34
F. KREDIBILITAS PENELITIAN
Penelitian kualitatif dikatakan kredibel ketika mampu mengeksplorasi masalah, menjelaskan ulang proses, konteks dan pola interaksi sesuai dengan informasi
yang didapatkan Poerwandari, 2005. Ada beberapa cara untuk memeriksa kredibilitas derajat kepercayaan dalam penelitian kualitatif Meleong, 2006.
Peneliti menggunakan Ketekunan Pengamatan dan Triangulasi. Ketekunan Pengamatan adalah pencarian intepretasi secara konsisten dalam proses analisis.
Ketekunan pengamatan adalah salah satu usaha untuk memperdalam analisis data dengan membatasi berbagai pengaruh. Peneliti juga secara ketat disupervisi oleh
dosen pembimbing. Hal ini salah satu cara untuk mengatasi subjektivitas peneliti. Peneliti melakukan triangulasi dengan cara membandingkan data yang didapat
dari wawancara dengan data yang didapat dari observasi. Neuman 2006 menjelaskan bahwa triangulasi adalah cara melihat suatu hal dari banyak sudut
pandang yang tujuannya meningkatkan akurasi. Triangulasi juga bisa diartikan sebagai pemanfaatan sumber lain untuk memeriksa keabsahan data. Denzin, 1978
dan Patton, 1987 dalam Meleong, 2006. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Wawancara adalah cara mengumpulkan data yang peneliti pilih dalam penelitian ini. Peneliti memilih wawancara karena dalam penelitian kualitatif,
wawancara merupakan cara pengumpulan data yang paling sesuai. Wawancara dilakukan sesudah informan melakukan rapport pada informan;
persetujuan informal informan untuk ikut serta dalam penelitian; dan pengesahan informed consent oleh masing-masing informan.
Informan I OH merupakan paman kandung dari peneliti sehingga memudahkan peneliti untuk bertemu, melakukan rapport, menyusun jadwal
dan melakukan wawancara. Wawancara Informan I dilakukan di kediaman sekaligus toko milik OH. Informan II PS dan Informan PG merupakan
penghuni dari Panti Sosial Tuna Wisma PSTW Abiyoso, Pakembinangun, Sleman, Yogyakarta. Sebelum bertemu PS dan PG, peneliti mengurus surat
ijin dan nota penelitian ke Setda DIY dan Dinsos Yogyakarta. Peneliti diminta pihak PSTW untuk bertemu dengan pembimbing, yaitu PT yang
tidak lain adalah Dokter di klinik Panti Wredha. PT juga dokter yang merawat PS dan PG sewaktu awal keduanya terserang stroke. PT
menyarankan peneliti untuk mewawancarai PS dan PG karena PT merasa keduanya akan sangat membantu dalam penelitian.
Selain melakukan wawancara dengan Informan, peneliti juga mewawancarai pihak medis untuk memperkaya pengetahuan. PT adalah salah