19 Proses Penerimaan Diri akan berisi rangkaian peristiwa yang
peneliti kelompokkan dalam tahap-tahap diatas. Teori ini relevan digunakan dalam penelitian ini karena tahap-tahap dalam penjelasan diatas
mampu membantu memahami rangkaian proses penerimaan diri yang terjadi.
Ada beberapa masukkan untuk Teori Kubler-Ross ini. Berk memberi masukkan bahwa tahap-tahap diatas jangan dilihat sebagai fix
sequences atau urutan yang pasti. Sementara itu, Kalish dalam Berk, 2007 melohat bahwa seseorang akan memperlihatkan penolakan terhadap
penyakit ada dirinya sesaat setelah mempelajari kondisi dirinya dan akan menerima diri sesaat sebelum meninggal. Kastenbaum dan Thuell dalam
Kail Kavanaugh, 2010 beranggapan bahwa Teori Kubler-Ross ini membutuhkan pendekatan yang lebih luas untuk melihat proses
penerimaan kematian seperti sosial budaya, kualitas perawatan di rumah sakit dan pendampingan keluarga. Sementara itu, Rodin dan Langer
dalam Santrock, 2007 menyarankan untuk memberikan perawatan di rumah supaya kontrol akan perilaku lebih baik, meningkatkan kebahagiaan
dan menambah usia harapan hidup.
D. INDONESIA DAN KELUARGA INTI
Penelitian Xie, Xia Zhou 2004 menunjukkan bahwa nilai dalam budaya di Asia mengarah orientasi pemenuhan kebutuhan keluarga
daripada kebutuhan individu atau orang lain. Lebih lanjut lagi, keluarga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20 dipandang sebagai pilar utama dari jaringan dukungan sosial. Xie,
DeFrain, Meredith, dan Combs 1996 melakukan penelitian untuk melihat pandangan keluarga di beberapa negara Asia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa selain loyalitas, dukungan keluarga, menikmati waktu bersama; harmoni dipandang sebagai aspek penting dalam keluarga.
Penelitian Bomhoff dan Man-Li Gu 2012 membandingkan Budaya Barat Eropa dan Budaya Timur Asia. Indonesia berada di
dalam Benua Asia yang memiliki nilai kepercayaan kepada keluarga yang tinggi. Kedekatan orangtua dan anak sudah terbentuk sedari anak masih
kecil. Mereka menemukan bahwa pada Budaya Timur, orangtua lebih berupaya untuk membimbing dengan cara menanamkan nilai kerja keras
dan hemat pada anaknya. Dibandingkan dengan Budaya Barat, Budaya Timur memperlihatkan kepercayaan yang lebih tinggi pada anggota
keluarganya. Sementara itu kepada tetangganya atau orang lain yang berbeda ras, agama maupun bangsanya, Budaya Timur lebih berhati-hati
ketimbang Budaya Barat. Unesco dalam Berinvestasi, 2009 menegaskan bahwa bahasa
merupakan produk dari budaya. Koentjoroningrat dalam Chaer, 1995 menyatakan bahwa bahasa adalah cerminan kebudayaan masyarakat
penutur bahasa tersebut. Dari bahasa, dapat diketahui seberapa tinggi tingkat kebudayaan suatu bangsa. Lebih lanjut, Koentjocoroningrat juga
menyatakan kebudayaan itu tumbuh bersama berkembangnya masyarakat manusia. Bahasa Indonesia mengandung nilai-nilai budaya yang diusung
21 oleh Bangsa Indoneisa. Nilai orientasi pada keluarga beberapa muncul
dalam istilah yang digunakan dalam Bahasa Indonesia dibandingkan dengan Bahasa Inggris yang berasal dari Budaya Barat Eropa, seperti
ibukota capital city, ibu pertiwi homeland; country, ibu jari thumb dan kakak tingkat senior. Beberapa penyebutan ini menegaskan bahwa
Budaya Indonesia menunjukkan penghormatan pada unsur-unsur keluarga. Chen dan Tang 2002 menekankan pentingnya pengasuh keluarga
pada penderita stroke, terutama keluarga inti, seperti pasangan suami atau istri dan anak KBBI, 2014. Nilai budaya timur yang mengutamakan
keluarga membuat anggota keluarga bertanggung jawab bagi anggota keluarga
yang menyandang
cacat pasca
stroke Hu,
1992; Koentjaraningrat, 1995; Bomhoff Man-Li Gu, 2010. Anggota keluarga
inti yang memberikan pengasuhan dan menunjukkan perilaku promosi kesehatan secara signifikan mampu meningkatkan taraf kesehatan bagi
penderita stroke. Pengasuh dengan status kesehatan yang baik membantu meningkatkan status kesehatan pada pasangannya yang menyandang cacat
Robinson, 2003; Adientya Handayani, 2012; Fadlulloh dkk, 2014
E. KELUARGA INTI DAN PENERIMAAN DIRI