Menurut Dipiro 2008, berdasarkan penyebabnya, secara umum sepsis dapat digolongkan menjadi 3, yaitu sepsis yang disebabkan oleh bakteri gram-
positif seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus, Enterococcus, sepsis yang disebabkan oleh bakteri gram-negatif Escherechia coli, Psedomonas
aeruginosa, sepsis yang disebabkan oleh bakteri anaerobik dan bakteri lain seperti meningococcus, gonococcus, chlamydia, dan spirochetes, sepsis
yang disebabkan oleh jamur seperti Candida species, Candida glabrata.
3. Kuman Penyebab
Pola kuman sepsis neonatal tidak selalu sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit yang lain. Perbedaan ini berdampak pada pemilihan
antibotika yang dipergunakan untuk pasien. Sebagian besar kuman penyebab sepsis neonatal di negara berkembang adalah kuman Gram negatif seperti
Enterobacter sp, Klebsiella sp, dan Coli sp Aminullah, 2008. Indonesia merupakan negara berkembang, dimana kuman penyebab sepsis neonatal yang
paling umum terjadi disebabkan oleh bakteri Gram negatif. Menurut penelitian Rasyidah 2014 di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan, karakteristik
mikroorganisme penyebab sepsis neonatal terbanyak adalah Enterobacter sp 62,7, Proteus sp 27,1, Klebsiella sp 8,5, dan Proteus vulgaris
1,7. Menurut penelitian Juniatiningsih, Aminullah dan Firmansyah 2008 di RSCM Jakarta mikroorganisme penyebab sepsis neonatal terbanyak adalah
bakteri Gram negatif, seperti Acinetobacter calcoaceticus, Enterobacter aerogenes, Pseudomonas sp dan Eschericia coli.
4. Patofisiologi dan Patogenesis
Janin relatif aman dari kontaminasi bakteri saat dalam kandungan karena terlindungi oleh selaput amnion dan cairan amnion, namun tetap ada
kemungkinan janin terpapar bakteri yang bisa didapatkan dari ibu yang terinfeksi. Bakteri masuk ke tubuh janin melalui aliran darah menembus
barrier plasenta dan masuk ke sirkulasi. Paparan bakteri bisa di dapatkan melalui prosedur obstetrik yang kurang memperhatikan faktor aseptis,
misalnya saat pengambilan darah pada janin., Kuman yang berasal dari vagina akan lebih mudah untuk masuk ke janin ketika terjadi ketuban pecah dini
Aminullah, 2008. Setelah lahir, kontaminasi bakteri terjadi dari lingkungan di sekitar bayi. Kontaminasi bakteri umumnya didapatkan dari infeksi silang
atau karena alat-alat yang digunakan tidak steril. Bayi yang berada di dalam ventilator, kateterisasi umbilikus, rawat inap yang terlalu lama, hunian yang
terlalu padat, juga dapat menjadi sumber kontaminasi bakteri Aminullah, 2008.
Sepsis dimulai dari adanya respon sistemik dengan gambaran proses inflamasi, koagulopati, gangguan fibrinolisis yang mengganggu sirkulasi dan
perfusi, berakhir dengan gangguan fungsi organ dan kematian. Patogenesis sepsis dikenal dengan
“Systemic Inflammatory Response Syndrome” SIRS, ditandai dengan adanya perubahan sistem hematologik, perubahan sistem
imun, dll. Stadium lanjut dari SIRS adalah perubahan fungsi berbagai organ yang disebut Multi Organ Dysfunction Syndrome MODS Aminullah, 2008.
Pembentukan sitokin merupakan tanda adanya respon imun dan merupakan respon sistemik yang penting pada SIRS. Sitokin berfungsi sebagai
regulator reaksi tubuh terhadap infeksi, inflamasi atau trauma. Sebagian sitokin Pro inflammatory cytokine seperti IL-1, IL-2, dan TNF-a dapat
memperburuk keadaan penyakit dan sebagian lainnya anti-inflammatory cytokine seperti IL-4 dan IL-10 bertindak mengurangi infeksi serta
mempertahankan homeostatis organ vital tubuh Aminullah, 2008. Perubahan sistem imun akan menimbulkan perubahan sistem koagulasi
yang akan meningkatkanan pembentukkan Tissue Factor TF. TF berperan dalam proses koagulasi bersama dengan faktor VII darah, yang akan
mengaktivasi faktor IX dan X sehingga terjadi proses hiperkoagulasi yang menyebabkan pembentukan trombin berlebih dan meningkatkan produksi
fibrin. Supresi fibrinolisis terjadi karena meningkatnya pembentukan plasminogen-activator inhibitor-1 PAI-1 yang dirangsang oleh mediator
proinflamasi TNF alpha. Pembentukan trombin yang berlebihan berperan dalam aktivasi thrombin-activatable fibrinolysis inhibitor TAFI yaitu faktor
yang menimbulkan supresi fibrinolysis Aminullah, 2008. Supresi fibrinolisis akan mengakibatkan terjadinya akumulasi fibrin darah yang dapat
menimbulkan mikrotrombi pada pembuluh darah kecil sehingga terjadi gangguan sirkulasi. Gangguan sirkulasi akan mengakibatkan hipoksemia
jaringan dan hipotensi sehingga terjadi disfungsi organ. Manifestasi klinis dari disfungsi multiorgan dapat memperlihatkan gejala-gejala seperti sindrom
distress respirasi, hipotensi, gagal ginjal, dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian Aminullah, 2008.
5. Faktor Risiko