Kajian Pustaka LANDASAN TEORI
digunakan untuk penayangan audio-visual adalah televisi, LCD, proyektor, speaker
, dan lain-lain. Rinanto 1982 berpendapat bahwa media audio-visual adalah suatu
media yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio
, yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses belajar-mengajar. Atau dengan kata
lain, media audio-visual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran
bagi yang menonton. Berdasarkan dua pendapat tersebut, melalui media ini siswa tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan
sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Maka media ini dapat memberikan dua jenis manfaat dari segi audio sendiri serta
visualnya. Hal ini akan mempermudah siswa dalam proses pembelajaran karena siswa mendapatkan contoh konkret dari materi yang mereka
pelajari tanpa harus membayangkannya secara abstrak, namun dapat menontonnya melalui media audio-visual tersebut.
b. Jenis Media Audio-Visual Ada beberapa jenis media audio-visual menurut Anitah 2009,
yaitu: 1 Slide Suara. Slide suara merupakan jenis media audio-visual yang menampilkan sejumlah slide, dipadukan dalam suatu cerita atau suatu jenis
pengetahuan yang diproyeksikan pada layar dengan iringan suara; 2 Televisi. Program televisi menghadirkan suatu peristiwa yang berada jauh
dari dari tempat pemirsa melalui program-programnya.
Dari kedua jenis media audio-visual di atas dapat dilihat perbedaannya. Untuk jenis slide suara, gambar yang dihasilkan tidak selalu
bergerak, misalnya foto. Namun juga diiringi dengan suara yang bisa dimasukkan ketika melakukan penyusunan foto atau slide. Dalam televisi
ditayangkan gambar bergerak yang bersuara. Penayangannya bisa dilakukan kapan saja setelah pengeditan. Namun keduanya sama-sama
sering digunakan sebagai media belajar yang membantu jalannya proses pembelajaran di kelas sesuai dengan kebutuhan guru menyampaikan
materi ajarnya. Media audio-visual yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam jenis slide suara, karena film kartun merupakan slide
gambar yang dibuat tampak bergerak dan suara yang terdapat pada tayangan media merupakan hasil dubing.
c. Peranan Media Audio-Visual dalam Pendidikan Menurut Rinanto 1982 peranan media audio-visual dalam
pendidikan adalah: 1 media audio-visual dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki anak didik; 2 media audio-visual dapat
melampaui batasan ruang dan waktu; 3 media audio-visual sangat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak didik dengan
lingkungannya; 4 media audio-visual memberikan keseragaman pengamatan; 5 media audio-visual dapat menanamkan konsep dasar yang
besar, konkret, dan realistis; 6 media audio-visual membangkitkan keinginan dan minat baru; 7 media audio-visual memberikan pengalaman
yang integral dari yang konkret sampai ke abstrak.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dari: 1 media audio-visual dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki anak didik, yaitu melalui media audio-visual keberagaman pengalaman yang dimiliki setiap siswa dapat diseragamkan;
2 media audio-visual dapat melampaui batasan ruang dan waktu, yaitu dapat menunjukkan hal-hal yang tidak bisa dialami secara langsung saat
berada di dalam kelas; 3 media audio-visual sangat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungannya,
yaitu siswa diajak untuk berkontak langsung dengan objek pelajaran melalui media; 4 media audio-visual memberikan keseragaman
pengamatan, yaitu pengamatan dan pengalaman yang dimiliki oleh siswa melalui media audio-visual dapat diarahkan pada butir-butir penting yang
tercakup dalam tujuan intruksional; 5 media audio-visual dapat menanamkan konsep dasar yang besar, konkret, dan realistis, yaitu siswa
dapat merasakan pengalaman yang jelas, konkret, dan realistis tanpa harus keluar dari ruang kelas; 6 media audio-visual membangkitkan keinginan
dan minat baru, yaitu pengalaman yang didapatkan dari tayangan media audio-visual
menambah pengetahuan baru bagi siswa sehingga menimbulkan keinginan dan minat untuk belajar; 7 media audio-visual
memberikan pengalaman yang integral dari yang konkret sampai ke abstrak, yaitu imajinasi atau pertanyaan-pertanyaan tentang suatu materi
dapat siswa dapatkan melalui penayangan media audio-visual dan setelah
imajinasi itu terjawab, siswa akan menerapkannya pada kehidupan sehari- hari.
Jadi, peranan media audio-visual bisa mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar. Hal tersebut tampak dalam poin-poin peranan media
audio-visual dalam pendidikan yang menunjukkan berbagai pengetahuan
dan pengalaman yang bisa didapatkan siswa melalui media tersebut dan tayangan menarik yang membuat siswa ingin tahu lebih banyak tentang
materi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. 2. Motivasi Belajar
a. Definisi Motivasi Belajar Majid 2013 mengungkapkan bahwa motivasi merupakan satu
penggerak dari dalam hati seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju
kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Menurut Anitah 2009 motivasi belajar berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh
individu yang sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau
bermanfaat baginya, maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat. Menurut Nuryanti 2008, motivasi bisa tumbuh dari dalam diri sendiri
namun bisa juga karena pengaruh dari luar diri. Sedangkan untuk motivasi belajar, akan lebih mengacu pada tujuan mencapai hasil yang lebih baik
dalam bidang pendidikan.
Jadi, motivasi dapat diumpamakan sebagai motor penggerak yang memacu diri siswa untuk menggali kemauan belajar lebih dalam guna
mencapai tujuan. Tujuan utama siswa dalam belajar adalah hasil belajar yang baik dan memuaskan.
b. Sumber Motivasi Menurut Majid 2013, perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu
ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Majid 2013 menambahkan bahwa ada dua macam model
motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Majid 2013 juga menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah model motivasi dimana
siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas karena dorongan dari dalam dirinya sendiri, memberikan kepuasan tersendiri dalam proses
pembelajaran atau memberikan kesan tertentu saat menyelesaikan tugas. Motivasi ekstrinsik adalah model motivasi dimana siswa yang terpacu
karena berharap ada imbalan atau untuk menghindari hukuman, misalkan untuk mendapatkan nilai, hadiah stiker atau untuk menghindari hukuman
fisik. Berdasarkan dua model motivasi tersebut, faktor sumber motivasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Majid 2013 faktor internal terdiri dari: 1 adanya kebutuhan.
Orang tua harus mengetahui kebutuhan anaknya untuk memberikan alternatif pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut; 2 persepsi
individu mengenai diri sendiri. Maksudnya adalah apabila seorang anak
menilai dirinya mampu maka dia akan berusaha meraih apa yang menjadi keinginannya, namun bila anak menilai dirinya kurang mampu maka dia
akan mencari tujuan lain yang dapat diraih; 3 harga diri dan prestasi. Hal ini akan mendorong siswa untuk tidak selalu puas dengan apa yang
diperolehnya karena anak akan mempunyai daya saing tinggi dan kemauan yang tinggi pula untuk menjadi berprestasi diantara teman-temannya; 4
adanya cita-cita dan harapan masa depan. Dari pernyatan keempat dapat dijelaskan bahwa kebutuhan siswa akan terlihat dari cita-cita dan harapan
anak di masa depan, hal itu akan memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasinya; 5 keinginan tentang kemajuan dirinya.
Maksudnya adalah hal yang mendukung terciptanya motivasi dari dalam diri siswa adalah keinginan untuk menjadikan dirinya lebih baik daripada
sebelumnya, misalnya jika sekarang mendapat nilai ulangan 8, pada ulangan berikutnya harus 9 atau 10; 6 minat. Artinya siswa akan
termotivasi jika ada minat dari dalam dirinya terhadap suatu hal, misalnya minat terhadap mata pelajaran matematika. Melalui minat itu siswa akan
mengembangkan diri untuk mengetahui rumus-rumus matematika dan lain sebagainya; 7 kepuasan kinerja. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa akan
selalu termotivasi memperbaiki pekerjaannya untuk mencapai kepuasan yang diinginkan.
Faktor eksternal meliputi: 1 pemberian hadiah. Hal yang dimaksudkan adalah melalui pemberian hadiah, siswa akan lebih
termotivasi untuk belajar dan meningkatkan prestasinya. Pemberian hadiah
dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu; 2 kompetisi. Kompetisi biasanya terjadi di sekolah. Guru dapat melakukan kompetisi di
kelas dengan pemberian skor tambahan kepada setiap siswa yang nilainya tinggi; 3 hukuman. Faktor ini dapat diartikan bahwa siswa akan
termotivasi melakukan hal baik untuk menghindari hukuman yang telah disepakati sebelumnya; 4 pujian. Faktor ini hal yang paling sering
dilakukan yang bertujuan untuk membesarkan hati siswa agar termotivasi untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran; 5 situasi lingkungan pada
umumnya. Hal ini berkaitan dengan dukungan dari orang-orang di sekitar siswa yang mendorong rasa mampunya dalam melakukan kegiatan
pemenuhan tujuannya; 6 sistem imbalan yang diterima. Faktor ini dapat diumpamakan jika siswa melakukan perbuatan baik atau nilainya bagus,
siswa akan menerima imbalan sesuai yang telah disepakati. Anitah 2009 menyatakan bahwa memunculkan motivasi intrinsik
di kalangan siswa-siswa kelas rendah memang agak sulit, karena pada umumnya mereka belum menyadari pentingnya pelajaran yang mereka
pelajari. Namun, Anitah 2009 menambahkan, bahwa memunculkan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberi
pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, memberi nasihat, kadang-kadang teguran.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi intrinsik dapat digali melalui hal-hal yang berkaitan
dengan diri siswa dengan maksud mengembangkan apa yang sudah ada
dalam dirinya, sedangkan motivasi ekstrinsik dapat digali melalui reward dan punishment yang menjadi kesepakatan antara siswa dan guru
sebelumnya. c. Prinsip Dasar Motivasi
Menurut Forum Human Capital Indonesia 2007 motivasi dapat didefinisikan sebagai faktor yang diperlukan untuk memulai, mendorong,
dan berkembang secara terus menerus. Untuk melihat motivasi seseorang, perlu dipahami tiga prinsip dasar manusia: Pertama, harus dipahami bahwa
dalam mengerjakan sesuatu, setiap orang mempunyai alasan tertentu, mengapa dan apa kepentingan untuk dirinya. Misalnya, seorang siswa
akan menyimak isi pelajaran dari awal hingga akhir apabila siswa memiliki rasa ketertarikan terhadap materi, gaya mengajar guru, atau rasa
ingin tahu yang besar mengenai materi tersebut. Kedua, setiap orang berusaha mencapai sesuatu apa yang telah menjadi tujuannya. Misalnya,
seorang siswa merasa dirinya mengalami penurunan pada prestasi belajarnya dan ingin meningkatkannya kembali, maka ia akan berusaha
mencapai keinginannya itu dengan cara belajar atau mengikuti bimbel di luar sekolah. Ketiga, setiap orang unik, berbeda, karena mempunyai
turunan dan lingkungan yang berbeda. Maksudnya, keinginan, semangat juang, dan cara mencapai tujuan setiap orang ditunjukkan dngan cara yang
berbeda-beda karena faktor lingkungan keluarga dan masyarakatnya pun berbeda.
Menurut Pratisti 2008, anak sering termotivasi untuk memperbaiki kelemahannya apabila anak dapat mengenali jurang pemisah antara bidang
yang lemah dan bidang yang kuat yang ada pada dirinya, dan bagaimana caranya membangun jembatan di atas jurang tersebut. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa cara membangun jembatan itu tentu saja harus melalui refleksi dan intropeksi diri sehingga
anak menemukan solusi yang akan digunakan sebagai jembatan. Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa motivasi akan terbentuk dengan sendirinya ketika anak merasa berkeinginan untuk memperbaiki dirinya. Perasaan ingin itu pun semata-
mata bisa terbentuk karena teguran dan dukungan dari lingkungan sekitarnya seperti guru, teman, dan orang tuanya. Dari situ anak
merefleksikan dan mendapatkan apa yang sebenarnya dia butuhkan dalam belajar. Misalnya ketika anak kesulitan dalam menghafal pelajaran, maka
dengan dukungan media yang disediakan guru, anak akan merasa termotivasi dan prestasi belajarnya dapat meningkat dari sebelumnya.
d. Indikator Motivasi Menurut Aritonang 2008, indikator motivasi adalah: 1 ketekunan
dalam belajar; 2 ulet dalam mengahadapi kesulitan; 3 minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; 4 partisipasi dalam belajar; 5 mandiri
dalam belajar. Dari kelima indikator tersebut, yang dimaksud dengan ketekunan dalam belajar adalah siswa mampu mengerjakan semua soal
yang diberikan guru. Ulet dalam menghadapi kesulitan dapat diartikan
bahwa siswa mampu memecahkan masalah pada soal yang sedang dikerjakan. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar adalah siswa
bertanya, menjawab pertanyaan dari guru, dan mengamati penjelasan dari guru. Partisipasi dalam belajar adalah siswa mampu mengikuti arahan guru
selama proses pembelajaran. Mandiri dalam belajar adalah siswa berusaha menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa bantuan teman maupun
guru. 3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Krisdianto dalam Arifin 2012, prestasi belajar adalah
kemampuan, keterampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sedangkan menurut Gagne dalam Baharuddin 2002, prestasi belajar
dapat ditunjukkan dengan hasil belajar siswa, hasil belajar siswa tersebut dapat berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab
soal atau menyelesaikan tugas. Jadi, prestasi belajar merupakan nilai akhir atau final yang mampu dihasilkan oleh siswa dari suatu proses
pembelajaran. Siswa yang mampu mengambil makna pelajaran akan menuai prestasi belajar yang baik pada tes-tes yang diberikan oleh guru.
Darsono 2000 mengungkapkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan yang berhubungan dengan tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor yang ada akibat interaksi dengan lingkungan. Chosiyah 2001 berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan rangkaian hasil usaha yang
telah dilatih dalam suatu sistem atau rangkaian kegiatan pendidikan yang
dinyatakan dengan nilai. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dapat meningkat seiring
dengan keterlibatan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Peningkatan prestasi tersebut selain melalui penilaian kognitif juga
didukung dengan penilaian afektif dan psikomotornya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Mulyasa 2006
berpendapat bahwa
faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu yang pertama, pengaruh faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat
digolongkan ke dalam faktor sosial dan non sosial. Yang dimaksud dengan faktor sosial pada pernyataan ini adalah peranan lingkungan sekitar seperti
keluarga, teman sepermainan, dan sekolah terhadap prestasi belajar siswa. Jika dalam keluarga, orang tua berperan penting sebagai fasilitator, maka
dalam lingkup sekolah guru lah yang memegang kendali sebagai fasilitator pada peningkatan prestasi belajar siswa. Kedua, pengaruh faktor internal
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seperti banyak pengaruh atau rangsangan dari faktor eksternal yang mendorong individu belajar,
keberhasilan belajar ditentukan oleh faktor diri internal beserta usaha yang dilakukannya. Dari pernyataan kedua dapat diambil kesimpulan
bahwa pengaruh faktor eksternal akan mendorong siswa untuk mengembangkan diri sebagai usaha mencapai prestasi belajar.
4. Anak Kelas I SD a. Karakteristik Anak Kelas I SD
Santrock 2003 berpendapat bahwa anak kelas I SD merupakan anak berusia kurang lebih 6-8 tahun yang cara berpikirnya masih konkret-
abstrak. Anak seusia ini akan lebih cepat menangkap pelajaran jika menggunakan media pembelajaran yang konkret dan dapat melihat sendiri
secara nyata. Dari hal yang telah mereka lihat itu barulah mereka bisa membayangkan dan menangkap apa yang mereka pelajari dalam
memorinya. Menurut Yusuf 2011 karakteristik anak pada usia sekolah dasar adalah perkembangan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk
menjadi dasar diberikannya berbagai kecakapan. Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak
di usia ini kognitif, afektif, psikomotoriknya sudah mulai berkembang sehingga akan lebih mudah bagi guru dan orang tua dalam mengasah bakat
dan minatnya. Uapaya pengasahan bakat dan minat tersebut dapat dilakukan dengan memberikan motivasi agar anak semakin semangat
mengejar apa yang menjadi tujuannya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembangan Potensi Anak
Menurut Reni Akbar-Hawadi dalam Nuryanti, 2008 faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi anak dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1 Faktor Internal berasal dari dalam diri anak: a Kecerdasan: menunjukkan kemampuan berpikir anak, menggunakan
nalar, dan memecahkan masalah menggunakan logika. Hal ini bisa ditunjukkan secara tidak langsung saat siswa menghitung uang
sakunya dan berapa sisa uang saku setelah dipergunakan untuk membeli makanan.
b Konsep diri: menunjukkan cara pandang terhadap kemampuan dan pribadi. Maksudnya, setiap siswa mempunyai pendapat yang berbeda
mengenai suatu masalah dan cara menyelesaikannya pun beragam. c Motivasi berprestasi: dorongan pada diri seseorang untuk mencapai
tujuan di bidang tertentu, khususnya akademik. Misalnya, seorang siswa mempunyai harapan untuk memenangkan sebuah lomba
cerdas cermat antar sekolah, maka ia akan belajar dengan sungguh untuk memenangkannya dan mengharumkan nama sekolahnya.
d Minat: kecenderungan seseorang pada bidang tertentu atau kesukaan seseorang yang menarik untuk dilakukan. Misalnya, seorang siswa
suka dengan kegiatan olahraga, maka untuk memenuhi kesukaannya tersebut ia akan mengikuti ekstrakurikuler olahraga.
e Bakat: kemampuan yang muncul ketika telah melalui latihan dan pengembangan. Misalnya seorang siswa yang telah mengikuti
ekstrakurikuler olahraga akan terlihat sejauh mana kemampuannya di bidang olahraga dan akan diuji dengan kegiatan pertandingan
persahabatan antar sekolah maupun lomba-lomba di luar sekolah.
f Sikap: cara seseorang untuk menolak dan menerima sesuatu yang menurutnya baik atau tidak baik untuk dirinya. Maksudnya seorang
siswa akan mengukur kemampuannya dan menentukan hal mana yang lebih diminati sesuai dengan kebutuhannya.
g Sistem nilai: keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap kemampuannya dan hasil akhir yang diinginkan dari kemampuannya
tersebut. Dengan belajar dan berlatih, siswa akan menempuh ujian penentu untuk mengukur tingkat kemampuannya.
Berdasarkan uraian tersebut, perkembangan potensi siswa sangat dipengaruhi oleh faktor internalnya. Bagaimanapun hal yang menentukan
potensi akan berkembang atau tidak adalah diri sendiri. Apabila seorang siswa mempunyai potensi namun tidak menyadarinya, potensi tersebut
tidak akan berkembang. 2 Faktor Eksternal Berasal dari Luar Diri Anak:
a Lingkungan keluarga. Poin ini menjelaskan tentang perkembangan potensi siswa di
dalam keluarga. Pendidikan pertama yang diterima seorang siswa adalah dalam keluarga, maka potensi siswa akan diketahui pertama
kali oleh orang tua. Orang tua akan menjadi fasilitator utama dalam pembentukan dan perkembangan potensi siswa.
b Lingkungan sekolah. Pada poin ini, lingkungan sekolah adalah tempat ke dua siswa
memperoleh pendidikan. Siswa akan diarahkan kepada bidang-
bidang tertentu untuk mengetahui potensinya. Guru terlibat sebagai fasilitator yang mengawasi perkembangan potensi pada tiap siswa.
c Lingkungan masyarakat. Poin terakhir, lingkungan masyarakat. Lingkungan ini juga
merupakan tempat untuk memperoleh pendidikan. Pada lingkungan ini siswa akan belajar bermasyarakat dan mengenali kebiasaan-
kebiasaan yang terjadi di sekitarnya. Melalui pergaulan dan kebiasaan yang diikuti siswa dari lingkungannya memungkinkan
siswa untuk mengenali potensinya pula. Kesimpulan dari pernyataan tersebut adalah bahwa potensi siswa
dapat dikembangkan jika ada yang mengarahkan dan memfasilitasi. Baik eksternal maupun internal semuanya saling berkaitan, tergantung siswa
dalam mengenali potensinya dan faktor eksternal dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai fasilitatornya.
5. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS a. Definisi IPS
Daldjoeni 1981 mendefinisikan IPS sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat, dengan
menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan sebagainya. Sedangkan menurut Ralf Dahrendorf dalam
Supardan, 2007, IPS merupakan suatu konsep ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademis yang memberikan perhatian
pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Dari kedua pendapat tersebut
IPS dapat didefinisikan sebagai pengetahuan tentang manusia dalam masyarakat dan lingkungan sekitarnya berdasarkan beberapa disiplin
akademis. Semua yang membahas tentang manusia dan relasinya dengan lingkungan tempat tinggalnya akan dibahas di dalam mata pelajaran ini.
b. Konsep IPS Menurut Solihatin Raharjo 2008, konsep Ilmu Pengetahuan
Sosial di Indonesia antara lain: 1 interaksi; 2 saling ketergantungan; 3 kesinambungan dan perubahan; 4 keragaman kesamaan perbedaan; 5
konflik dan consensus; 6 kekuasaan; 7 nilai kepercayaan; 8 keadilan dan pemerataan; 9 budaya.
Berdasarkan pion-poin konsep Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut dapat diuraikan bahwa yang dimaksud dengan 1 Interaksi adalah menjalin
komunikasi secara verbal maupun non verbal untuk mencapai kesepakatan bekerjasama memecahkan masalah. 2 Saling ketergantungan yaitu
manusia akan selalu membutuhkan manusia lain dalam hidupnya karena manusia merupakan makhluk sosial. 3 Kesinambungan dan perubahan
adalah inti dan muatan nilai, simbol, dan kebiasaan masyarakat pada umumnya akan diteruskan secara berkesinambungan, namun akan selalu
terjadi perubahan atau perkembangan. 4 Keragamankesamaanperbedaan dalam arti sempit dapat diuraikan bahwa manusia satu dengan manusia
lainnya akan selalu mempunyai karakteristik yang berbeda, namun perbedaan tersebut akan selalu dipersatukan dalam kesamaan. 5 Konflik
dan consensus. Dalam sebuah konflik akan selalu ada kesepakatan. Hidup
bersama dalam keragaman akan menimbulkan banyak konflik, maka cara untuk menghindarinya adalah dengan membuat kesepakatankonsensus. 6
Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu seesuai dengan kehendaknya. 7 Nilai
kepercayaan adalah sesuatu yang dianggap berharga serta dipercaya dan memiliki karakteristik tertentu. 8 Keadilan dan pemerataan adalah hal
yang dilakukan untuk mencari titik pencapaian sebuah tujuan dan akan selalu berlangsung untuk memperbaikinya sampai tujuan itu dianggap
tercapai dan adil. 9 Budaya adalah kebiasaan masyarakat dari jaman dulu yang sampai sekarang masih dilanjutkan oleh generasi penerusnya guna
melestarikan kebiasaan tersebut. c. Tujuan IPS dalam Pendidikan
Menurut BSNP 2006 ,
mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 Mengenal konsep-konsep
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2 Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis atau kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3 Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
serta kemanusiaan. 4 Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global. Berdasarkan pernyataan tersebut, setelah siswa mempelajari IPS siswa diharapkan dapat menjadi seorang yang
bermasyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungannya, taat pada
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, dan mampu bersosialisasi dengan baik antar individu.
Sedangkan menurut Daldjoeni 1981, IPS memiliki tujuan sebagai berikut: 1 IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang social
sciences . 2 IPS bertujuan untuk mendidik warga negara yang baik. 3
Pembelajaran IPS juga bertujuan untuk meningkatkan cara berpikir demokratis. 4 Kegiatan pembelajaran IPS diarahkan untuk: a Membina
warga negara Indonesia atas dasar moral pancasila undang-undang dasar UUD 45, nilai dan sikap sehingga terpupuk kemauan serta tekad untuk
hidup secara bertanggung jawab; b Dapat memahami dan selanjutnya mampu memecahkan masalah sosial dengan pandangan yang terbuka dan
rasional. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa setelah siswa mengikuti proses pembelajaran IPS, siswa terbentuk menjadi pribadi yang hidup
dengan mengamalkan pancasila. Pada mata pelajaran IPS kelas I SD peneliti melakukan penelitian
tentang materi rumah sehat yang diambil dari standar kompetensi mendeskripsikan lingkungan rumah dengan kompetensi dasar menjelaskan
lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah. Peneliti memilih materi ini karena banyak contoh-contoh yang seharusnya
dapat siswa lihat langsung saat penjelasan di dalam kelas. Contoh diberikan untuk mempermudah siswa mengimajinasikan keadaan nyata di
lingkungannya.