58 hingga saat merantau, beliau sering mendapatkan juara dan prestasi
membanggakan lainnya adalah dia menjadi satu-satunya lansia yang mengikuti lomba marathon setingkat kecamatan maupun kabupaten
ketika mulai hidup di panti. Seringnya berlomba membawa pengaruh pada kepribadian PS.
Beliau menuturkan,
“Kalau mental itu kita gak boleh menyerah karena lari itu, lomba jangan menyerah.”
Kekuatan mental membuatnya tidak mudah menyerah. Kuatnya mental ini menjadi faktor yang mendukung PS beberapa kali
menjuarai lomba marathon yang dia ikuti. Mental yang kuat ini juga beliau bawa ketika menghadapi stroke.
b. MASA SERANGAN STROKE
Masa Serangan Stroke tentu ditandai dengan munculnya gejala stroke yang dirasakan oleh PS. Gejala stroke ini ditanggapi PS
sebagai hal yang akan menghambat aktivitasnya sehari-hari. Hal ini yang memicu kesedihan, sehingga membuat PS menangis. Akan
tetapi, PS segera mencari bantuan dari teman sekamarnya yang segera memanggil paramedis di Panti Wredha. Bantuan medis dan bantuan
sosial ini merupakan tanda adanya dukungan sosial pada Masa Serangan Stroke yang dialami oleh PS.
59
Makanan Tidak Sehat sebagai Pemicu Stroke.
PS sangat menggemari bumbu penyedap makanan royco untuk dikonsumsi. Cita rasa bumbu penyedap makanan yang PS gemari
untuk beliau konsumsi adalah rasa sapi. Akan tetapi, konsumsi bumbu penyedap makanan tersebut berakibat kurang baik bagi beliau pada
tahun 2008,
“Royco itu yang rasa sapi. Seneng. Jadi setengah bungkus pagi hari senin, terus sorenya setengah
bungkus. Selasa sampai sabtu. Ya. Trus minggunya gapapa, malem minggu gapapa. Terus minggu
malam, jam 1 kurang 10 menit. Saya mau bangun, mau buang air kecil, untuk gini gak bisa mas
mengangkat lutut kanannya. Mau gerak kaki kanan itu saya pakai tangan ini saya coba, tangan
kiri trus saya lepas kok seperti kain saya jatuhkan ini. Trus sama tangan kanan ini juga, kayak keplek
gitu” “... Iya mas, enak Mas. Bener...”
“... Kalau gak pake lauk pauk ya pake itu aja enak. Habis nasinya...”
PS mengkonsumsi bumbu penyedap makanan royco selama setiap hari dalam seminggu. Tanpa menggunakan lauk pauk, beliau
hanya memakan nasi dengan penyedap makanan tersebut. Hal ini dirasa PS sebagai penyebab beliau terserang stroke karena seminggu
setelah mengkonsumsi hal tersebut, tiba-tiba tangan dan kaki sebelah kanannya tidak dapat digerakkan. Beliau mengumpamakannya seperti,
60
“...kain saya jatuhkan ini
....
kayak keplek.” “lihat gedung puter-puter rasanya. Saya pejam itu
masih puter.”
Selain tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki kanannya atau disabilitas fisik, PS juga mengalami perasaan berputar atau pusing saat
sebelum perawat mengukur tensinya. Pusing juga tetap PS rasakan saat beliau memejamkan mata. Seperti penuturan PT
– Dokter pemberi pertolongan pertama kepada PS di Klinik Panti Wredha
– PS tidak mengalami pemecahan pembuluh darah. Akan tetapi,
penyumbatan pembuluh darah di otak kecil adalah penyebab PS mengalami hambatan aktivitas fisik. Sehingga, stroke yang dialami
oleh PS merupakan kategori stroke ringan.
Penolakan yang menimbulkan Kesedihan
Pada masa serangan stroke ini, Tahap Denial dan Depression muncul berurutan sesaat setelah PS mengalami tanda-tanda stroke.
Pikiran yang kalut dan bayangan tentang ketidakmampuan untuk beraktivitas seperti biasanya membuat PS akhirnya mengalami
kesedihan,
“Trus sama tangan kanan ini juga, kayak keplek gitu. Nah,
setelah itu saya nangis mas, malam itu” “Wah saya gak bisa lari lagi gitu. saya gak bisa
olahraga lagi. Pakai tongkat kan” “... gak bisa anu apa. Ikut senam, ikut kegiatan. jadi
terpaksa pakai tongkat itu. Saya nangisnya karena
seperti itu.”
Setelah mengalami tangan dan kaki yang tidak mampu digerakkan dan diangkat, PS mengalami perasaan sedih yang
mendalam. Perasaan ini ditandai dengan tangisan yang diekspresikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61 langsung tanpa mencari tahu kepastian tentang kondisi fisiknya dari
dokter atau perawat. Seolah sudah mengetahui bahwa apa yang dialaminya bukan suatu hal yang biasa, beliau membayangkan
kedepannya tidak mampu beraktivitas dengan normal, seperti harus menggunakan tongkat, tidak bisa berolahraga dan tidak bisa ikut
kegiatan lagi. Penyangkalan akan kondisi sakit yang membuat beliau tidak bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya, adalah
penyebab PS mengalami kesedihan dalam bentuk menangis. Kesedihan yang PS rasakan tidak berlangsung lama karena
setelah menangis, PS mencari bantuan dengan memanggil dua rekan sekamarnya. Kemudian, rekannya memanggilkan perawat Panti
Wredha yang langsung mengukur tensi dan memberi perawatan pada PS. Perawatan yang dilakukan oleh paramedis Panti Wredha adalah
memberinya obat untuk penurun tensi. Obat tersebut diberikan karena tensi PS menunjukkan angka tekanan sistole sebesar 180.
“Terus saya panggil Mbah Tukiman dan Mbah Giyarto. Itu kan nganu. Tinggal sekamar dengan
saya....trus itu saya, anu saya dipanggilkan perawatnya panti sini, kan 24 jam. Setelah itu
datang, namanya Mbak Veni, menensi saya. Trus ditensi 180..... Nah setelah ditensi 180 itu, saya
dikasih
obat macam
3. Kalau