Kajian Pustaka LANDASAN TEORI
                                                                                digunakan untuk penayangan audio-visual adalah televisi, LCD, proyektor, speaker
, dan lain-lain. Rinanto 1982 berpendapat bahwa media audio-visual adalah suatu
media  yang  terdiri  dari  media  visual  yang  disinkronkan  dengan  media audio
, yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru  dan  anak  didik  di  dalam  proses  belajar-mengajar.  Atau  dengan  kata
lain,  media  audio-visual  merupakan  perpaduan  yang  saling  mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran
bagi  yang  menonton.  Berdasarkan  dua  pendapat  tersebut,  melalui  media ini  siswa  tidak  hanya  dapat  melihat  atau  mengamati  sesuatu,  melainkan
sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Maka media ini dapat  memberikan  dua  jenis  manfaat  dari  segi  audio  sendiri  serta
visualnya.  Hal  ini  akan  mempermudah  siswa  dalam  proses  pembelajaran karena  siswa  mendapatkan  contoh  konkret  dari  materi  yang  mereka
pelajari  tanpa  harus  membayangkannya  secara  abstrak,  namun  dapat menontonnya melalui media audio-visual tersebut.
b.  Jenis Media Audio-Visual Ada  beberapa  jenis  media  audio-visual  menurut  Anitah  2009,
yaitu: 1 Slide Suara. Slide suara merupakan jenis media audio-visual yang menampilkan sejumlah slide, dipadukan dalam suatu cerita atau suatu jenis
pengetahuan  yang  diproyeksikan  pada  layar  dengan  iringan  suara;  2 Televisi. Program televisi menghadirkan suatu peristiwa yang berada jauh
dari dari tempat pemirsa melalui program-programnya.
Dari  kedua  jenis  media  audio-visual  di  atas  dapat  dilihat perbedaannya. Untuk jenis slide suara, gambar yang dihasilkan tidak selalu
bergerak,  misalnya  foto.  Namun  juga  diiringi  dengan  suara  yang  bisa dimasukkan ketika melakukan penyusunan foto  atau slide. Dalam televisi
ditayangkan  gambar  bergerak  yang  bersuara.  Penayangannya  bisa dilakukan  kapan  saja  setelah  pengeditan.  Namun  keduanya  sama-sama
sering  digunakan  sebagai  media  belajar  yang  membantu  jalannya  proses pembelajaran  di  kelas  sesuai  dengan  kebutuhan  guru  menyampaikan
materi  ajarnya.  Media  audio-visual  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini termasuk  dalam  jenis  slide  suara,  karena  film  kartun  merupakan  slide
gambar  yang  dibuat  tampak  bergerak  dan  suara  yang  terdapat  pada tayangan media merupakan hasil dubing.
c.  Peranan Media Audio-Visual dalam Pendidikan Menurut  Rinanto  1982  peranan  media  audio-visual  dalam
pendidikan  adalah:  1  media  audio-visual  dapat  mengatasi  keterbatasan pengalaman  yang  dimiliki  anak  didik;  2  media  audio-visual  dapat
melampaui  batasan  ruang  dan  waktu;  3  media  audio-visual  sangat memungkinkan  terjadinya  interaksi  langsung  antara  anak  didik  dengan
lingkungannya;  4  media  audio-visual  memberikan  keseragaman pengamatan; 5 media audio-visual dapat menanamkan konsep dasar yang
besar,  konkret,  dan  realistis;  6  media  audio-visual  membangkitkan keinginan dan minat baru; 7 media audio-visual memberikan pengalaman
yang integral dari yang konkret sampai ke abstrak.
Berdasarkan  pernyataan  tersebut,  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa yang  dimaksud  dari:  1  media  audio-visual  dapat  mengatasi  keterbatasan
pengalaman  yang  dimiliki  anak  didik,  yaitu  melalui  media  audio-visual keberagaman pengalaman yang dimiliki setiap siswa dapat diseragamkan;
2  media  audio-visual  dapat  melampaui  batasan  ruang  dan  waktu,  yaitu dapat  menunjukkan  hal-hal  yang  tidak  bisa  dialami  secara  langsung  saat
berada  di  dalam  kelas;  3  media  audio-visual  sangat  memungkinkan terjadinya  interaksi  langsung  antara  anak  didik  dengan  lingkungannya,
yaitu  siswa  diajak  untuk  berkontak  langsung  dengan  objek  pelajaran melalui  media;  4  media  audio-visual  memberikan  keseragaman
pengamatan,  yaitu  pengamatan  dan  pengalaman  yang  dimiliki  oleh  siswa melalui media audio-visual dapat diarahkan pada butir-butir penting yang
tercakup  dalam  tujuan  intruksional;  5  media  audio-visual  dapat menanamkan  konsep  dasar  yang  besar,  konkret,  dan  realistis,  yaitu  siswa
dapat merasakan pengalaman yang jelas, konkret, dan realistis tanpa harus keluar  dari  ruang  kelas;  6  media  audio-visual  membangkitkan  keinginan
dan  minat  baru,  yaitu  pengalaman  yang  didapatkan  dari  tayangan  media audio-visual
menambah  pengetahuan  baru  bagi  siswa  sehingga menimbulkan  keinginan  dan  minat  untuk  belajar;  7  media  audio-visual
memberikan  pengalaman  yang  integral  dari  yang  konkret  sampai  ke abstrak,  yaitu  imajinasi  atau  pertanyaan-pertanyaan  tentang  suatu  materi
dapat  siswa dapatkan melalui  penayangan media  audio-visual dan setelah
imajinasi itu terjawab, siswa akan menerapkannya pada kehidupan sehari- hari.
Jadi,  peranan  media  audio-visual  bisa  mempengaruhi  motivasi  dan prestasi  belajar.  Hal  tersebut  tampak  dalam  poin-poin  peranan  media
audio-visual dalam  pendidikan  yang  menunjukkan  berbagai  pengetahuan
dan  pengalaman  yang  bisa  didapatkan  siswa  melalui  media  tersebut  dan tayangan  menarik  yang  membuat  siswa  ingin  tahu  lebih  banyak  tentang
materi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. 2.  Motivasi Belajar
a.  Definisi Motivasi Belajar Majid  2013  mengungkapkan  bahwa  motivasi  merupakan  satu
penggerak  dari  dalam  hati  seseorang  untuk  mencapai  suatu  tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju
kesuksesan  dan  menghindari  kegagalan  hidup.  Menurut  Anitah  2009 motivasi  belajar  berkaitan  erat  dengan  tujuan  yang  hendak  dicapai  oleh
individu  yang  sedang  belajar  itu  sendiri.  Bila  seseorang  yang  sedang belajar  menyadari  bahwa  tujuan  yang  hendak  dicapai  berguna  atau
bermanfaat  baginya,  maka  motivasi  belajar  akan  muncul  dengan  kuat. Menurut  Nuryanti  2008,  motivasi  bisa  tumbuh  dari  dalam  diri  sendiri
namun bisa juga karena pengaruh dari luar diri. Sedangkan untuk motivasi belajar,  akan  lebih  mengacu  pada  tujuan  mencapai  hasil  yang  lebih  baik
dalam bidang pendidikan.
Jadi,  motivasi  dapat  diumpamakan  sebagai  motor  penggerak  yang memacu  diri  siswa  untuk  menggali  kemauan  belajar  lebih  dalam  guna
mencapai  tujuan.  Tujuan  utama  siswa  dalam  belajar  adalah  hasil  belajar yang baik dan memuaskan.
b.  Sumber Motivasi Menurut Majid 2013, perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu
ada  hal  yang  mendorongnya  dan  tertuju  pada  suatu  tujuan  yang  ingin dicapainya.  Majid  2013  menambahkan  bahwa  ada  dua  macam  model
motivasi,  yaitu  motivasi  intrinsik  dan  motivasi  ekstrinsik.  Majid  2013 juga menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah model motivasi dimana
siswa  termotivasi  untuk  mengerjakan  tugas  karena  dorongan  dari  dalam dirinya  sendiri,  memberikan  kepuasan  tersendiri  dalam  proses
pembelajaran  atau  memberikan  kesan  tertentu  saat  menyelesaikan  tugas. Motivasi  ekstrinsik  adalah  model  motivasi  dimana  siswa  yang  terpacu
karena  berharap  ada  imbalan  atau  untuk  menghindari  hukuman,  misalkan untuk  mendapatkan  nilai,  hadiah  stiker  atau  untuk  menghindari  hukuman
fisik. Berdasarkan  dua  model  motivasi  tersebut,  faktor  sumber  motivasi
dapat  dibagi  menjadi  dua,  yaitu  faktor  internal  dan  faktor  eksternal. Menurut  Majid  2013  faktor  internal  terdiri  dari:  1  adanya  kebutuhan.
Orang  tua  harus  mengetahui  kebutuhan  anaknya  untuk  memberikan alternatif  pendidikan  yang  sesuai  dengan  kebutuhan  tersebut;  2  persepsi
individu  mengenai  diri  sendiri.  Maksudnya  adalah  apabila  seorang  anak
menilai dirinya mampu maka dia akan berusaha meraih apa yang menjadi keinginannya,  namun  bila  anak  menilai  dirinya  kurang  mampu  maka  dia
akan mencari tujuan lain yang dapat diraih; 3 harga diri dan prestasi. Hal ini  akan  mendorong  siswa  untuk  tidak  selalu  puas  dengan  apa  yang
diperolehnya karena anak akan mempunyai daya saing tinggi dan kemauan yang  tinggi  pula  untuk  menjadi  berprestasi  diantara  teman-temannya;  4
adanya  cita-cita  dan  harapan  masa  depan.  Dari  pernyatan  keempat  dapat dijelaskan bahwa kebutuhan siswa akan terlihat dari cita-cita dan harapan
anak  di  masa  depan,  hal  itu  akan  memotivasi  siswa  untuk  terus meningkatkan  prestasinya;  5  keinginan  tentang  kemajuan  dirinya.
Maksudnya  adalah  hal  yang  mendukung  terciptanya  motivasi  dari  dalam diri siswa adalah keinginan untuk menjadikan dirinya lebih baik daripada
sebelumnya,  misalnya  jika  sekarang  mendapat  nilai  ulangan  8,  pada ulangan  berikutnya  harus  9  atau  10;  6  minat.  Artinya  siswa  akan
termotivasi jika ada minat dari dalam dirinya terhadap suatu hal, misalnya minat  terhadap  mata  pelajaran  matematika.  Melalui  minat  itu  siswa  akan
mengembangkan diri untuk mengetahui rumus-rumus matematika dan lain sebagainya; 7 kepuasan kinerja. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa akan
selalu  termotivasi  memperbaiki  pekerjaannya  untuk  mencapai  kepuasan yang diinginkan.
Faktor  eksternal  meliputi:  1  pemberian  hadiah.  Hal  yang dimaksudkan  adalah  melalui  pemberian  hadiah,  siswa  akan  lebih
termotivasi untuk belajar dan meningkatkan prestasinya. Pemberian hadiah
dapat  disesuaikan  dengan  situasi  dan  kondisi  tertentu;  2  kompetisi. Kompetisi biasanya terjadi di sekolah. Guru dapat melakukan kompetisi di
kelas dengan pemberian skor tambahan kepada setiap siswa yang nilainya tinggi;  3  hukuman.  Faktor  ini  dapat  diartikan  bahwa  siswa  akan
termotivasi  melakukan  hal  baik  untuk  menghindari  hukuman  yang  telah disepakati  sebelumnya;  4  pujian.  Faktor  ini  hal  yang  paling  sering
dilakukan  yang bertujuan untuk  membesarkan hati siswa agar termotivasi untuk  lebih  aktif  dalam  proses  pembelajaran;  5  situasi  lingkungan  pada
umumnya. Hal ini berkaitan dengan dukungan dari orang-orang di sekitar siswa  yang  mendorong  rasa  mampunya  dalam  melakukan  kegiatan
pemenuhan  tujuannya;  6  sistem  imbalan  yang  diterima.  Faktor  ini  dapat diumpamakan  jika  siswa  melakukan  perbuatan  baik  atau  nilainya  bagus,
siswa akan menerima imbalan sesuai yang telah disepakati. Anitah  2009  menyatakan  bahwa  memunculkan  motivasi  intrinsik
di  kalangan  siswa-siswa  kelas  rendah  memang  agak  sulit,  karena  pada umumnya  mereka  belum  menyadari  pentingnya  pelajaran  yang  mereka
pelajari.  Namun,  Anitah  2009  menambahkan,  bahwa  memunculkan motivasi  ekstrinsik  dapat  dilakukan  antara  lain  dengan  cara  memberi
pujian  atau  hadiah,  menciptakan  situasi  belajar  yang  menyenangkan, memberi nasihat, kadang-kadang teguran.
Berdasarkan  pendapat-pendapat  tersebut  dapat  diambil  kesimpulan bahwa  motivasi  intrinsik  dapat  digali  melalui  hal-hal  yang  berkaitan
dengan  diri  siswa  dengan  maksud  mengembangkan  apa  yang  sudah  ada
dalam dirinya, sedangkan motivasi ekstrinsik  dapat  digali  melalui  reward dan  punishment  yang  menjadi  kesepakatan  antara  siswa  dan  guru
sebelumnya. c.  Prinsip Dasar Motivasi
Menurut  Forum  Human  Capital  Indonesia  2007  motivasi  dapat didefinisikan  sebagai  faktor  yang  diperlukan  untuk  memulai,  mendorong,
dan berkembang secara terus menerus. Untuk melihat motivasi seseorang, perlu dipahami tiga prinsip dasar manusia: Pertama, harus dipahami bahwa
dalam  mengerjakan  sesuatu,  setiap  orang  mempunyai  alasan  tertentu, mengapa  dan  apa  kepentingan  untuk  dirinya.  Misalnya,  seorang  siswa
akan  menyimak  isi  pelajaran  dari  awal  hingga  akhir  apabila  siswa memiliki rasa ketertarikan terhadap materi, gaya mengajar guru, atau rasa
ingin  tahu  yang  besar  mengenai  materi  tersebut.  Kedua,  setiap  orang berusaha  mencapai  sesuatu  apa  yang  telah  menjadi  tujuannya.  Misalnya,
seorang  siswa  merasa  dirinya  mengalami  penurunan  pada  prestasi belajarnya  dan  ingin  meningkatkannya  kembali,  maka  ia  akan  berusaha
mencapai  keinginannya  itu  dengan  cara  belajar  atau  mengikuti  bimbel  di luar  sekolah.  Ketiga,  setiap  orang  unik,  berbeda,  karena  mempunyai
turunan  dan  lingkungan  yang  berbeda.  Maksudnya,  keinginan,  semangat juang, dan cara mencapai tujuan setiap orang ditunjukkan dngan cara yang
berbeda-beda  karena  faktor  lingkungan  keluarga  dan  masyarakatnya  pun berbeda.
Menurut Pratisti 2008, anak sering termotivasi untuk memperbaiki kelemahannya apabila anak dapat mengenali jurang pemisah antara bidang
yang  lemah  dan  bidang  yang  kuat  yang  ada  pada  dirinya,  dan  bagaimana caranya  membangun  jembatan  di  atas  jurang  tersebut.  Berdasarkan
pernyataan  tersebut  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  cara  membangun jembatan itu tentu saja harus melalui refleksi dan intropeksi diri sehingga
anak menemukan solusi yang akan digunakan sebagai jembatan. Dari  pernyataan-pernyataan  tersebut  dapat  diambil  kesimpulan
bahwa  motivasi  akan  terbentuk  dengan  sendirinya  ketika  anak  merasa berkeinginan  untuk  memperbaiki  dirinya.  Perasaan  ingin  itu  pun  semata-
mata  bisa  terbentuk  karena  teguran  dan  dukungan  dari  lingkungan sekitarnya  seperti  guru,  teman,  dan  orang  tuanya.  Dari  situ  anak
merefleksikan dan mendapatkan apa yang sebenarnya dia butuhkan dalam belajar. Misalnya ketika  anak kesulitan dalam menghafal  pelajaran, maka
dengan  dukungan  media  yang  disediakan  guru,  anak  akan  merasa termotivasi dan prestasi belajarnya dapat meningkat dari sebelumnya.
d.  Indikator Motivasi Menurut  Aritonang  2008,  indikator  motivasi  adalah:  1  ketekunan
dalam  belajar;  2  ulet  dalam  mengahadapi  kesulitan;  3  minat  dan ketajaman perhatian dalam belajar; 4 partisipasi dalam belajar; 5 mandiri
dalam  belajar.  Dari  kelima  indikator  tersebut,  yang  dimaksud  dengan ketekunan  dalam  belajar  adalah  siswa  mampu  mengerjakan  semua  soal
yang  diberikan  guru.  Ulet  dalam  menghadapi  kesulitan  dapat  diartikan
bahwa  siswa  mampu  memecahkan  masalah  pada  soal  yang  sedang dikerjakan.  Minat  dan  ketajaman  perhatian  dalam  belajar  adalah  siswa
bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, dan mengamati penjelasan dari guru. Partisipasi dalam belajar adalah siswa mampu mengikuti arahan guru
selama proses pembelajaran. Mandiri dalam belajar adalah siswa berusaha menyelesaikan  tugas  yang  diberikan  guru  tanpa  bantuan  teman  maupun
guru. 3.  Prestasi Belajar
a.  Pengertian Prestasi Belajar Menurut  Krisdianto  dalam  Arifin  2012,  prestasi  belajar  adalah
kemampuan,  keterampilan,  sikap  seseorang  dalam  menyelesaikan  suatu hal. Sedangkan menurut Gagne dalam Baharuddin 2002, prestasi belajar
dapat  ditunjukkan  dengan  hasil  belajar  siswa,  hasil  belajar  siswa  tersebut dapat  berupa  keterampilan  mengerjakan  sesuatu,  kemampuan  menjawab
soal atau menyelesaikan tugas. Jadi, prestasi belajar merupakan nilai akhir atau  final  yang  mampu  dihasilkan  oleh  siswa  dari  suatu  proses
pembelajaran.  Siswa  yang  mampu  mengambil  makna  pelajaran  akan menuai prestasi belajar yang baik pada tes-tes yang diberikan oleh guru.
Darsono  2000  mengungkapkan  bahwa  prestasi  belajar  merupakan perubahan yang berhubungan dengan tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor yang ada akibat interaksi dengan lingkungan. Chosiyah 2001 berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan rangkaian hasil usaha yang
telah  dilatih  dalam  suatu  sistem  atau  rangkaian  kegiatan  pendidikan  yang
dinyatakan  dengan  nilai.  Berdasarkan  pernyataan-pernyataan  tersebut dapat  disimpulkan  bahwa  prestasi  belajar  siswa  dapat  meningkat  seiring
dengan  keterlibatan  siswa  dalam  rangkaian  kegiatan  pembelajaran. Peningkatan  prestasi  tersebut  selain  melalui  penilaian  kognitif  juga
didukung dengan penilaian afektif dan psikomotornya. b.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Mulyasa 2006
berpendapat bahwa
faktor-faktor yang
mempengaruhi  prestasi  belajar  yaitu  yang  pertama,  pengaruh  faktor eksternal  yang  dapat  mempengaruhi  prestasi  belajar  peserta  didik  dapat
digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Yang dimaksud dengan faktor sosial pada pernyataan ini adalah peranan lingkungan sekitar seperti
keluarga, teman sepermainan, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa. Jika  dalam  keluarga,  orang  tua  berperan  penting  sebagai  fasilitator,  maka
dalam lingkup sekolah guru lah yang memegang kendali sebagai fasilitator pada  peningkatan  prestasi  belajar  siswa.  Kedua,  pengaruh  faktor  internal
yang  dapat  mempengaruhi  prestasi  belajar  seperti  banyak  pengaruh  atau rangsangan  dari  faktor  eksternal  yang  mendorong  individu  belajar,
keberhasilan  belajar  ditentukan  oleh  faktor  diri  internal  beserta  usaha yang  dilakukannya.  Dari  pernyataan  kedua  dapat  diambil  kesimpulan
bahwa  pengaruh  faktor  eksternal  akan  mendorong  siswa  untuk mengembangkan diri sebagai usaha mencapai prestasi belajar.
4.  Anak Kelas I SD a.  Karakteristik Anak Kelas I SD
Santrock  2003  berpendapat  bahwa  anak  kelas  I  SD  merupakan anak berusia kurang lebih 6-8 tahun yang cara berpikirnya masih konkret-
abstrak.  Anak  seusia  ini  akan  lebih  cepat  menangkap  pelajaran  jika menggunakan media pembelajaran yang konkret dan dapat melihat sendiri
secara  nyata.  Dari  hal  yang  telah  mereka  lihat  itu  barulah  mereka  bisa membayangkan  dan  menangkap  apa  yang  mereka  pelajari  dalam
memorinya.  Menurut  Yusuf  2011  karakteristik  anak  pada  usia  sekolah dasar  adalah  perkembangan  intelektual  pada  masa  ini  sudah  cukup  untuk
menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan. Dari  pernyataan-pernyataan  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  anak
di  usia  ini  kognitif,  afektif,  psikomotoriknya  sudah  mulai  berkembang sehingga akan lebih mudah bagi guru dan orang tua dalam mengasah bakat
dan  minatnya.  Uapaya  pengasahan  bakat  dan  minat  tersebut  dapat dilakukan  dengan  memberikan  motivasi  agar  anak  semakin  semangat
mengejar apa yang menjadi tujuannya. b.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembangan Potensi Anak
Menurut  Reni  Akbar-Hawadi  dalam  Nuryanti,  2008  faktor-faktor yang  mempengaruhi  pengembangan  potensi  anak  dibagi  menjadi  dua
bagian, yaitu:
1  Faktor Internal berasal dari dalam diri anak: a  Kecerdasan: menunjukkan kemampuan berpikir anak, menggunakan
nalar,  dan  memecahkan  masalah  menggunakan  logika.  Hal  ini  bisa ditunjukkan  secara  tidak  langsung  saat  siswa  menghitung  uang
sakunya  dan  berapa  sisa  uang  saku  setelah  dipergunakan  untuk membeli makanan.
b  Konsep  diri:  menunjukkan  cara  pandang  terhadap  kemampuan  dan pribadi. Maksudnya, setiap siswa mempunyai pendapat yang berbeda
mengenai suatu masalah dan cara menyelesaikannya pun beragam. c  Motivasi berprestasi: dorongan pada diri seseorang untuk mencapai
tujuan  di  bidang  tertentu,  khususnya  akademik.  Misalnya,  seorang siswa  mempunyai  harapan  untuk  memenangkan  sebuah  lomba
cerdas  cermat  antar  sekolah,  maka  ia  akan  belajar  dengan  sungguh untuk memenangkannya dan mengharumkan nama sekolahnya.
d  Minat: kecenderungan seseorang pada bidang tertentu atau kesukaan seseorang  yang  menarik  untuk  dilakukan.  Misalnya,  seorang  siswa
suka dengan kegiatan olahraga, maka untuk memenuhi kesukaannya tersebut ia akan mengikuti ekstrakurikuler olahraga.
e  Bakat:  kemampuan  yang  muncul  ketika  telah  melalui  latihan  dan pengembangan.  Misalnya  seorang  siswa  yang  telah  mengikuti
ekstrakurikuler  olahraga  akan  terlihat  sejauh  mana  kemampuannya di  bidang  olahraga  dan  akan  diuji  dengan  kegiatan  pertandingan
persahabatan antar sekolah maupun lomba-lomba di luar sekolah.
f  Sikap:  cara  seseorang  untuk  menolak  dan  menerima  sesuatu  yang menurutnya baik  atau tidak baik  untuk  dirinya.  Maksudnya seorang
siswa  akan  mengukur  kemampuannya  dan  menentukan  hal  mana yang lebih diminati sesuai dengan kebutuhannya.
g  Sistem  nilai:  keyakinan  yang  dimiliki  oleh  seseorang  terhadap kemampuannya dan hasil akhir yang diinginkan dari kemampuannya
tersebut.  Dengan  belajar  dan  berlatih,  siswa  akan  menempuh  ujian penentu untuk mengukur tingkat kemampuannya.
Berdasarkan  uraian  tersebut,  perkembangan  potensi  siswa  sangat dipengaruhi  oleh  faktor  internalnya.  Bagaimanapun  hal  yang  menentukan
potensi  akan  berkembang  atau  tidak  adalah  diri  sendiri.  Apabila  seorang siswa  mempunyai  potensi  namun  tidak  menyadarinya,  potensi  tersebut
tidak akan berkembang. 2  Faktor Eksternal Berasal dari Luar Diri Anak:
a  Lingkungan keluarga. Poin  ini  menjelaskan  tentang  perkembangan  potensi  siswa  di
dalam  keluarga.  Pendidikan  pertama  yang  diterima  seorang  siswa adalah  dalam  keluarga,  maka  potensi  siswa  akan  diketahui  pertama
kali oleh orang tua. Orang tua akan menjadi fasilitator utama dalam pembentukan dan perkembangan potensi siswa.
b  Lingkungan sekolah. Pada poin ini, lingkungan sekolah adalah tempat ke dua siswa
memperoleh  pendidikan.  Siswa  akan  diarahkan  kepada  bidang-
bidang  tertentu  untuk  mengetahui  potensinya.  Guru  terlibat  sebagai fasilitator yang mengawasi perkembangan potensi pada tiap siswa.
c  Lingkungan masyarakat. Poin  terakhir,  lingkungan  masyarakat.  Lingkungan  ini  juga
merupakan  tempat  untuk  memperoleh  pendidikan.  Pada  lingkungan ini  siswa  akan  belajar  bermasyarakat  dan  mengenali  kebiasaan-
kebiasaan  yang  terjadi  di  sekitarnya.  Melalui  pergaulan  dan kebiasaan  yang  diikuti  siswa  dari  lingkungannya  memungkinkan
siswa untuk mengenali potensinya pula. Kesimpulan  dari  pernyataan  tersebut  adalah  bahwa  potensi  siswa
dapat  dikembangkan  jika  ada  yang  mengarahkan  dan  memfasilitasi.  Baik eksternal  maupun  internal  semuanya  saling  berkaitan,  tergantung  siswa
dalam  mengenali  potensinya  dan  faktor  eksternal  dari  keluarga,  sekolah, dan masyarakat sebagai fasilitatornya.
5.  Ilmu Pengetahuan Sosial IPS a.  Definisi IPS
Daldjoeni  1981  mendefinisikan  IPS  sebagai  ilmu  pengetahuan tentang  manusia  di  dalam  kelompok  yang  disebut  masyarakat,  dengan
menggunakan  ilmu  politik,  ekonomi,  sejarah,  geografi,  sosiologi, antropologi  dan  sebagainya.  Sedangkan  menurut  Ralf  Dahrendorf  dalam
Supardan,  2007,  IPS  merupakan  suatu  konsep  ambisius  untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademis yang memberikan perhatian
pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Dari kedua pendapat  tersebut
IPS  dapat  didefinisikan  sebagai  pengetahuan  tentang  manusia  dalam masyarakat  dan  lingkungan  sekitarnya  berdasarkan  beberapa  disiplin
akademis.  Semua  yang  membahas  tentang  manusia  dan  relasinya  dengan lingkungan tempat tinggalnya akan dibahas di dalam mata pelajaran ini.
b.  Konsep IPS Menurut  Solihatin    Raharjo  2008,  konsep  Ilmu  Pengetahuan
Sosial  di  Indonesia  antara  lain:  1  interaksi;  2  saling  ketergantungan;  3 kesinambungan dan perubahan;  4 keragaman   kesamaan   perbedaan;  5
konflik dan consensus; 6 kekuasaan; 7 nilai kepercayaan; 8 keadilan dan pemerataan; 9 budaya.
Berdasarkan  pion-poin  konsep  Ilmu  Pengetahuan  Sosial  tersebut dapat diuraikan bahwa yang dimaksud dengan 1 Interaksi adalah menjalin
komunikasi secara verbal maupun non verbal untuk mencapai kesepakatan bekerjasama  memecahkan  masalah.  2  Saling  ketergantungan  yaitu
manusia  akan  selalu  membutuhkan  manusia  lain  dalam  hidupnya  karena manusia  merupakan  makhluk  sosial.  3  Kesinambungan  dan  perubahan
adalah  inti  dan  muatan  nilai,  simbol,  dan  kebiasaan  masyarakat  pada umumnya  akan  diteruskan  secara  berkesinambungan,  namun  akan  selalu
terjadi perubahan atau perkembangan. 4 Keragamankesamaanperbedaan dalam  arti  sempit  dapat  diuraikan  bahwa  manusia  satu  dengan  manusia
lainnya  akan  selalu  mempunyai  karakteristik  yang  berbeda,  namun perbedaan  tersebut  akan  selalu  dipersatukan  dalam  kesamaan.  5  Konflik
dan consensus. Dalam sebuah konflik akan selalu ada kesepakatan. Hidup
bersama dalam  keragaman akan menimbulkan banyak konflik, maka cara untuk menghindarinya adalah dengan membuat kesepakatankonsensus. 6
Kekuasaan  dapat  diartikan  sebagai  kemampuan  yang  dimiliki  seseorang untuk  melakukan  sesuatu  seesuai  dengan  kehendaknya.  7  Nilai
kepercayaan  adalah  sesuatu  yang  dianggap  berharga  serta  dipercaya  dan memiliki  karakteristik  tertentu.  8  Keadilan  dan  pemerataan  adalah  hal
yang  dilakukan  untuk  mencari  titik  pencapaian  sebuah  tujuan  dan  akan selalu  berlangsung  untuk  memperbaikinya  sampai  tujuan  itu  dianggap
tercapai dan adil. 9 Budaya adalah kebiasaan masyarakat dari jaman dulu yang  sampai  sekarang  masih  dilanjutkan  oleh  generasi  penerusnya  guna
melestarikan kebiasaan tersebut. c.  Tujuan IPS dalam Pendidikan
Menurut  BSNP  2006 ,
mata  pelajaran  IPS  bertujuan  agar  peserta didik  memiliki  kemampuan  sebagai  berikut:  1  Mengenal  konsep-konsep
yang  berkaitan  dengan  kehidupan  masyarakat  dan  lingkungannya.  2 Memiliki  kemampuan  dasar  untuk  berpikir  logis  atau  kritis,  rasa  ingin
tahu,  inkuiri,  memecahkan  masalah,  dan  keterampilan  dalam  kehidupan sosial.  3  Memiliki  komitmen  dan  kesadaran  terhadap  nilai-nilai  sosial
serta  kemanusiaan.  4  Memiliki  kemampuan  berkomunikasi,  bekerjasama dan  berkompetisi  dalam  masyarakat  yang  majemuk,  di  tingkat  lokal,
nasional,  dan  global.  Berdasarkan  pernyataan  tersebut,  setelah  siswa mempelajari  IPS  siswa  diharapkan  dapat  menjadi  seorang  yang
bermasyarakat,  mampu  beradaptasi  dengan  lingkungannya,  taat  pada
norma-norma  yang  berlaku  dalam  masyarakat,  dan  mampu  bersosialisasi dengan baik antar individu.
Sedangkan  menurut  Daldjoeni  1981,  IPS  memiliki  tujuan  sebagai berikut:  1  IPS  mempersiapkan  siswa  untuk  studi  lanjut  di  bidang  social
sciences .  2  IPS  bertujuan  untuk  mendidik  warga  negara  yang  baik.  3
Pembelajaran  IPS  juga  bertujuan  untuk  meningkatkan  cara  berpikir demokratis. 4 Kegiatan  pembelajaran  IPS diarahkan untuk: a Membina
warga  negara  Indonesia  atas  dasar  moral  pancasila  undang-undang  dasar UUD  45,  nilai  dan  sikap  sehingga  terpupuk  kemauan  serta  tekad  untuk
hidup  secara  bertanggung  jawab;  b  Dapat  memahami  dan  selanjutnya mampu memecahkan masalah sosial  dengan pandangan  yang terbuka dan
rasional.  Pernyataan  ini  dapat  diartikan  bahwa  setelah  siswa  mengikuti proses  pembelajaran  IPS,  siswa  terbentuk  menjadi  pribadi  yang  hidup
dengan mengamalkan pancasila. Pada  mata  pelajaran  IPS  kelas  I  SD  peneliti  melakukan  penelitian
tentang  materi  rumah  sehat  yang  diambil  dari  standar  kompetensi mendeskripsikan lingkungan rumah dengan kompetensi dasar menjelaskan
lingkungan  rumah  sehat  dan  perilaku  dalam  menjaga  kebersihan  rumah. Peneliti memilih materi ini karena banyak contoh-contoh yang seharusnya
dapat  siswa  lihat  langsung  saat  penjelasan  di  dalam  kelas.  Contoh diberikan untuk mempermudah siswa mengimajinasikan keadaan nyata di
lingkungannya.
                