MASA SEBELUM STROKE MASA SERANGAN STROKE

71

3. INFORMAN III PG

a. MASA SEBELUM STROKE

Latar Belakang PG 76 tahun merupakan survivor stroke keturunan tionghoa yang menetap di Pakualaman hingga 2014. Sejak bercerai 15 tahun yang lalu bercerai dengan istrinya, beliau hidup berpindah-pindah. 9 tahun sebelum masuk PSTW Abiyoso, beliau tinggal di Gereja Kristen di Jalan Sultan Agung, Yogyakarta. Setelah bercerai, beliau bekerja di rumah makan milik rekannya di Jalan Solo hingga tahun 2012. Setelah merasa tidak dibutuhkan lagi oleh temannya untuk membantu, PG memutuskan untuk berhenti dan menganggur. Selama 15 tahun bercerai, istri dan seorang anak perempuannya sangat jarang mengunjunginya. Saat PG sakit keras, istri dan anaknya mengunjungi PG karena diminta oleh adik PG. Bahkan, saat PG masuk ke PSTW pada tahun 2014 dan setelah terserang stroke pada tahun 2015, istri dan anaknya tidak pernah mengunjunginya. Beliau mengatakan bahwa adiknya yang baik, mengunjunginya beberapa kali setelah terserang stroke. Pada tahun 2014, beliau mengurus segala hal untuk masuk ke Panti Wredha secara mandiri. Beliau mengurus berkas dan surat dari RTRW sampai Balai Kota untuk masuk Panti Wredha sendirian. Motivasi beliau masuk ke Panti selain karena sudah bercerai dan hidup berpindah-pindah, juga karena tidak ingin hidup sendiri 72 “Ya karena saya hidup sendirian. Saya sudah cerai 15 tahun. Saya yang belakangan ini kan saya tidurnya numpang di gereja....”

b. MASA SERANGAN STROKE

Trauma Fisik: Pemicu Stroke menurut PG “... Itu terjadinya tahun 2015 ya. 2015, 8 Januari. Pertama itu saya tergelincir disini. Saya baru masuk setengah tahun. Itu dulu kan ada orang Jambi. Itu rajin. Itu tiap hari ngepel semuanya .... Nah saya terpeleset disitu menunjuk pintu keluar ke dapur. Ho’o, tergelincir jatuh, ini kepala saya sambil memegang kepala bagian belakang telinga sebelah kiri, benjol. Tapi setelah itu saya bisa bangun, saya kuat- kuatkan.” Trauma fisik kepala terbentur, kemudian terjadi benjolan, bagi PG merupakan penyebab stroke yang beliau alami. Hal itu yang membuat dua minggu setelah terbentur, PG mengalami suatu hal yang belum pernah beliau alami, “...kok gak tahu sekonyong-konyong perasaan badan saya gak enak saya balik kekamar saya ini, saya nabrak pintu itu, trus nabrak tembok, dor gitu.. Terus saya waktu itu seolah gak punya kekuatan lagi. Terus saya duduk-duduk-duduk gitu terus saya jatuh. Saya gak inget lagi.” Perasaan badan yang tidak enak secara tiba-tiba, peneliti asumsikan sebagai pusing atau perasaan berputar-putar. Hal ini mirip seperti yang dialami oleh OH dan PS pada saat merasakan kondisi fisik yang tidak wajar pada masa serangan stroke. 73 Selain itu, peneliti juga berasumsi bahwa kepala yang membentur tembok juga menyebabkan adanya getaran di kepala yang memungkinkan pecahnya pembuluh darah di otak kecil PG. Peneliti berasumsi seperti itu karena sesaat setelah mengalami benturan, PG merasa tidak memiliki kekuatan lagi atau dalam kata lain, kehilangan kesadaran secara perlahan. Kemudian, PG jatuh dan tidak mengingat apa-apa lagi. “Ya yang nulungi ya itu tadi menunjuk PS, sama orang banyak saya diangkat. Terus dilaporkan, perawat langsung datang, saya dipakaikan pampres. Tangan saya ini gak bisa gerak kok, kaki saya gak bisa gerak... Semuanya. Kaki dua gak bisa gerak. Tangan dua ini gak ada tenaganya, gak bisa gerak... Makan aja disuapi. Yang nyuapin ya ini PS... Iya, selama satu bula

n.”