Hubungan keterampilan berbicara siswa dengan hasil belajar bahasa indonesia (studi kuantitatif di kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok, Semester Genap, Tahun Pelajaran 2015/2016

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

oleh

NISWATUN HASANAH NIM 109018300016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

Niswatun Hasanah, NIM 109018300016, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal26 Juli

2016 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.D dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Jakarta, 26

luli20l6

PaniJia Ujian Munaqasah


(4)

(5)

i

Kelas I Madrasah Ibtidaiyah Unggulan Al Amanah Bedahan Depok Semester Genap Tahun pelajaran 2015/2016”. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Dosen Pembimbing I Dr. Hindun, M.Pd dan Dosen Pembimbing II Dr. Fauzan, MA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keterampilan berbicara dengan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I Madrasah Ibtidaiyah Unggulan Al Amanah Bedahan, Depok pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasi dengan rancangan penelitian menggunakan rubrik penilaian keterampilan berbicara dan dokumen hasil rapot siswa kelas I pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Sampel penelitiannya yaitu siswa kelas I B yang berjumlah 30 siswa.

Hasil penelitian menujukan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa untuk keterampilan berbicara adalah 73 dan nilai terendah adalah 51, untuk nilai hasil belajar Bahasa Indonesia nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 69. Peneliti menggunakan analisis statistic dengan rumus korelasi Product Moment dan diperoleh nilai rhitung sebesar 0,773 dan rtabel pada taraf signifikan 5 % sebesar

0,361. Maka rhitung>rtabel, Hal ini menunjukan bahwa keterampilan berbicara siswa

dengan hasil belajar Bahasa Indonesia terdapat hubungan yang positif. Korelasi tersebut berinterpretasi kuat dan tinggi.


(6)

ii

Speaking Skills Students with Learning Outcomes Indonesian Student Class I, Al Amanah Islamic elementary schools Depok Bedahan in the second Semester 2015/2016 school year". Government Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Science and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Supervisor I Dr. Hindun, M.Pd and Supervisor II Dr. Fauzan, MA.

This study aims to determine the relationship conversational skills to learning outcomes Indonesian Government Elementary School first grade students of Al Amanah Islamic elementary Schools Bedahan Depok in the second semester of the 2015/2016 academic year.

This research method uses quantitative methods research design using a correlation with the test speaking skills in the form of stories and documentaries rapot results of students in the second semester. Research samples are students of class I B totaling 30 students.

The results of the study addressed that the highest value obtained for the students speaking skills is 73 and the lowest value is 51, for the value of learning outcomes Indonesian highest score of 93 and the lowest value of 69. The researchers used statistical analysis Product Moment Correlation formula. and obtained rhitung value of 0.773 and rtabel at 5% significant level of 0.361. So rhitung>rtabel, This shows that the speaking skills of students with learning outcomes Indonesian there is a positive relationship. The correlation is strong and high.


(7)

iii

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan ni’mat Iman dan Islam serta kesehatan, Dan atas rahmat dan karunia serta hidayah-Nya, skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik, Shalawat teriring salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti jejak dan langkahnya hingga akhir zaman nanti.

Tiada kata yang dapat penulis torehkan lagi, kecuali hanyalah ucapan terimakasih yang tiada terkira atas bimbingan, dorongan serta masukan-massukan positif untuk membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag, Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Hindun, M.Pd, Dosen Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu, untuk senantiasa memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi dengan kesabaran dan keikhlasanna kepada penulis.

4. Dr. Fauzan, MA, Dosen Pembimbing II sekaligus dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Hj. Kokom Darwulan, S.Pd, MM selaku kepala sekolah MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok, serta guru-guru dan komponen lainnya yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.


(8)

iv

kepada Bapak dan Ibu.

8. Keluarga besar Bapak Anis bin Sabeih yang telah memberi motivasi dan mendukung penulis Dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Pendamping hidup serta imamku yang tersayang Dea Agustian, yang selalu memberikan bantuan moril maupun materil, dan curahan kasih sayang yang tiada henti diberikan , serta motivasi dan dorongan kepada penulis.

10. Buah hati tercintaku Asyraf Rasyid El Dzaky, yang selalu memberi dorongan tersendiri kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Kakak Dana Jaya dan Adikku Ismi Latifah yang menjai penyemangat.

12. Keluarga besar PGMI UIN ’09 kalian teman terbaik yang tidak akan pernah

penulis lupakan. tetap semangat dalam melanjutkan hidup setelah masa-masa kuliah ini.

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan, bimbingan, semangat, doa dan dukungan yang diberikan pada penulis dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. semua itu dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk dan saran serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Aamiin.


(9)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 6

A. Hakikat Keterampilan Berbicara ... 6

1. Pengertian Keterampilan . ... 7

2. Pengertian Berbicara ... 7

3. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 8

B. Tujuan Berbicara ... 8

C. Jenis-jenis Berbicara ... 10

D. Indikator Penilaian Keterampilan Berbicara ... 11

E. Hakikat Belajar ... 13

1. Pengertian Hasil Belajar ... 15

2. Tipe-tipe Belajar ... 16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 19

4. Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 21

F. Penelitian yang Relevan ... 22


(10)

vi

C. Populasi dan Sampel... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 33

G. Hipotesis Statistik ... 36

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Profil Sekolah MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok ... 37

B. Analisis Data Berdasarkan Tabel Indikator Keterampilan Berbicara... 41

C. Korelasi Analisis Data dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 45

BAB V: PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN LAMPIRAN


(11)

vii

Depok Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 26 Tabel 3.2 Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa ... 28 Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa ... 29 Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Pada

Aspek Kebahasaan ... 29 Tabel 3.5 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Pada

Aspek Non Kebahasaan ... 31 Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 32 Tabel 3.7 Angka Indeks korelasi “r” Product Moment ... 34 Tabel 4.1 Daftar Tenaga Pendidik MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok . 38 Tabel 4.2 Jumlah Siswa MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok ... 40 Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok ... 40 Tabel 4.4 Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Pada

Aspek Kebahasaan ... 41 Tabel 4.5 Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Pada

Aspek Non Kebahasaan ... 43 Tabel 4.6 Data Hasil Keterampilan Berbicara Siswa ... 44 Tabel 4.7 Data Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa ... 46 Tabel 4.8 Tabel Korelasi Product Moment antara Keterampilan Berbicara

Siswa dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ……….. 47 Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasional Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil

Belajar Bahasa Indonesia……… 50 Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil

Belajar Bahasa Indonesia... 52 Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Korelasi Keterampilan Berbicara Siswa dengan


(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan media bahasa. Bahasa harus dipahami oleh semua pihak dalam sebuah komunitas, karena manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi atau hubungan dengan manusia lain.

Dalam era informasi, bahasa akan lebih berperan, perhatikan pendapat Daoed Joesoef yang disampaikan pada Kongres Bahasa Indonesia III (1983) di Jakarta: “Bangsa yang telah maju peradabannya ditandai tidak saja oleh kemampuannya menguasai alam, membangun industri berat, membuat jaringan jalan raya, dan sistem pelayanan jasa yang bermutu tinggi, tetapi juga oleh

tingkat pemakaian bahasa dalam keanekaragaman kehidupan.” Dalam

pendidikan keluarga siswa mendapatkan pengajaran tata krama, adat istiadat, nilai dan norma melalui lisan, dan keterampilan berbicara sangat dibutuhkan.

Dua penelitian mengenai keterampilan berbahasa menggambarkan bahwa kegiatan berbicara menduduki posisi nomor dua. Laporan penelitian E. Bird menyatakan 25%, sedangkan laporan Pane T. Rankin menyatakan kegiatan berbicara sebesar 30%.

Dari data Ujian Nasional (UN) tahun 2011 dan dari tahun-tahun sebelumnya diketahui bahwa siswa yang tidak lulus UN lebih banyak gagal pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Dari beberapa kali pelaksanaan UN, justru nilai bahasa Indonesia yang paling rendah bahkan secara nasional.

Berbagai faktor menjadi penyebab siswa gagal dalam mata pelajaran bahasa Indonesia termasuk gagal dalam UN tersebut. Pertama, siswa menyepelekan bahasa Indonesia karena merasa sudah digunakan dalam kehidupannya sehari-hari. Kedua, rendahnya minat siswa untuk belajar bahasa Indonesia. Banyak siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar bahasa


(13)

Indonesia. Dibanyak sekolah, siswa justru lebih termotivasi belajar bahasa Inggris dan berprestasi dalam bahasa Inggris timbang dalam bahasa Indonesia.

Alwi mengatakan “Berbicara mengenai mutu pembelajaran bahasa sekarang ini, secara jujur kita katakan bahwa mutunya masih rendah.”

Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan ide, pikiran, dan pesan kepada orang lain sehingga terjadi komunikasi. Sebagai anggota masyarakat setiap individu dituntut terampil berkomunikasi. Terampil menyatakan ide, pikiran, gagasan, ide, perasaan. Terampil juga dalam menangkap informasi yang diterimanya. Agar komunikasi berjalan dengan baik, diperlukan penguasaan keterampilan berbahasa, menurut Tarigan keterampilan berbahasa (language arts, language skills), mencakup empat segi, yaitu “menyimak (listeningskill), berbicara (speakingskill), membaca (readingskill), dan menulis (writingskill)”.1

Keterampilan berbicara menunjang keterampilan berbahasa lainnya. Pembicara yang baik memberikan contoh yang dapat ditiru oleh penyimak yang baik, keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis sebab pada hakikatnya antara keduanya memiliki kesamaan dan perbedaan, sama-sama memiliki sifat produktif, tetapi dalam penyampaian pesan yang berbeda, berbicara menggunakan bahasa lisan dan menulis menggunakan bahasa tulisan. Keterampilan berbicara juga bermanfaat dalam memahami bacaan.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Dialog dalam keluarga antara anak dengan orang tua, antara ayah dengan ibu, dan antara anak dengan anak semua itu menuntut keterampilan berbicara. Di luar lingkungan keluarga terjadi percakapan, diskusi, antara teman dengan teman, tetangga dengan tetangga, kawan bermain, rekan kerja, dan sebagainya.

Pada bidang studi Bahasa Indonesia materi yang disampaikan oleh guru dimuat dengan menerapkan empat keterampilan berbahasa. Siswa melakukan kegiatan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca untuk memperoleh

1

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa


(14)

materi ajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Maka dari itu siswa diharapkan memperoleh pengetahuan berbahasa dan memiliki keterampilan berbahasa yang baik. Sehingga hasil belajar Bahasa Indonesia juga baik dan yang menjadi tujuan pembelajarannya Bahasa Indonesia pun tercapai.

Dalam menuntut ilmu, khususnya dalam mempelajari Bahasa Indonesia, siswa diharapkan terampil berbicara. Mereka harus mengutarakan pertanyaan-pertanyaan, menyatakan pernyataan-pernyataan dan mengutarakan semua kemampuannya dalam berbagai hal melalui berbagai cara, antara lain dengan berbicara.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan, terdapat temuan bahwa ada beberapa siswa yang hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kurang baik walaupun empat aspek keterampilan sudah diajarkan guru dengan baik.

Pada MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok bisa dikatakan terdapat siswa yang pendiam dan kurang bersosialisasi dengan teman sebaya, terdapat siswa yang memiliki keterampilan atau kemampuan berbahasa yang baik dan ada juga yang kurang baik. Begitupun dengan hasil belajar Bahasa Indonesia yang bervariatif.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian untuk melihat Hubungan antara Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka identifikasi masalah untuk penelitian ini adalah:

1. Siswa pendiam dan kurang bersosialisasi dengan teman sebaya 2. Keterampilan berbahasa beberapa siswa yang rendah


(15)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang muncul dibatasi. Dengan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Keterampilan Berbicara yakni pada keterampilan berbicara siswa

2. Hasil Belajar Bahasa Indonesia, hasil yang diperoleh siswa kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan, Depok dalam mempelajari suatu materi dan yang diambil dalam penelitian ini adalah nilai rapot Bahasa Indonesia semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Hubungan antara Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian iNi adalah untuk mengetahui Hubungan antara Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok, Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi pengalaman sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan untuk mengetahui Hubungan antara Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia. 2. Bagi guru, dapat memberikan informasi tentang hubungan antara


(16)

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.


(17)

6

1. Pengertian Keterampilan

Soemarjadi berpendapat bahwa kata “keterampilan sama artinya dengan kecekatan, terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan cepat dan benar.”1 Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil, sedangkan seseorang yang terampil dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut, seakan-akan tidak dipikirkan lagi bagaimana melaksanakannya dan tidak ada lagi kesulitan-kesulitan yang menghambat.

Soemarjadi juga mengatakan ruang lingkup keterampilan cukup luas, meliputi perbuatan berpikir, berbicara, melihat mendengar dan sebagainya.dalam arti sempit biasanya keterampilan digunakan pada kegiatan yang berupa perbuatan.

Keterampilan juga merupakan “Kecakapan untuk menyelesaikan tugas; bahasa ling kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, dan berbicara.”2 Muhibbin juga menambahkan “keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak alam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetuk, olahraga dan sebagainya.”3

Berdasarkan definisi keterampilan dari para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan merupakan suatu keahlian yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan tanpa

1

Soemarjadi, dkk, Pendidikan Keterampilan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1992) , h.2

2

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, Cet. ke-III, 2005), h.707

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT. Remaja


(18)

berarti, karena orang tersebut telah melakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang.

2. Pengertian Berbicara

Menurut Djago Tarigan dalam buku Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD menyatakan “Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan atau informasi melalui bahasa lisan.”4

Henry Guntur Tarigan menyatakan definisi berbicara, yaitu:”

a. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari.

b. Berbicara adalah sebagai suatu cara komunikator berkomunikasi dengan komunikan untuk menyampaikan informasi atau pesan.

c. Berbicara adalah sebuah seni komunikasi dan sebuah ilmu berbahasa.“5

Hal senada juga diungkapkan oleh Hindun, yang menyatakan bahwa “Berbicara adalah kemampuan menyampaikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan dengan tujuan tertentu, yaitu agar pesan yang disampaikan dapat dipahami atau diterima oleh pendengarnya.”6

Suparno juga mengatakan batasan berbicara berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi, yaitu:”

a. Berbicara merupakan ekspresi diri

b. Berbicara merupakan kemampuan mental motorik c. Berbicara merupakan proses simbolik

d. Berbicara terjadi dalam konteks ruang dan waktu

e. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang produktif.”7

4

Tarigan dalam Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung:

UPI Press, 2007), h. 60 5

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa

Bandung, 2008), h. 3 6

Hindun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah

Dasar,(Depok:Nufa Citra Mandiri, 2012), h. 194 7


(19)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara bukan hanya sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan, ide, pikiran yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar atau penyimak.

3. Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan Berbicara menurut H.G. Tarigan adalah “Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan dan perasaan.”8

Arsyad dan Mukti M.S yang dikutip Isah Cahyani dan Hodijah mengemukakan bahwa “Keterampilan berbicara adalah keterampilan dan kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengatakan, mengekspresikan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan dan perasaan.”9

Jadi keterampilan berbicara adalah suatu kemahiran dalam hal berbicara yang diperoleh dengan cara mengasah potensi tersebut melalui latihan atau rutinitas untuk mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan sehingga makna atau tujuan pembicaraan dapat tersampaikan dengan baik.

Keterampilan berbicara siswa adalah kemampuan siswa dam menggunakan alat komunikasi dalam menyampaikan dan mengekspresikan pesan berupa ide, gagasan, pikiran dan perasaan kepada khalayak luar.

B. Tujuan Berbicara

Menurut Tarigan tujuan utama berbicara adalah “Untuk berkomunikasi, agar pesan dari komunikasi tersampaikan secara

8

H.G Tarigan dalam Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD,

(Bandung: UPI Press, 2007), h. 60 9

Arsad dan Mukti US dalam Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD,


(20)

efektif.”10Maka dari itu pembicara harus memahami makna dari segala sesuatu yang ingin disampaikan dan pembicara juga harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar.

Tarigan juga menjabarkan tujuan berbicara menjadi tiga hal utama, yaitu:

1. Memberitahukan dan melaporkan (to Inform), 2. Menjamu dan menghibur (to Entertain), dan

3. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to Persuade)”.11 Gorys berpendapat senada, tujuan umum dari komposisi bahasa lisan (berbicara) antara lain: “Mendorong, meyakinkan, bertindak/berbuat, memberitahukan dan menyenangkan.” 12

Mulyana juga mengelompokan tujuan berbicara ke dalam empat tujuan, yaitu “Tujuan sosial, ekspresif, ritual dan instrumental.”13

Tujuan sosial yang dimaksud mulyana yakni manusia sebagai makhluk sosial menjadikan kegiatan berbicara sebagai sarana untuk membangun konsep diri, eksistensi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan dan menghindari tekanan serta ketegangan. Tujuan ekspresif adalah bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan pembicara kepada orang lain. Tujuan ritual adalah bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan ritual kepada penganutnya. dan tujuan instrumental adalah berbicara digunakan sebagai alat untuk memperoleh sesuatu.

Berbeda dengan pendapat di atas, Djago menggolongkan tujuan berbicara menjadi 5 golongan, yaitu: “

1. Memberitahukan dan melaporkan (to Inform), 2. Menjamu dan menghibur (to Entertain),

3. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to Persuade), 4. Menstimulus pendengar, dan

10

Henry G. Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbicara, (Bandung: Angkasa,

2008), h. 16-17 11

Ibid, h. 16-17 12

Gorys Keraf, Komposisi, (Jakarta: Nusa Indah, Cet ke- 10, 1994) h. 320-322 13

Mulyana dalam Asep Supriyana. dkk, Berbicara, (Jakarta: Universitas Terbuka, Cet. ke-2, 2007), h.17


(21)

5. Menggerakan pendengar”14

Tujuan berbicara pada umumnya ada empat, yakni:”

1. Mass Information, yakni untuk memberi informasi kepada halayak. berbicara dapat digunakan untuk menyampaikan informasi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang dengan pengetahuanny.

2. Mass Education, yakni untuk memberi pendidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan.

3. Mass Persuasion, yakni untuk mempengaruhi. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang mencari dukungan. Seperti yang dilakukan oleh orang yang sedang bisnis.

4. Mass Entertaiment, yaitu untuk menghibur. Biasanya dilakukan oleh

yang mempunyai profesi yang menghibur.”15

C. Jenis-jenis Berbicara

Sebelum menguraikan tentang jenis-jenis berbicara, maka peneliti akan menyajikan tentang hambatan yang mempengaruhi keterampilan berbicara siswa baik hambatan dari dalam maupun hambatan dari luar. Isah cahyani mengungkapkan, yaitu:”

1. Hambatan Internal : a. ketidaksempurnaan alat ucap, b. penguasaan komponen kebahasaan yang kurang, c. kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental siswa, d. kondisi lingkungan

2. Hambatan Eksternal : a. suara atau bunyi, b. kondisi ruangan, c. media, d. pengetahuan pendengar.”16

14

Djago Tarigan, Pengembangan Keterampilan Berbicara, (Jakarta: DEPDIKBUD, 1997), h.

37-49 15

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h.52 16

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 63


(22)

Menurut H.G. Tarigan, berbicara terbagi menjadi empat kategori, yaitu:”

1. Berbicara di muka umum. Meliputi: berbicara untuk melaporkan, berbicara untuk meyakinkan, berbicara untuk merundingkan dan berbicara secara kekeluargaan.

2. Diskusi kelompok. Meliputi: kelompok resmi dan kelompok tidak resmi.

3. Prosedur parlementer

4. Debat. Meliputi: debat majelis atau parlementer, debat pemeriksaan ulangan dan debat formal atau pendidikan.“17

D. Indikator Penilaian Keterampilan Berbicara

Dalam buku Isah Cahyani dan Hodijah, Suhendar mengemukakan bahwa keterampilan berbicara siswa dapat dinilai sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus diperhatikan, yaitu:”1. lafal, 2. struktur, 3. kosakata, 4. kefasihan, 5. pembicaraan, 6. pemahaman.”18

Sedangkan Sapani berpendapat mengenai penilaian keterampilan berbicara mencangkup tiga apek, yaitu:”

1. Bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal dan intonasi, pilihan kata dan struktur bahasa, serta gaya bahasa dan pragmatik.

2. Isi pembicaraan, meliputi: hubugan isi topik, struktur isi, kuantitas isi dan kualitas isi.

3. Teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik dan mimik, hubungan dengan pendengar, volume suara serta jalannya pembicaraan.”19

Menurut Maidar G Arsyad dan Mukti M.S komponen-komponen yang perlu dinilai dalam mengukur kemampuan berbicara siswa meliputi:”

17

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa

Bandung, 2008), h. 3 18

Suhendar dalam Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung:

UPI Press, 2007), h. 64 19

Sapani dalam Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 64


(23)

1. Faktor-faktor kebahasaan, yaitu pengucapan vocal, pengucapan konsoonan, penempatan tekanan, penempatan persendian, penggunaan nada atau irama, pilihan kata, pilihan ungkapan, variasi kata, tata bentukan, struktur kalimat, dan ragam kalimat.

2. Faktor-faktor nonkebahasaan, yaitu keberanian dan semangat, kelancaran, kenyaringan, pandangan mata, gerak gerik dan mimik, keterbukaan, penalaran, penguasaan topik."20

Berdasarkan kajian mengenai indikator penilaian keterampilan berbicaradi atas, peneliti memilih beberapa aspek yang akan menjadi fokus penelitian. Aspek tersebut antara lain:

1. Aspek kebahasaan a. Tekanan

b. Ucapan c. Kosakata

d. Struktur Kalimat e. Ekspresi

2. Aspek non kebahasaan a. Keberanian

b. Kelancaran

Sebelum melakukan penilaian terhadap keterampilan berbicara, para siswa mendapatkan pengajaran dari guru terkait dengan kegiatan yang akan menujukan keterampilan siswa dalam berbicara. Teknik pengajaran adalah cara guru mengajarkan materi ajar. Praktik keterampilan berbicara adalah kegiatan siswa yang berisi aspek berbicara.

Menurut Tarigan dalam pengajaran keterampilan berbicara siswa, guru dapat melakukan teknik pengajaran keterampilan berbicara yang nantinya akan dipraktikan oleh siswa, seperti :”

1. Teknik ulang ucap, 2. Lihat dan ucapkan,

20

Maidar G Arsyad dan Mukti M.S, Berbicara II, (Jakarta: Karunika Universitas Terbuka, Cet. ke- 1, 1986), h. 12


(24)

3. Mendeskripsikan, 4. Subtitusi,

5. Transformasi,

6. Melengkapi Kalimat, 7. Menjawab Pertanyaan, 8. Bertanya,

9. Melanjutkan Cerita, 10.Cerita Berantai,

11.Menceritakan Kembali, 12.Percakapan,

13.Parafrase,

14.Reka cerita gambar, 15.Memberi petunjuk, 16.Bercerita,

17.Dramatisasi, 18.Bermain peran, 19.Bertelepon, 20.Wawancara, dan 21.Diskusi.” 21 E. Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sering didengar oleh semua lapisan masyarakat, setiap orang dimulai sejak lahir tidak lepas dari belajar untuk dapat menghasilkan suatu perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan serta untuk memperoleh hidup yang lebih baik dari yang sebelumnya, baik proses belajar itu sendiri maupun tidak disadari.

Terdapat keragaman dalam cara menjelaskan/mendefinisikan makna belajar, namun secara eksplisit maupun implisit pada akhirnya terdapat

21

Djago Tarigan dan H.G. Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Bandung:


(25)

kesamaan maknanya, ialah bahwa definisi konsep belajar itu selalu menunjukan kepada suatu pengalaman tertentu.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Berikut ini adalah beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang pengertian belajar:

Belajar adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya sendiri.”22

Belajar adalah “Modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi mengalami.”23

Dari berbagai macam pengertian belajar, tercakup beberapa dimensi belajar:

1. Aktivitas mental psikis, belajar merupakan kegiatan internal yang tidak dapat dilihat dari luar. Suatu hasil belajar tidak dapat dihasilkan kecuali jika individu tersebut merubah suatu perilaku seperti yang diharapkan dari belajar.

2. Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, baik dengan individu lain, benda atau dalam menghadapi suatu peristiwa. Individu yang sedang mengalami proses belajar harus aktif, bukan hanya dalam gerak badan, juga proses mental seperti pemikiran atau perasaan yang ikut bermain (belajar).

22

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003),

h.2 23


(26)

3. Belajar yang dilakukan menghasilkan perubahan-perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari tahap belum mengetahui sampai mengetahui dari tingkah laku yang kurang baik.

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar pada hakekatnya merupakan sebuah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah melakukan akitivitas belajar.

Menurut Ali Suparman yang dikutip oleh Abkoriah mengatakan bahwa hasil belajar adalah “Penilaian keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku yang berada di dalam dirinya dan tergantung pada tingkah laku yang dapat diterima atau dicapai oleh siswa secara sempurna.”24

Menurut Gagne hasil belajar merupakan “Kemampuan yang diperoleh dari proses belajar yang dapat dikategorikan dalam empat macam, yaitu:

a. Kemampuan motorik, pada kemampuan ini diperlukan koordinasi dengan beberapa gerak badan.

b. Kemampuan verbal, seseorang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar. Seseorang dapat menjelaskan kembali apa yang ia dengar, baca dan lihat. Dalam hal ini untuk mengemukakan sesuatu diperlukan intelegensi.

c. Kemampuan intelektual, seseorang mampu berinteraksi dengan dunia luar dan dirinya sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol atau dalam bentuk representasi.

24

Ali Suparman dalam Abkoriah, Hubungan Perhatian Ibu Karier Terhadap Hasil Belajar


(27)

d. Strategi kognitif, strategi kognitif merupakan kemampuan intelektual khusus yang berkenaan dengan tingkah laku seseorang mengenai apa yang telah dipelajarinya.”25

Dari semua hal tentang belajar dapat dikemukakan bahwa hasil belajar merupakan sebuah perubahan. Perubahan yang disadari dan timbul akibat praktik, pengalaman dan latihan bukan secara kebetulan. Perubahan dari hasil belajar salah satunya dalam bentuk tingkah laku. Tingkah laku baru yang berupa kemampuan aktual dan potensial, kemampuan yang berlaku dalam waktu yang cukup lama dan kemampuan baru tersebut diperoleh melalui usaha yaitu belajar.

2. Tipe-tipe Hasil Belajar

Tipe hasil belajar sebagai tujuan yang ingin dicapai ada tiga bagian, yaitu bidang kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Ketiga bidang tersebut pada dasarnya tidak bisa berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan hasil belajar di sekolah dalam proses pembelajaran.

Berikut uraian ketiga bidang tersebut yang merupakan ranah-ranah Taksonomi Bloom, yaitu:

a. Hasil Belajar Bidang Kognitif 1) Tipe hasil belajar pengetahuan

Tingkat kemampuan yang diminta responden hanya untuk mengenal atau mengetahui konsep, fakta atau istilah tanpa harus dimengerti, menilai dan menggunakannya.

2) Tipe hasil belajar pemahaman

Tingkat kemampuan yang mengharapkan responden mampu memahami konsep, situasi dan fakta atau istilah yang ia ketahui, tidak hanya berupa hapalan seta verbalis.

25

Gagne dalam Syaiful Bahri Djamrah, dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2002), h.22


(28)

3) Tipe hasil belajar penerapan

Tingkat kemampuan yang mengharapkan responden mampu untuk menerapkan atau menggunakan apa yang telah ia ketahui dalam situasi yang baru baginya.

4) Tipe hasil belajar analisis

Tingkat kemampuan yang mengharapkan responden untuk menganalisis atau menguraikan suatu situasi tertentu ke dalam komponen atau unsur pembentukannya.

5) Tipe hasil belajar sintesis

Sintesis adalah penyatuan unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk menyeluruh.Tingkat kemampuan yang diharapkan adalah responden dapat menemukan hubungan kasual atau urutan, dan menemukan abstraksi yang berupa intergritas.

6) Tipe hasil belajar evaluasi

Tingkat kemampuan yang menunutut responden untuk dapat memuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi dan suatu kriteria tertentu.

b. Hasil Belajar Afektif

Tipe ini berkenaan dengan sikap dan nilai yang condong atau mengacu kepada berbagai tingkah laku, seperti contoh perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain.

Nana Sujana mengemukakan lima kategori perilaku afektif, yaitu:” 1) Recevling / attending yaitu penerimaan, semacam kepekaan dalam

menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa

2) Responding yaitu partisipasi, reaksi yang diberikan terhadap rangsangan dari luar

3) Valuing yaitu penilaian, penentuan sikap segala yang berkenaan dengan nilai atau kepercayaan terhadap suatu gejala


(29)

5) Karakteristik nilai yaitu pembentukan pola, keterpaduan dari semua sistem nilai yang dimiliki seseorang.”26

c. Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik berupa keterampilan atau kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini meliputi:

1) Persepsi yaitu berkenaan dengan penggunaan organ indra untuk menangkapi isyarat yang membimbing aktivitas gerak.

2) Kesiapan yaitu menunjukan kepada kesiapan untuk melakukan kegiatan atau tindakan tertentu yang meliputi kesiapan mental, fisik dan emosi.

3) Gerakan terbimbing yaitu tahapan awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, hal ini meliputi peniruan.

4) Gerakan terbiasa yaitu berkenaan denga kinerja dimana respon siswa sudah terbiasa dan gerakan-gerakan yang dilakukan penuh dengan keyakinan dan kecakapan.

5) Gerakan komplek yaitu gerak terampil dengan pola-pola gerak yang sangat komplek, keahliannya terlihat dari gerakannya yang lancar, cepat dan tepat tanpa ada keraguan.

6) Gerakan penyesuaian yaitu keterampilan yang dikembangkan dengan baik sehingga siswa dapat memodifikasi pola-pola gerak untuk menyesuaikan tuntutan tertentu atau situasi tertentu.

7) Kreatifitas yaitu menciptakan pola-pola gerak baru yang disesuaikan dengan situasi tertentu, hasil belajar ini menekankan kreatifitas yang didasarkan pada keterampilan yang sangat hebat.

Secara garis besar tipe-tipe hasil belajar di atas dapat disimpulkan bahwa tipe-tipe hasil belajar itu terbagi menjadi tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

26

Nana Sujana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet Ke- 17, 2013), h. 29-30


(30)

1) Bidang kognitif yaitu berkaitan dengan kemampuan intelegensi (IQ)

2) Bidang afektif yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai yang mengacu pada tingkah laku

3) Bidang psikomotorik yaitu berkenaan dengan keterampilan kemampuan bertindak

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Tingkat intelegensi siswa memang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, namun hal itu bukanlah faktor utama. Ada faktor-faktor lain yang mendukung hasil belajar yang diperoleh siswa.seperti yang dinyatakan oleh Slameto bahwa “Hasil belajar siswa tidak semata-mata dinyatakan oleh tingkat kemampuan intelektualnya, tetapi ada faktor lain seperti motovasi, sikap, kesehatan fisik dan mental, kepribadian, ketekunan dan lain-lain.”27

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua macam, yaitu yang berasal dari dalam diri orang yang belajar dan yang berasal dari luar dirinya.

a Faktor dari dalam diri

1) Kesehatan jasmani dan rohani

Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang badannya sakit akibat penyakit kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Cacat fisik juga mengganggu dalam hal belajar. Demikian pula gangguan serta cacat mental pada seseorang sangat mengganggu.

2) Intelegensi

Faktor intelegensi dan bakat sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar. Semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang, semaikn besar peluang seseorang berhasil dalam proses belajar.

27

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Bina Aksara, Cet. Ke-1,1988), h.130


(31)

3) Cara belajar

Perlu diperhatikan teknik belajar yang dipakai, pengaturan waktu belajar, tempat dan fasilitas lainnya.

4) Minat

Minat adalah suatu gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulus perasaan senang pada individu.Minat yang besar terhadap sesatu merupakan modal terbesar dalam mencapai tujuan.

5) Motivasi

Motivasi umumnya merupakan dorongan dari diri sendiri karena kesadaran akan pentingnya sesuatu, motivasi juga dapat berasal dari luar diri yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

b Faktor dari luar diri 1) Keluarga

Situasi keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam keluarga. Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman, persentase hubungan orang tua, perkataan, dan bimbingan orang tua. Semua itu mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.

2) Sekolah

Gedung sekolah, kualitas guru, perangkat instrument pendidikan, lingkungan sekolah mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

3) Lingkungan masyarakat

Latar belakang pendidikan masyarakat disekitar tempat tinggal, terutama anak-anaknya rata-rata berpendidikan tinggi dan memiliki moral yang baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Suasana lingkungan, keadaan lalu lintas dan iklim. Semua itu akan mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.


(32)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua faktor yaitu: faktor dari dalam dan faktor dari luar diri. Faktor dari dalam diri yang meliputi: kesehatan jasmani dan rohani, intelegensi, minat, motivasi dan cara belajar. Sedangkan faktor dari luar diri yang meliputi: keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

4. Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu termasuk rumpun bahasa Austronesia yang telah digunakan sebagai linguafranca di Nusantara sejak abad-abad awal penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya.28

Minto Rahayu dalam bukunya Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi mengutip definisi Bahasa Indonesia dari beberapa pendapat, yaitu:”

a Prof. Dr. A. Teeuw mengatakan bahwa Bahasa Indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-abad tumbuh dengan perlahan-lahan dikalangan penduduk Asia selatan dan setelah bangkitnya pergerakan rakyat indonesia pada abad XX dengan insyaf diangkat dan dimufakati serta dijunjung sebagai bahasa persatuan.

b Amin Singgih mengatakan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dimuat, dimufakati, dan diakui serta digunakan oleh masyarakat seluruh Indonesia sehingga sama sekali bebas dari unsur-unsur bahasa daerah yang belum umum dalam bahasa kesatuan kita. c Prof. Dr. R.M. Ng. Purbatjaraka mendefinisikan Bahasa yang sejak

kejayaan Sriwijaya telah menjadi bahasa pergaulan atau lingua franca diseluruh Asia Tenggara.”29

Dalam dunia pendidikan, Bahasa Indonesia merupakan salah satu muatan lokal atau mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar, menengah dan tinggi.

Pada tingkat sekolah dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia muatan materi yang diajarkan mengandung empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu aspek menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Keempat aspek

28

Siti Sahara, dkk, Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2009), h.3 29


(33)

itu merupakan keterampilan yang ingin dikembangkan pada diri siswa yang termuat pada materi-materi ajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Hasil belajar Bahasa Indonesia adalah kemampuan yang diperoleh dari proses belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Perubahan sadar dan timbul akibat ptaktik, pengalaman dan latihan yang mencangkup pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, apektif dan psikomotorik yang di dalamnya berupa kemampuan keterampilan menyimak, menulis, membaca dan menulis.

F. Penelitian yang Relevan

Dalam pembuatan skripsi seorang peneliti dapat melihat penelitian yang dilakukan oleh orang lain untuk digunakan sebagai acuan dalam melakukan penyusunan skripsi baik untuk melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya atau membuat penelitian baru. berikut ini adalah penelitian yang peneliti anggap relevan dengan skripsi yang sedang dibuat peneliti:

1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wirman dalam penelitiannya yang berjudul “Korelasi kemampuan berbicara terhadap prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 03 Sakra Tahun Pelajaran 2008-2009”. Menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berbicara dengan prestasi belajar Bahasa Indonesia. Perbedaan penelitian wirman dengan skripsi ini adalah: a. penelitian Wirman dilakukan pada tahun pelajaran 2008/2009

sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2015/2016. b. penelitian Wirman dilakukan pada kelas V sedangkan penelitian

ini dilakukan pada kelas I.

c. Penelitian Wirman dilakukan pada Sekolah Dasar Negeri 03 Sakra sedangkan penelitian ini dilakukan di MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok.


(34)

d. Penelitian Wirman membahas tentang hubungan kemampuan berbicara dengan prestasi belajar Bahasa Indonesia sedangkan penelitian ini membahas tentang hubungan keterampilan berbicara siswa dengan hasil belajar Bahasa Indonesia.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Febrian Herwanti yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Team Game Turnsment (TGT) di Kelas III SDN Bendogerit 1 Blitar”. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif yang di dalamnya menunjukan keterampilan berbicara siswa. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa untuk proses belajar mengalami peningkatan yaitu penerimaan siswa terhadap perbedaan individu mengalami peningkatan dari 80,56% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Sedangkan hasil evaluasi juga mengalami peningkatan yaitu 66,67% pada siklus I kemudian menjadi 100% pada siklus II. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan Febrian dapat menujukan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia dapat meningkat karena penerapan pembelajaran Kooperatif model TGT yang didalamnya menunjukan keterampilan berbicara siswa dan bisa dikatakan bahwa terdapat hubungan antara keterampilan berbicara siswa dengan hasil belajar Bahasa Indonesia. Perbedaan Penelitian Febrian dengan penelitian ini adalah:

a. Penelitian Febrian merupakan penelitian tindakan kelas yang menerapkan pembelajaran Kooperatif model TGT yang di dalamnya menujukan keterampilan berbicara siswa sedangkan penelitian ini adalah penelitian korelasi.

b. Penelitian Febrian dilakukan di Kelas III SD Negeri Bendogerit 1 Blitar sedangkan penelitian ini dilakukan di MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok.

3. Menurut Suryanih pada penelitiannya yang berjudul “Peningkatan keterampilan berbicara melalui teknik wawancara dikelas V MI Plus Gaprang kabupaten Biltar” menyatakan bahwa dengan menggunakan


(35)

teknik wawancara akan mampu memotivasi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukan siswa memeperoleh nilai mencapai KKM yang ditentukan sekolah. Suryanih mengatakan bahwa pada siklus I 60,86% dari 23 siswa mencapai KKM dan pada siklus II mencapai 100%. berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa meningkat dan mencapai KKM dengan menggunakan teknik wawancara. teknik wawancara adalah salah satu teknik yang menurut tarigan merupakan teknik pengajaran keterampilan berbicara. perbedaan penelitian Suryanih dengan penelitian ini adalah:

a. Penelitian Suryanih dilakukan di kelas V sedangkan penelitian ini dilakukan di kelas I.

b. Penelitian Suryanih dilakukan di MI Plus Islamiyah Gaprang Kabupaten Blitar sedangkan penelitian ini dilakukan di MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok.

c. Penelitian Suryanih merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) sedangkan penelitian ini adalah penelitian korelasi.

4. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Sesuai dengan kajian teori yang telah dipaparkan dan tujuan penelitian ini maka:

Ha :Terdapat Hubungan antara Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Ho : Tidak Terdapat Hubungan antara Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia.


(36)

25

Penelitian ini dilakukan di MI Unggulan Al Amanah, Jalan Sukatani No.15 RT.06 RW.03 Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok. yang dilakukan pada siswa kelas I semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yaitu pada bulan April 2016 sampai dengan bulan Juni 2016.

B. Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah “Cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.”1

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional yang digunakan untuk mendapat informasi tentang adanya hubungan antara keterampilan berbicara siswa (X) dengan hasil belajar Bahasa Indonesia (Y). Hubungan antara dua variabel di dalam metode korelasi dalam arti keeratan hubungan antara kedua variabel.

Penelitian Deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan keadaan sebenarnya. Untuk memperoleh data yang objektif, maka digunakan dua bentuk penelitian:

1. Penelitian Kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku yang ada hubungannya dengan keterampilan berbicara.

2. Penelitian Lapangan, yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung, terutama siswa-siswi MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok.

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, ( Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2010), h. 203


(37)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu harus ditentukan populasi penelitian. batasan populasi menurut Suharsimi adalah “Keseluruhan subjek penelitian.”2

sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”3

Berdasarkan batasan ini, dapat ditegaskan bahwa populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 60 siswa.

Tabel 3.1

Rekapitulasi Siswa Kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok Tahun Pelajaran 2015/2016

No Kelas L P Jumlah

1 I A 12 18 30

2 I B 13 17 30

Jumlah 60

Kelas IA yang berjumlah 30 siswa dengan 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Sedangkan untuk kelas IB dengan jumlah 30 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

2. Sampel

Menurut Suharsimi sampel adalah “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”4 Sugiyono juga menjelaskan sampel adalah “Bagian dari jumlah

2

Ibid h.173 3

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, Cet ke- 17), h. 80

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h.174


(38)

dan karakteristik yang dimilik oleh populasi tersebut.”5

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dan peneliti memilih menjadikan kelas IB yang berjumlah 30 siswa sebagai sampel yang akan diteliti dengan pertimbangan tertentu.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian lapangan (Field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke objek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Library research, mengadakan penelitian kepustakaan dengan cara mengkaji buku-buku, atau sumber bacaan yang berkaitan dengan penelitian

2. Obeservasi, sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan dengan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi umum MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok.

3. Dokumentasi, yaitu suatu usaha aktif bagi suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengolahan bahan-bahan dokumen bermanfaat bagi badan atau lembaga yang mengadakan. Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang profil sekolah, visi dan misi didirikannya MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok, data pengajar dan karyawan serta data prestasi dan hasil belajar siswa.

4. Rubrik penilaian keterampilan berbicara, dalam hal ini peneliti menyediakan rubrik yang di dalamnya mencangkup indikator pada keterampilan berbicara, dan mengamati serta menilai proses pembelajaran siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui tingkat keterampilan berbicara siswa.

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, Cet ke- 17), h. 244


(39)

E. Instumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah “Alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.”6

Berkaitan dengan data yang dicari, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berbicara, dimana tes keterampilan berbicara tersebut berupa sebuah wacana atau cerita, kemudian siswa disuruh untuk menceritakan kembali cerita tersebut.

1. Tes Keterampilan Berbicara

Tabel 3.2

Kisi-kisi Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa No Aspek yang dinilai Indikator Skor Maksimal

1 Kebahasaan

Tekanan 16

Ucapan 12

Kosakata 16

Strukrur Kalimat 12

Ekspresi 12

2 Non Kebahasaan Keberanian 16

Kelancaran 16

Total 100

Kisi-kisi penilaian di atas di buat oleh peneliti untuk mengumpulkan data terkait keterampilan berbicara siswa, dengan menentukan aspek yang akan di nilai, indikator dan juga skor maksimal yang diberikan untuk setiap indikator tersebut. Aspek yang muncul paca kisi-kisi penilaian di atas adalah aspek kebahasaan dan non kebahasaan, pada aspek kebahasaan indikator yang

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 203


(40)

digunakan adalah tekanan dengan skor maksimal 16, ucapan dengan skor maksimal 12, kosakata dengan skor maksimal 16, struktur kalimat dengan skor maksimal 12 dan ekspresi dengan skor maksimal 12. Pada aspek non kebahasaan indikator yang digunakan yaitu keberanian dengan skor maksimal 16 dan kelancaran dengan skor maksimal 16. Sehingga jumlah skor maksimal untuk kedua aspek dan ketujuh indikator sejumlah 100.

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Skor Kriteria

1-20 Buruk

21-40 Sangat Kurang

41-60 Cukup

61-80 Baik

81-100 Sangat Baik

Kriteria penilaian keterampilan berbicara di atsa dibuat peneliti untuk menginterpretasikan skor yang telah diperoleh siswa. Dengan ketentuan jika jumlah skor pada penilaian keterampilan berbicara siswa berada pada rentang 1 sampai 20 maka masuk pada kriteria buruk, rentang 21-40 masuk pada kriteria sangat kurang, rentang 41-60 masuk pada kriteria cukup, rentang 61-80 masuk pada kriteria baik dan rentang 81-100 masuk pada kriteria sangat baik.

Tabel 3.4

Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Pada Aspek Kebahasaan No Aspek

Penilaian Indikator Skor Kriteria

1 Tekanan Jika penempatan nada, tekanan dan jeda sudah tepat

13-16 Sangat baik jika penempatan nadadan tekanan

sudah tepat tetapi jeda kurang tepat

9-12 Baik


(41)

tekanan dan jeda kurang tepat Jika penempatan nada, tekanan dan jeda belum tepat

1-4 Kurang baik 2 Ucapan Jika pembicaraan mudah di

pahami, vokal jelas dan tidak ada pengaruh bahasa daerah/ bahasa tidak baku

10-12 Sangat baik

Jika pembicaraan mudah dipahami, tetapi vokal kurang jelas dan kadang terpengaruh bahasa yang tidak baku

7-9 Baik

Jika pembicaraan sulit dipahami, vokal kurang dan terpengaruh bahasa yang tidak baku

4-6 Kurang

Jika pembicaraan tidak dipahami, vokal tidak jelas suara tidak terdengar

1-3 Kurang baik

3 Kosakata Jika kosakata banyak, penggunaan dan pengucapan sudah benar

13-16 Sangat baik Jika kosakata terbatas, tetapi

penggunaan dan pengucapan sudah benar

9-12 Baik

Jika kosakata terbatas, kurang tepat dalam penggunaannya tetapi pengucapan sudah benar

5-8 Kurang

Jika kosakata terbatas, kurang tepat dalam penggunaan dan sering salah dalam pengucapan

1-4 Kurang baik

4 Struktur Kalimat

Kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, dapat menempatkan subjek, predikat dan objek secara tepat dan sudah ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yag lainnya

10-12 Sangat baik

Kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, dapat menempatkan subjek, predikat dan objek secara tepat, namun belum ada

keterkaitan anatar kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya

7-9 Baik

Kalimat yang diucapkan sudah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, namun masih belum bisa menempatkan subjek,


(42)

predikat dan objek secara tepat dan belum ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya

Kalimat yang diucapkan belum sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, masih belum bisa menempatkan subjek, predikat dan objek secara tepat dan serta belum ada keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya

1-3 Kurang baik

5 Ekspresi Jika siswa sudah mampu berekspresi sesuai dengan kata atau kalimat yang diucapkan

10-12 Sangat baik

Jika siswa sudah mulai mampu mengekspresikan wajah sesuai cerita

7-9 Baik

Jika siswa masih ragu dalam mengekspresikan wajah sesuai cerita

4-6 Kurang

Jika siswa tidak mampu mengekspresikan wajah sesuai cerita

1-3 Kurang baik

Tabel 3.5

Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Pada Aspek Non Kebahasaan

No Aspek

Penilaian Indikator Skor Kriteria

1 Keberanian Jika siswa mampu presentasi di depan kelas dengan berani tanpa gugup disertai gerak gerik untuk mendukung pembicaraan serta tatapan mata yang mengarah pada pendengar

13-16 Sangat baik

Jika siswa mampu presentasi di depan kelas, namun belum ada gerak tubuh dan belum berani menatap teman

9-12 Baik

Jika siswa sudah berani maju ke depan kelas untuk persentasi walau ada rasa takut dan gugup


(43)

Jika siswa belum berani berbicara di depan kelas hanya mampu berbicara di tempat duduk

1-4 Kurang baik

2 Kelancaran Kalimat lancar dan tidak terputus-putus

13-16 Sangat baik Kalimat lancer tetapi kurang

stabil

9-12 Baik

Lambat, kalimat lancar tetapi ada bunyi /e/, /anu/ dan lainnya

5-8 Kurang

Lambat, kalimat putus putus, jeda panjang dan kalimat pendek-pendek

1-4 Kurang baik

Rubrik penilaian di atas digunakan peneliti sebagai panduan penilaian yang menggambarkan kriteria penilaian yang diinginkan peneliti dalam menilai keterampilan berbicara siswa. Peneliti membuat indikator pada setiap aspek penilaian masing-masing sebanyak 4 indikator dan membuat rentang skor pada masing-masing indikator tersebut juga memberikan interpretasi sangat baik, .baik, kurang dan kurang baik/

2. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud oleh peneliti yaitu dokumen leger atau hasil rapot siswa kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan, Depok pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Dengan kriteria ketuntasan minimum atau KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 67 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Tabel 3.6

Kriteria Penilaian Hasil Belajar Bahasa Indonesia Skor Kriteria Penilaian

84-100 Amat Baik

59-83 Baik

34-58 Cukup


(44)

Kriteria penilaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di atas adalah kriteria yang ada pada sekolah MI Unggulan Al Amanah Bedahan, Depok. Dengan ketentuan jika jumlah nilai hasil belajar Bahasa Indonesia siswa berada pada rentang 84-100 maka masuk pada kriteria amat baik, rentang 59-83 masuk pada kriteria baik, rentang 34-58 masuk pada kriteria cukup, rentang 1-33 masuk pada kurang.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah “Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.”7

Teknik analisis dapat diartikan oleh peneliti suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar data-data tersebut dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh orang yang lain yang ingin mengetahui penelitian ini.

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa hasil penilaian keterampilan berbicara siswa dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa yang telah diperoleh dari sampel.

2. Uji Korelasional

Uji Korelasional digunakan untuk mengukur hubungan antara keterampilan berbicara siswa (x ) dengan hasil belajar Bahasa Indonesia (y). Peneliti menggunaka analisa statistik dengan rumus korelasi Product Moment. Karena data ini membahas dua variabel yang berhubungan secara operasional.

7

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, Cet ke- 17), h. 244


(45)

Rumus Korelasi PearsonProduct Moment Sebagai Berikut:

Keterangan:

rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment

N : Jumlah responden

X : Variabel keterampilan berbicara

Y : Variabel hasil Belajar Bahasa Indonesia XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y X : Jumlah seluruh skor X

Y : Jumlah seluruh skor Y

Hasil angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan dapat diberikan interpretasi atau penefsiran tertentu. Interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” dapat dilihat dari pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.7

Angka indeks korelasi “r” Product Moment Besarnya “r”

Product Moment (rxy) Interprestasi 0,00-0,20

0,20-0,40

0,40-0,70

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah. Sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi anatara variabel X dengan variabel Y) Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup


(46)

0,70-0,90

0,90-1,00

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang telah ditemukan.

3. Uji Signifikan

Menguji Signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 60 orang, maka perlu diuji signifikasinya. Rumus uji-t signifikasi korelasi Product Moment adalah :

t

hitung

=

Keterangan:

thitung = Skor signifikan koefisien korelasi

r = Koefisien korelasi Product Moment n = Banyaknya sampel atau data

Harga thitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga ttabel

(terlampir) untuk kesalahan 5% uji dua fihak dan dk=n-2. Dengan ketentuan Jika nilai thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. artinya terdapat

hubungan yang positif antara variabel X dan variabel Y. Jika nilai thitung < ttabel

maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang positif antara variabel X dan variabel Y.

Uji Signifikan korelasi Product Moment juga dapat dilakukan secara praktis, yaitu dengan cara mengkonsultasikan pada tabel r Product Moment (terlampir), dengan ketentuan Jika nilai rhitung > rtabel, maka Ho ditolak dan Ha


(47)

Y. Jika nilai rhitung <rtabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak

terdapat hubungan yang positif antara variabel X dan variabel Y.

G. Hipotesis Statistik

Adapun Hipotesis statistik yang akan diuji adalah: H0: ρ = 0

Ha: ρ ≠ 0 Keterangan:

H0 = Hipotesis Nihil

Ha = Hipotesis Alternatif

ρ = Nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan 0 = Tidak ada hubungan

≠ 0 = “Tidak sama dengan nol” lebih besar atau kurang (-) dari


(48)

37

1. Identitas Madrasah

a. Nama Madrasah : MI Unggulan Al Amanah

b. NSS/NSM : 11123276138

c. Alamat Lengkap Madrasah : Jln. Sukatani NO. 15 RT. 06/03 Kelurahan : Bedahan

Kecamatan : Sawangan Kabupaten/kota : Depok Provinsi : Jawa Barat Telepon : 081808670575

d. Nama Kepala Madrasah : HJ. Kokom Darwulan S.Pd MM e. Nama Yayasan : Yayasan Panti Asuhan Al Amanah f. Alamat Yayasan : Jl. Sukatani No. 15 RT. 06/03

g. Telepon : (021) 91266526

h. Kepemilikan Tanah : Yayasan i. Status Bangunan : Milik yayasan

2. Visi, Misi dan Tujuan

Visi :“ Unggul, Berakhlak, Cerdas dan Kreatif” Misi :

a. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga madrasah dan lingkungan masyarakat

b. Menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak dini sebagai benteng pertahanan diri dari pengaruh luar yang negatif

c. Mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif d. Meningkatkan mutu akademik dan non akademik


(49)

Tujuan :

a. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil dari proses pembelajaran dan kegaiatan pembiasaan (seperti sholat berjamaah, berpuasa dan membaca Al Qur’an)

b. Terwujudnya nilai-nilai agama bagi keberhasilan hidup siswa c. Siswa kreatif, terampil dan dapat mengembangkan diri secara terus

menerus

d. Peserta didik memiliki dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, kemampuan untuk melajutkan pendidikan pada jenjang selanjutnya

e. Terbentuknya Ukhuwah Islamiyah

3. Tenaga Pendidik dan Siswa a. Tenaga Pendidik

Tenaga Pendidik di MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok berjumlah 15 orang yang terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran dan guru Tahfiz. Guru-guru tersebut berlatat belakang pendidikan lulusan SMA dan S1. Berikut daftar nama-nama tenaga pendidik MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok:

Tabel 4.1

Daftar Tenaga Pendidik MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok

No Nama Pendidikan Keterangan

1 HJ. Kokom Darwulan S.Pd MM S2 Kepala Sekolah 2 Elsa Yunita Sari, S.Pd. I S1 Wali kelas

IIIA, guru tahfiz

3 Siti Rokayah,S.Pd.I S1 Wali kelas IV


(50)

IIIB 5 Muhammad Sholeh, S.Pd. I S1 TU dan Guru

komputer kelas II, III,

IV 6 Alifianti Uswatun Hasanah MA Guru B. Arab

dan B. Inggris kelas

I dan II 7 Nuriel Khoiriyah Muharram, S.Pd S1 Wali kelas IA

8 Niswatun Hasanah MA Wali kelas IB

9 Hilda Chaerunnisa, S.Pd. I S1 Wali kelas IIA

10 Sa’diyah, S.Pd. I S1 Guru

Pendamping IA

11 Marzukoh, S.Pd. I S1 Wali kelas

IIB

14 Misbah, S.Pd. I S1 Guru B. Arab

dan B. Inggris kelas

III dan IV

13 Amalia, S.Pd S1 Guru Tahfiz

14 Novita Syifa Fauziah, Lc S1 Guru Tahfiz

15 Abdurahman SMA Guru

Olahraga

b. Siswa

Sekolah MI Unggulan Al Amanah memiliki jumlah siswa 171. Berikut data siswa-siswi MI Unggulan Al Amanah dapat di lihat pada tabel di bawah ini.


(51)

Tabel 4.2

Jumlah Siswa-siswi MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok

No Kelas Jumlah

Rombel

Jumlah Siswa

1 I 2 60

2 II 2 48

3 III 2 46

4 IV 1 17

4. Sarana dan Prasarana

Sarana yang tersedia cukup lengkap. Berikut sarana dan prasarana di MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok:

Tabel 4.3

Sarana dan Prasarana MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok No Jenis Prasarana Jumlah

1 Ruang Kelas 10

2 Ruang Kepala Sekolah 1

3 Ruang Tata Usaha 1

4 Ruang Guru 1

5 Toilet Guru 4

6 Toilet Siswa 6

7 Ruang UKS 1

8 Tempat Ibadah 2

9 Perpustakaan 1

10 Tempat Olahraga 1

11 Lab. Komputer 1


(52)

B. Analisis Data Berdasarkan Tabel Keterampilan Berbicara

Penelitian ini dilakukan di MI Unggulan Al Amanah Bedahan, Depok . Peneliti mengambil data dari sampel yang berjumlah 30 siswa kelas IB pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterampilan berbicara siswa dengan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I MI Unggulan Al Amanah Bedahan, Depok pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan tes penilaian keterampilan berbicara siswa pada saat proses pembelajaran dalam materi menceritakan kembali dongeng yang dibaca atau didengar menggunakan rubrik dan lembar penilaian yang telah dibuat. Berikut adalah hasil yang diperoleh dari tes keterampilan berbicara siswa:

Tabel 4.4

Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Pada Aspek Kebahasaan

No Nama*

Aspek yang dinilai

Total Kebahasan Tekanan** (1-16) Ucapan** (1-12) Kosakata** (1-16) Struktur Kalimat**( 1-12) Ekspresi** (1-12)

1 A 6 7 10 9 7 39

2 B 7 7 12 9 8 43

3 C 10 7 12 9 6 44

4 D 10 7 12 9 6 44

5 E 10 10 12 9 8 49

6 F 10 10 12 9 8 49

7 G 10 7 12 9 7 45

8 H 9 7 12 8 7 43

9 I 9 7 12 9 6 43

10 J 7 7 11 8 6 39

11 K 7 6 12 8 6 39

12 L 7 6 12 9 7 41

13 M 9 7 12 9 7 44

14 N 6 6 11 8 8 39

15 O 10 7 12 9 6 44

16 P 9 7 12 9 7 46


(53)

18 R 8 7 10 8 7 41

19 S 6 6 12 8 5 37

20 T 7 6 10 8 6 37

21 U 7 10 12 9 6 44

22 V 10 7 12 8 7 44

23 W 6 6 12 8 6 38

24 X 7 6 11 8 6 38

25 Y 7 7 12 8 6 40

26 Z 6 6 11 8 6 37

27 Aa 9 7 12 8 7 43

28 Bb 9 7 12 9 7 44

29 Cc 10 7 12 9 8 46

30 Dd 6 6 10 8 5 35

Total 244 212 348 256 200 1263

Rata-rata 8 7 12 8 7 42

Skor

Maksimal 480 360 480 360 360 2040

Persentase 50, 8% 58,8 % 72,5% 71,1 % 41,6 % 62% Keterangan: * Nama Siswa (terlampir)

** Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Aspek Kebahasaan (lihat tabel 3.4)

Pada aspek kebahasaan dalam indikator tekanan, skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 10 dan skor terendah adalah 6 dengan jumlah skor 244 dan persentase 50,8 % dari 30 siswa. Skor tertinggi indikator ucapan 10 dan skor terendah 6 dengan jumlah skor 212 dan persentase 58,8 %. Pada indikator kosakata skor tertinggi 12 dan skor terendah 10 dengan jumlah 348 dan persentase 72,5 %. Indikator struktur kalimat mendapat skor tertinggi 9 dan skor terendah 8 dengan julah skor 256 dan persentase 71,1 %. Pada indikator Ekspresi tertinggi adalah 8 dan skor terendah 5 dengan jumlah skor 200 dan persentase 41,6 %. Skor total tertinggi pada aspek kebahasaan adalah 49 dan skor terendah adalah 35. Jumlah nilai pada aspek kebahasaan adalah 1263 dengan rata-rata 42 dan persentase 62%.


(54)

Tabel 4.5

Data Hasil Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa Pada Aspek Non Kebahasaan

No Nama*

Aspek yang dinilai

Total Non Kebahasaan Keberanian** (1-16) Kelancaran** (1-16)

1 A 13 8 21

2 B 15 9 24

3 C 12 8 20

4 D 10 8 18

5 E 15 9 24

6 F 15 9 24

7 G 13 9 22

8 H 13 8 21

9 I 10 8 18

10 J 9 8 17

11 K 10 8 18

12 L 12 8 20

13 M 12 8 20

14 N 13 8 21

15 O 10 8 18

16 P 10 9 19

17 Q 15 9 24

18 R 13 9 21

19 S 9 7 16

20 T 12 7 19

21 U 12 8 20

22 V 13 8 21

23 W 13 8 21

24 X 12 8 20

25 Y 11 8 19

26 Z 12 8 20

27 Aa 13 8 21

28 Bb 12 8 20

29 Cc 12 9 21

30 Dd 9 7 16

Total 368 245 604

Rata-rata 12 8 20

Skor Maksimal 480 480 960

Persentase 76,6 % 51 % 62%

Keterangan: * Nama Siswa (terlampir)

** Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara Aspek Kebahasaan (lihat tabel 3.5)


(55)

Pada aspek non kebahasaan dalam indikator keberanian dengan skor tertinggi 15 dan skor terendah 9 dengan jumah skor 368 dan persentase 76,6 %. sedangkan pada indikator kelancaran skor tertinggi 9 dan skor terendah 7 dengan jumlah skor 245 dan persentase 51 %. Total skor tertinggi pada aspek non kebahasaan adalah 24 dan skor terdendah 16. Jumlah nilai yang diperoleh pada aspek non kebahasaan adalah 604 dengan nilai rata-rata 20 dan memperoleh 62%.

Tabel 4.6

Data Hasil Nilai Keterampilan Berbicara Siswa No Nama* Nilai Aspek

Kebahasaan**

Nilai Aspek Non

Kebahasaan*** Total

1 A 39 21 60

2 B 43 24 67

3 C 44 20 64

4 D 44 18 62

5 E 49 24 73

6 F 49 24 73

7 G 45 22 67

8 H 43 21 64

9 I 43 18 61

10 J 39 17 56

11 K 39 18 57

12 L 41 20 61

13 M 44 20 64

14 N 39 21 60

15 O 44 18 62

16 P 46 19 65


(56)

18 R 41 21 62

19 S 37 16 53

20 T 37 19 65

21 U 44 20 64

22 V 44 21 65

23 W 38 21 59

24 X 38 20 58

25 Y 40 19 59

26 Z 37 20 57

27 Aa 43 21 64

28 Bb 44 20 64

29 Cc 46 21 67

30 Dd 35 16 51

Total 1263 604 1867

Rata-rata 42 20 62

Skor Maksimal 2040 960 3000

Persentase 62% 62% 62%

Keterangan: * Nama Siswa (terlampir)

** Total Nilai Keterampilan Berbicara Aspek Kebahasaan (lihat tabel 4.4)

*** Total Nilai Keterampilan Berbicara Aspek Non Kebahasaan (lihat tabel 4.5)

Dari data nilai keterampilan berbicara siswa kelas IB MI Unggulan Al Amanah Bedahan Depok, diketahui nilai tertinggi yang diperoleh sebesar 73 dan nilai terendah sebesar 51. Diketahui pula 19 siswa masuk dalam kriteria Baik dan 11 siswa masuk alam kriteria cukup dan persentase yang diperoleh adalah 62%.

C. Korelasi Analisis Data dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa, peneliti menggunakan instrumen dokumenter yang diperoleh dari nilai rapot kelas I MI Unggulan Al


(57)

Amanah Bedahan Depok pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Dari data yang diperoleh didapat hasil atau nilai sebagai berikut:

Tabel 4.7

Data Nilai Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa No Nama Siswa * Hasil Belajar**

1 A 77

2 B 85

3 C 90

4 D 83

5 E 93

6 F 89

7 G 82

8 H 79

9 I 82

10 J 86

11 K 75

12 L 85

13 M 88

14 N 69

15 O 80

16 P 88

17 Q 91

18 R 86

19 S 71

20 T 74

21 U 84

22 V 90

23 W 83


(58)

25 Y 77

26 Z 75

27 Aa 90

28 Bb 91

29 Cc 89

30 Dd 70

Total 2478

Rata-rata 82

Keterangan: * Nama Siswa (terlampir)

** Hasil belajar Bahasa Indonesia/ nilai rapot (terlampir) Jumlah nilai hasil belajar siswa dari seluruh responden adalah 2478 dengan nilai rata-rata 82. Selanjutnya dari hasil itu dapat diketahui bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 93 dan nilai terendah adalah 69.

Untuk membuktikan diterima tidaknya atau benar tidaknya hipotesis yang penulis ajukan, maka penulis akan membuktikan dengan menggunakan.

1. Uji Korelasional

Korelasi antara dua variabel yaitu keterampilan berbicara siswa (X) dengan hasil belajar Bahasa Indonesia (Y) dapat dihitung dengan menggunakan rumus statistik Pearson Product Moment. Maka dari itu peneliti membuat tabel kerja korelasi PearsonProduct Moment untuk mencari X², Y² dan XY.

Tabel 4.8

Tabel Korelasi PearsonProduct Moment antara Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Nama* Keterampilan Berbicara (X)* Hasil Belajar

(Y)* XY

A 60 77 4620 3600 5929

B

67 85 5695 4489 7225

C


(59)

D

62 83 5146 3844 6889

E

73 93 6789 5329 8649

F

73 89 6497 5329 7921

G

67 82 5494 4489 6724

H

64 79 5056 4096 6241

I

61 82 5002 3721 6724

J

56 86 4816 3136 7396

K

57 75 4275 3249 5625

L 61 85 5185 3721 7225

M

64 88 5632 4096 7744

N

60 69 4140 3600 4761

O

62 80 4960 3844 6400

P

65 88 5720 4225 7744

Q

72 91 6552 5184 8281

R

62 86 5332 3844 7396

S

53 71 3763 2809 5041

T

56 74 4144 3136 5476

U

64 84 5376 4096 7056

V

65 90 5850 4225 8100

W

59 83 4897 3481 6889

X

58 71 4118 3364 5041

Y

59 77 4543 3481 5929

Z

57 75 4275 3249 5625

Aa


(60)

Bb

64 91 5824 4096 8281

Cc

67 89 5963 4489 7921

Dd

51 70 3570 2601 4900

Jumlah 1867 2473 154754 117015 205333 Keterangan: * Nama Siswa (terlampir)

** Nilai Keterampilan Berbicara (lihat tabel 4.6) *** Nilai Hasil Belajar (lihat tabel 4.7)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh jumlah ∑X adalah 1.867, ∑Y adalah 2.473, ∑X² adalah 117.015, ∑Y² 205.333 adalah dan ∑XY adalah 154.754. Selanjutnya dimasukan ke dalam rumus.

Rumus Koefisien Korelasi Product Moment: rxy =

rxy=

=

=

=

= 0,7730

Menurut hasil analisis di atas, diperoleh nilai r hitung sebesar 0,773. hasil angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari penghitungan kemudian diinterpretasikan pada tabel korelasi “r” Product Moment (lihat tabel 3.7) pada tabel tersebut nilai r hitung berada pada rentang 0,70-0,90 yang artinya antara keterampilan berbicara siswa (x) dan hasil belajar Bahasa Indonesia (y) terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.


(61)

Bila menggunakan r tabel untuk n= 30 dan kesalahan 5% maka diperoleh nilai r tabel= 0,361 (terlampir) dengan nilai r hitung=0,773 dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan tampak bahwa nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha diterima, dengan demikian korelasi 0,773 itu signifikan.

Hasil uji korelasional keterampilan berbicara siswa dengan hasil belajar Bahasa Indonesia dapat disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9

Hasil Uji Korelasional Keterampilan Berbicara Siswa dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Variabel yang dikorelasikan

rhitung rtabel Keterangan

Keterampilan Berbicara Siswa (X) dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia (Y)

0,773 0,631 rhitung 0,772 berada pada rentang 0,70 -

0,90 maka terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

rhitung >rtabel

Ho ditolak dan Ha diterima 0,773 > 0,631

artinya hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara keterampilan berbicara siswa dengan hasil belajar Bahasa Indonesia diterima

2. Uji Signifikan

Untuk menguji signifikan dilakukan dengan menggunakan rumus uji signifikan korelasi Product Moment.


(1)

(2)

Kemampuan

Berbahasa Indonesia

di SD, (Bandung:


(3)

Berbicara II, (Jakarta: Karunika Universitas Terbuka, Cet. ke- 1. 1986)


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT PENULIS

Niswatun Hasanah, Lahir di Bogor, 5 Januari 1992 dari seorang ibu yang bernama Ani dan seorang ayah yang bernama Sudarman. Menikmati masa pendidikan dari mulai tingkat RA di RA Islamiyah, tingkat MI Hayatul Islamiyah Yadair, Mts Islamiyah Yadair, MA Islamiyah Yadair dan sekarang sedang menyelesaikan program pendidikan S1 di Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada Masa Mts dan MA aktif sebagai anggota OSIS, pada masa kuliah juga pernah bergabung dengan anggota BEM Jurusan untuk defisi seni dan olahraga. olahraga merupakan kegemaran penulis terutama untuk bidang olahraga bola voli sejak masa MA penulis berhasil memperoleh piala kejuaraan turnamen voli tingkat SMA bersama timya. begitu juga pada masa kuliah berhasil meperoleh juara 1 turnament voli tingkat FITK.

Pada tanggal 25 Januari 2014 menikah dengan Dea Agustian yang dikaruniai satu orang anak laki-laki yang bernama Asraf Rasyid El Dzaky pada tanggal 17 Maret 2015. Sejak tahun 2014 menjadi tenaga pengajar di Madrasah Ibtidaiyah Unggulan Al Amanah Bedahan Depok. Penulis tinggal bersama keluarga kecilnya yang beralamat di Jln. Abdul Wahab RT.03/05 No. 21A Kelurahan Sawangan Kecamatan Sawangan Kota Depok Provinsi Jawa Barat.

Sejak tahun 2014 menjadi tenaga pengajar di Madrasah Ibtidaiyah Unggulan Al Amanah Bedahan Depok sampai saat ini.