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikologisnya. b. Hasil Belajar Dengan berakhirnya proses belajar, maka individu akan mendapatkan hasil dari belajarnya tersebut. Winkel Purwanto, 2009: 51 mengungkapkan bahwa hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam domain kognitif mencakup Comprehension pemahaman, Synthesis mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, evaluation penilaian. Domain afektif mencakup receiving sikap menerima, responding merespon, valuing nilai, organization organisasi, dan characteristic karakteristik. Sedangkan domain psikomotorik mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Selain itu Gagne Purwanto, 2009: 53 juga mengungkapkan bahwa hasil belajar menurut pendapatnya. Menurutnya hasil belajar adalah 1 informasi verbal, 2 ketrampilan intelektual, 3 strategi 18 kognitif, 4 keterampilan kognitif, dan 5 sikap yang dikuasai siswa setelah menerima pelajaran. Berdasarkan pada dua pengertian tersebut maka hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam hal penguasan materi yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini hasil belajar difokuskan pada aspek kognitif siswa. Aspek afektif dinilai dalam faktor non-kebahasaan dalam keterampilan berbicara. Dan aspek psikomotor meliputi faktor kebahasaan siswa. Indikator hasil belajar yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah penguasaan siswa dalam memahami materi yang diberikan guru peneliti. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian nilai rata-rata soal evaluasi seluruh siswa, dan besarnya Persentase siswa yang nilainya mencapai KKM. 3. Video a. Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau penyalur. HeinichKosasih, 2007: 53 mengungkapkan bahwa media adalah saluran komunikasi. Dalam konteks ini, media yang dimaksud adalah alat-alat grafis, fotografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. 19 Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian. Selain itu media secara mendasar tidak hanya mengembangkan potensi siswa, tetapi juga mengembangkan kepribadian siswa yang bersangkutan. b. Media Video Media video adalah salah satu jenis dari media pembelajaran yang berupa penggabungan antara suara dan gambar. Menurut Ibrahim Mahadewi, 2012: 3 mengungkapkan video sebagai pembelajaran sebagai penayangan ide pada layar televisi. Sementara pengertian video menurut Ibrahim adalah perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan sebagai media penayangan ulang dari suatu rekaman. Unsur dalam video adalah adanya pesan yang disampaikan yang berupa fakta maupun fiktif yang bersifat informatif, edukatif, ataupun instruksional Sadiman, 2005: 74. Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat diartikan video sebagai media pembelajaran adalah jenis media audio visual yang dapat menampilkan sebuah materi fakta ataupun fiktif yang bersifat informatif, edukatif, ataupun instruksional. Dari pemakaian video sebagai media pembelajaran, ada kelemahan dan kelebihan video sebagai media pembelajaran Kelemahan penggunaan video 20 1 Pembuatan atau pemilihan video harus kreatif dan menarik, sesuai dengan penontonnya. 2 Perhatian siswa susah dikuasai. Jika video itu menarik, siswa cenderung asik dengan cerita dan susah dikondisikan. Sedangkan jika video yang ditampilkan kurang menarik, siswa susah untuk dirangsang aktif. 3 Penggunaan media ini cenderung kompleks karena harus disertai beberapa perangkat elektronik lainnya. Kelemahan penggunaan video 1 Mengatasi jarak dan waktu 2 Menggambarkan waktu yang cukup lama menjadi lebih singkat 3 Mengembangkan pemikiran siswa 4 Dapat diulang-ulang sesuai keperluan 5 Pesan mudah diingat 4. Pembelajaran Tema 3 Subtema 1 di SD Pembelajaran Tema 3 Kegiatanku Subtema 1 : Kegiatan Pagi Hari, digunakan untuk kelas 1 SD dengan menggunakan Kurikulum 2013. Di dalam kurikulum 2013 diterapkan juga pendekatan saintifik. a. Kurikulum 2013 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan 21 pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian tersebut terdapat dua dimensi yang terdapat di kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun pelajaran 20132014 diterapkan dengan memenuhi kedua dimensi tersebut. Kurikulum 2013 diterapkan berdasarkan beberapa faktor. Pertama, faktor internal, terkait dengan kondisi pendidikan yang ada, kurikulum 2013 diharapkan dapat terlaksana dengan mengacu pada delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Mengacu dari delapan standar tersebut, kurikulum 2013 diterapkan untuk mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang kompeten dan terampil. Faktor lain yang mendasari penerapan kurikulum 2013 adalah faktor eksternal yang mencakup kehidupan masa sekarang. Arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan 22 informasi, kebangkitan industri kreatif, dan kebangkitan pendidikan di tingkat internasional sekarang ini. Adanya kurikulum 2013 diharapkan dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik menjadikan manusia yang berkualitas yang tercantum pada tujuan pendidikan nasional. Dalam penerapannya, kurikulum 2013 mengembangakan proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir, pengetahuan, dan keterampilan psikomotor mereka. Proses pembelajaran langsung disusun dan dirancang dalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran.Sementara proses pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirandang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkaitan dengan penilaian sikap peserta didik. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran tematik terpadu adalah suatu penyajian pembelajaran dengan menyatukan beberapa mata pelajaran dengan tema sebagai media pemersatunya. 23 b. Pendekatan Saintifik Sumantoro Putra, 2013: 40 mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik adalah langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh satu kesimpulan ilmiah. Selain itu Kemendikbud 2013 menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah suatu pembelajaran yang mendorong dan memacu anak untuk melakukan keterampilan ilmiah. Keterampilan ilmiah yang dimaksud adalah proses belajar siswa yang meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan Daryanto, 2014:59. 1 Mengamati Dalam kegiatan mengamati, siswa lebih diutamakan untuk mencari makna dari materi yang disajikan. Siswa dapat memenuhi keingintahuan mereka dalam suatu materi dari kegiatan mengamati. Kompetensi yang dikembangkan dari kegiatan mengamati adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi. 2 Menanya Setelah kegiatan mengamati, siswa dirangsang untuk mengemukakan rasa ingin tahu mereka dengan bertanya. Pertanyaan yang diajukan siswa mewakili rasa ingin tahu siswa dari materi yang bersangkutan. Kompetensi yang ingin dikembangkan dari kegiatan menanya adalah mengembangkan 24 kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan siswa merumuskan hal yang ingin mereka tahu dalam bentuk pertanyaan. 3 Mencoba Pada tahap ini siswa dibimbing untuk mencoba suatu kegiatan yang berkaitan dengan materi yang bersangkutan. Misalnya siswa dibimbing untuk mengungkapkan isi dari video dengan mencoba berbicara dengan percaya diri. 4 Menalar Dalam kegiatan ini siswa dilatih untuk berpikir logis dan sistematis atas fakta yang mereka dapat dari materi untuk bisa menarik kesimpulan dari materi yang mereka dapat tersebut. Kompetensi yang dikembangkan untuk tahap menalar adalah mengembangkan kejujuran, teliti, disiplin, kerja keras, kemampuan menyimpulkan pendapat. 5 Mengomunikasikan Dalam tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk memberikan hasil dari proses pembelajarannya di depan kelas. Dalam penelitian ini, mengomunikasikan dilakukan siswa dengan menceritakan kembali cerita dari materi yang sudah mereka terima. Kompetensi yang ingin dikembangkan dari tahap ini adalah kejujuran, teliti, kemampuan berpikir sistematis, dan mengungkapkan pendapat secara singkat dan jelas. 25 Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik memiliki tiga kegiatan pokok yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup Daryanto, 2014:81. Dalam kegiatan pendahuluan, diharapkan suasana pembelajaran tercipta dengan efektif dan siswa dapat terpacu untuk melaksanakan pembelajaran. Dalam kegiatan inti, yang merupakan kegiatan utama dalam pembelajaran saintifik. Dalam kegiatan ini siswa diharapkan memahami dan mendapatkan pengalaman belajar. Kegiatan inti bertujuan untuk mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip siswa yang dibantu oleh guru melalui langkah-langkah pembelajaran. Kegiatan penutup di akhir proses pembelajaran dilakukan dengan tujuan memvalidasi konsep yang dikuasai siswa dan memberi pengayaan dari materi yang dikuasai siswa. c. Pembelajaran tema 3 Kegiatanku Subtema 1:Kegiatan Pagi Hari Pembelajaran tema 3 Kegiatanku Subtema 1: Kegiatan Pagi Hari diajarkan pada minggu-minggu awal di kelas 1 dalam Kurikulum 2013. Dalam pembelajaran ini, aktivitas siswa lebih ditekankan daripada pemberian materi dari guru. Dengan demikian keaktifan siswa tersebut dapat mempermudah penyerapan materi bagi siswa. Materi dalam penelitian ini dibagi menjadi empat pertemuan; dua pertemuan untuk siklus I dan dua pertemuan untuk siklus II. 26 Pembelajaran subtema kegiatan pagi hari mencakup beberapa mata pelajaran, tetapi dalam penelitian ini dikhususkan ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pertemuan pertama siklus I, materi yang diberikan berupa benda-benda serta kejadian yang yang ada di pagi hari. Pertemuan kedua dengan materi kegiatan di pagi hari, dari bangun tidur hingga berangkat sekolah. Dalam siklus II, pertemuan pertama siswa diberi materi tentang sarpan pagi dan pada pertemuan kedua siswa diberikan materi denah rumah mereka.

B. Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Hubungan keterampilan berbicara siswa dengan hasil belajar bahasa indonesia (studi kuantitatif di kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok, Semester Genap, Tahun Pelajaran 2015/2016

2 23 98

PENGGUNAAN MEDIA CARTOON PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA Penggunaan Media Cartoon Picture Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri Sambiduwur

0 1 10

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKANAKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA ASPEK Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Aspek Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas I Semester II SDN 01 Sambirejo Tah

0 1 16

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN BAHASA KRAMA ALUS Penggunaan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dengan Bahasa Krama Alus Pada Siswa Kelas V SDN Wonomulyo Kabupaten Wonogiri Tahu

0 1 16

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN BAHASA KRAMA ALUS Penggunaan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Dengan Bahasa Krama Alus Pada Siswa Kelas V SDN Wonomulyo Kabupaten Wonogiri Tahu

0 1 10

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA PRANCIS SISWA SMA NEGERI 2 MEDAN.

0 2 10

PENERAPAN MEDIA GAMBAR ELEKTRONIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA Penerapan Media Gambar Elektronik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Bejen Kecamatan Karanganyar.

0 0 15

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL VIDEO PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Barunagri, Lembang.

0 1 35

Penggunaan Sumber Belajar Lingkungan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Bongas Kulon 2 Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka.

1 2 48

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK KELAS II SD NEGERI PAJANG IV LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 18