pemberian, frekuensi pemberian, lama pemberian, rute pemberian, data klinis, dan data laboratorium.
2. Diagram Gyssens
Diagram Gyssens adalah diagram alir yang digunakan untuk mengevaluasi secara kualitatif dari suatu peresepan antibiotika, yang dinilai adalah semua
aspek peresepan antibiotika, antara lain: ketepatan peresepan, pemilihan alternatif antibiotika berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum,
durasi, dosis, interval, rute pemberian dan waktu pemberian antibiotika Gyssens Meer, 2001.
3. Literatur sebagai referensi evaluasi
Literatur yang digunakan yaitu WHO: Recommendations on newborn health 2012, IDAI 2009, Standar Prosedur Operasional RSUD Panembahan
Senopati Bantul Yogyakarta 2014, Kemenkes 2011, Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2005, Aminullah 2008, Dipiro 2008, Tjay
Rahardja 2007, Polin 2012, dan berbagai jurnal terkait.
G. Tata Cara Penelitian dan Analisis Data
1. Persiapan
Tahap persiapan adalah terkait pengurusan izin untuk melakukan penelitian di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
2. Melakukan uji pendahuluan
Pada uji pendahuluan ini bermaksud untuk melihat apakah data yang peneliti butuhkan tersedia di tempat penelitian tersebut.
3. Melakukan seleksi data
Memilih data yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. 4.
Melakukan pengumpulan data Mengumpulkan data mengenai terapi antibiotika yang diresepkan oleh dokter
dari rekam medis dan pengobatan. 5.
Analisis data Analisis data dilakukan secara analisa deskriptif, yaitu dengan cara
menguraikan data-data yang didapatkan dari rekam medis untuk menggambarkan pola penyakit infeksi dan pola penggunaan antibiotika. Data
yang diperoleh diperiksa kelengkapannya dan dipastikan tidak ada kekeliruan pemasukan data. Selanjutnya dilakukan evaluasi sesuai dengan alur Gyssens
pada Gambar 2 dan kategori Gyssens pada Tabel II. Proses evaluasi dengan metode Gyssens untuk menilai penggunaan ketepatan
antibiotika pada pasien infeksi sepsis neonatal adalah sebagai berikut:
a. Bila data tidak lengkap berhenti dikategori VI.
Data tidak lengkap adalah data rekam medis yang tidak memuat data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti tidak tercantum data
laboratorium, tidak tercantum berat badan pasien, riwayat kesehatan pasien, anamnesis dan pemeriksaan fisik, atau ada lembar rekam medis
yang hilang, sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi. Bila antibiotika lolos kategori VI, dilanjutkan dengan evaluasi kategori V.
b. Bila tidak terdapat indikasi pemberian antibiotika berhenti dikategori
V.
Ada atau tidaknya indikasi infeksi bakteri diketahui dari uji hematologi, kultur darah, faktor risiko, kondisi klinis pasien, tanda gejala dan diagnosis
dokter. Adanya
indikasi penggunaan
antibiotika bila
terjadi kenaikanpenurunan suhu tubuh, muntah, atau diare, takipnea, takikardi,
dehidrasi, leukopenia, nilai CRP melebihi normal, trombositopenia, kadar neutrofil batang tinggi, atau lahir dari ibu yang terinfeksi. Bila antibiotika
lolos kategori V, dilanjutkan dengan evaluasi kategori IVa.
c. Bila ada pilihan antibiotika lain yang lebih efektif, berhenti dikategori
IVa.
Penilaian keefektifan dari terapi antibiotika dilihat dari pemilihan obatnya termasuk antibiotika lini pertama atau bukan. Antibiotika lini pertama
untuk sepsis neonatal adalah kombinasi ampisillin dan gentamisin. Apabila terdapat kasus yang tidak mendapatkan terapi lini pertama terlebih
dahulu, namun langsung mendapat terapi lini kedua atau mendapat terapi antibiotika diluar antibiotika yang disarankan maka penggunaan
antibiotika tersebut tidak lolos kategori IVa. Bila antibiotika lolos kategori IVa, dilanjutkan dengan evaluasi kategori IVb.
d. Bila ada pilihan antibiotika lain yang kurang toksik, berhenti
dikategori IVb.
Ada tidaknya antibiotika lain yang kurang toksik dilihat dari keamanan antibiotika tersebut bagi pasien yang menggunakan, seperti terdapat
interaksi obat yang dapat meningkatkan efek toksik bagi pasien, atau penggunaan antibiotika yang kontraindikasi dengan kondisi pasien. Bila
antibiotika lolos kategori IVb, dilanjutkan dengan evaluasi kategori IVc.
e. Bila ada pilihan antibiotika lain yang lebih murah, berhenti
dikategori IVc.
Evaluasi pada kategori ini dinilai dengan membandingkan harga antibiotika yang digunakan di RSUD Panembahan Senopati dengan brand
name antibiotika lain yang sejenis berdasarkan pada buku acuan MIMs. Bila antibiotika lolos kategori IVc, dilanjutkan dengan evaluasi kategori
IVd.
f. Bila ada pilihan antibiotika lain dengan spektrum yang lebih sempit,
berhenti dikategori IVd.
Terdapat pilihan antibiotika lain dengan spektrum yang lebih sempit dievaluasi melalui hasil kultur darah dari pasien ,berdasarkan pola kuman
setempat, atau berdasarkan terapi empiris yang disarankan. Bila antibiotika lolos kategori IVd, dilanjutkan dengan evaluasi kategori IIIa.
g. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu panjang, berhenti dikategori
IIIa.
Durasi pemberian terlalu panjang melebihi durasi pemberian yang disarankan dievaluasi berdasarkan SPO RSUD Panembahan Senopati
Bantul tahun 2014. Bila antibiotika lolos kategori IIIa, dilanjutkan dengan evaluasi kategori IIIb.
h. Bila durasi pemberian antibiotika terlalu singkat, berhenti dikategori
IIIb.
Durasi pemberian terlalu singkat kurang dari durasi pemberian yang disarankan, dievaluasi berdasarkan SPO RSUD Panembahan Senopati
Bantul tahun 2014. Bila antibiotika lolos kategori IIIb, dilanjutkan dengan evaluasi kategori IIa.
i. Bila dosis pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti di kategori IIa.
Dosis pemberian antibiotika tidak tepat dapat dikarenakan dosis yang diberikan untuk pasien melebihi dosis yang disarankan atau dosis yang
diberikan kurang dari dosis yang disarankan. Literatur yang digunakan untuk mengevaluasi ketepatan dosis adalah BNF for Children tahun 2012
dan IDAI 2009. Bila antibiotika lolos kategori IIa, dilanjutkan dengan evaluasi kategori IIb.
j. Bila interval pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti dikategori
IIb.
Interval pemberian antibiotika tidak tepat, dapat dikarenakan interval pemberian kurang atau melebihi interval yang disarankan dalam literatur.
Literatur yang digunakan untuk mengevaluasi ketepatan interval pemberian adalah BNF for Children tahun 2012 dan IDAI 2009. Bila
antibiotika lolos kategori IIb, dilanjutkan dengan evaluasi kategori IIc.
k. Bila rute pemberian antibiotika tidak tepat, berhenti dikategori IIc.
Rute pemberian antibiotika tidak tepat jika rute pemberiannya tidak sesuai dengan yang disarankan dari literatur. Literatur yang digunakan untuk
mengevaluasi ketepatan rute pemberian adalah BNF for Children tahun 2012 dan IDAI 2009. Bila antibiotika lolos kategori IIc, dilanjutkan
dengan evaluasi kategori I.
l. Bila waktu pemberiantiming tidak tepat, berhenti dikategori I.
Waktu pemberian dievaluasi dari waktu pemberian setiap harinya. Misalkan pemberian ampisillin diberikan dengan frekuensi 2 kali sehari
tiap 12 jam, antibiotika pertama diberikan pada pukul 06.00 WIB, namun pemberian obat yang ke-2 diberikan pukul 20.00 WIB sehingga antibiotika
tersebut tidak lolos kategori I karena waktu pemberian tidak tepat. Bila antibiotika lolos kategori I, dilanjutkan dengan evaluasi kategori 0.
m. Bila antibiotika tidak termasuk kategori I sampai dengan VI,
antibiotika tersebut merupakan kategori 0, yang berarti penggunaan antibiotika tepatrasional.
H. Keterbatasan Penelitian