17
2. Pendekatan Konstruktivisme
Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, yang memungkinkan pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar
mencari arti sendiri hal-hal yang mereka pelajari. Ini adalah suatu proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir
yang telah
ada dalam
pikiran mereka
Bettemcourt, 1989;
Shymansky,1992; Watts dan Pope, 1989. Menurut konstruktivisme, pelajar sendirilah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
Mereka membawa pengertiannya yang semula dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran terhadap hal-hal yang
dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkan dengan yang telah diketahui dengan pengalaman baru, dan menyelesaikan
ketegangan antara yang telah ia ketahui dengan yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.
Menurut kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, lebih daripada suatu proses mekanik untuk
mengumpulkan sesuatu. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi suatu perkembangan pemikiran yang berkembang
dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda. Pelajar harus punya pengalaman dengan membuat hipotesa, prediksi mengetes hipotesa,
memanipulasi objek,
memecahkan persoalan,
mencari jawaban,
menggambarkan, meneliti,
berdialog, mengadakan
refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dll untuk
18
membentuk konstruksi yang baru. Belajar yang berarti terjadi melalui suatu refleksi, pemecahan konflik pengertian, dan dalam proses selalu
memperbaharui tingkat pemikiran yang tidak lengkap Fosnot, 1989. Setiap pelajar mempunyai cara untuk mengerti sendiri. Maka,
penting bahwa setiap pelajar mengerti kekhasannya dan juga keunggulan dan kelemahannya dalam mengerti sesuatu. Mereka perlu menemukan cara
belajar yang tepat bagi mereka sendiri. Setiap pelajar mempunyai cara yang cocok untuk mengkonstruksikan pengetahuannya yang kadang
sangat berbeda dengan teman-teman yang lain.
10
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa .
Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat
informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang
lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memenemukan kebenarannya.
10
Paul Suparno, dkk, Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Ilmu, Yogyakarta:USD Pres, 2005, hlm. 81.
19
Sehingga pembelajan matematika dengan pendekatan konstrutivisme ialah proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala
potensi dan sumber yang ada sebagai upaya untuk mencapai tujuan
melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, dengan cara
membantu dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide serta mengajak siswa agar
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Sehingga nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka
mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
3. Pembelajaran Berbantukan Komputer