Rancangan dan pengembangan modul elektronik materi turunan fungsi dengan program Geogebra.
RANCANGAN DAN PENGEMBANGAN
MODUL ELEKTRONIK MATERI TURUNAN FUNGSI
DENGAN PROGRAM GEOGEBRA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh :
Andreas Ricky Proklamanto NIM : 0914141047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
i
RANCANGAN DAN PENGEMBANGAN
MODUL ELEKTRONIK MATERI TURUNAN FUNGSI
DENGAN PROGRAM GEOGEBRA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh :
Andreas Ricky Proklamanto NIM : 091414047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
ii
(4)
(5)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan Gembira Penuh Syukur Skripsi Ini
Kuupersembahkan untuk :
Tuhanku Tercinta Yesus Kristus dan Bundaku Tersayang
Bunda Maria
Bapak dan Ibuk yang Selalu Mendukung Sepenuh Jiwa
dan Raga
Kakekku yang juga selalu Mendukungku
Adikku yang Aneh
Saudara-saudaraku yang Terkasih
(6)
(7)
vi
Abstraks
Andreas Ricky Proklamanto. 2013. Rancangan dan Pengembangan Modul
Elektronik Materi Turunan Fungsi dengan Program Geogebra. Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengeatahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan elektronik modul matematika dengan pendekatan konstruktivisme sebagai perangkat pembelajaran siswa kelas XI IPA 5 SMA Kolese de Britto tahun ajaran 2012/2013 pada materi Tafsiran Geometris Turunan Fungsi. Elektronik modul ini menggunakan software Geogebra dan dikemas secara website offline.
Langkah-langkah penelitian pengembangan ini menggunakan model ADDIE, Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Analysis (analisis) adalah analisis awal sebelum dilakukan pengembangan, mulai dari analisis awal, analisis kurikulum, dan analisis situasi, dilanjutkan dengan design (perancangan), adalah menyusun dan mengumpulkan materi, membuat desain. Kemudian development (pengembangan) melakukan pengembangan produk dari desain yang sudah dibuat, dan validasi ahli dengan menggunakan instrumen penelitian oleh ahli media dan ahli materi. Setelah divalidasi ahli dilanjutkan dengan pengemasan untuk selanjutnya dilakukan implementasi. Tahap berikutnya implementasi yang diikuti oleh 30 siswa sebagai kelas uji coba lapangan dan pengisian angket kualitas teknis. Ada pula lembar observasi yang diisi oleh 2 guru matematika dan 1 dosen pengamat sebagai penilaian kepraktisan pengguna guru saat pembelajaran. Tahap terakhir adalah evaluasi, dari semua tahapan dan masukan pada saat implementasi dievaluasi dan direvisi kembali, agar mendapat produk akhir.
Penilaian kualitas elektronik modul matematika berdasarkan aspek kevalidan, menunjukkan skor ideal 60,33 untuk aspek pendidikan dan skor ideal 38,50 untuk aspek tampilan, dengan persentase keidealan 80,84% untuk aspek pendidikan menunjukkan nilai sangat baik, sedangkan pada aspek tampilan dengan persentase keidealan 77,00% menunjukkan penilaian baik. Aspek kualitas teknis dengan pengguna guru matematika memperoleh skor ideal 40 dengan persentase keidealan 88,89% yang menunjukkan penilaian sangat baik. Aspek kualitas teknis dengan pengguna siswa memperoleh skor ideal 13,34 dengan persentase keidealan 77,11% yang menunjukkan penilaian baik. Pada aspek keefektifan ditunjukkan berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 73,34%, berdasarkan pedoman ketuntasan maka dapat disimpulkan tingkat ketuntasannya tinggi, sehingga dapat dikatakan efektif. Berdasarkan tiga kriteria penilaian kualitas produk menurut Nieveen:(1999), yakni kevalidan, kepraktisan dan keefektifan, maka dapat disimpulkan bahwa elektronik modul yang dikembangkan berhasil dengan memperoleh penilaian baik.
Kata kunci: pengembangan elektronik modul matematika, pendekatan konstruktivisme, perangkat pembelajaran, Geogebra
(8)
vii
Abstract
Andreas Ricky Proklamanto. 2013. Designing And Developing Of Electronic
Module In Derivatif Function Material Using Geogebra Program. Mathematics
Education Studies Program, Department of Mathematics and Natural Science, Faculty of Teacher of Training and Education, Sanata Dharma University.
This research aimed to create an electronic mathematics module using constructivism approach as a students’ learning device in class XI IPA 5 SMA Kolese de Britto academic year 2012/2013 in subject geometric interpretation derivative function. This electronic module used GeoGebra software and offline website.
The development research step used ADDIE model, Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation. Analysis was a preliminary analysis which was done before doing development, started from the initial analysis, curriculum analysis, and situation analysis, followed by design which prepared and gathered materials, making design. Then, development was developing products which had been created and validating the product using research instruments from media specialists and experts. After validation, the step was continued with packaging and implementation. The implementation was done in 30 students as the field trial and filling up technical quality of the questionnaire. There was also observation sheets, which were filled in by two mathematics teachers and a lecturer as an observer, as teacher’s practical rating during learning process. The last step was evaluation of all steps and comments during the implementation which were evaluated and revised in order to get the final product. Electronic quality assessment module, which was based on aspects of mathematical validity, showed ideal score was 60.33 for the educational aspect and 38.50 for the ideal score of display aspect, with ideal percentage 80.84% for the education aspect, it showed an excellent score, while the display aspect with an ideal percentage of 77.00% showed a good score. Technical quality in which mathematics teacher as a user got an ideal score 40 with an ideal percentage 88.89%, it showed an excellent score. Technical quality in which the students as the users got an ideal score ideal score of 13.34 with an ideal percentage 77.11% indicated a good score. In effectiveness aspect which was showed during student learning outcomes was 73.34%,it was based on the standard score guidelines, it can be concluded that the level of thoroughness was high in other words it was
effective. According to the three criteria of product quality assessment by Nieveen
: (1999), namely validity, practicality and effectiveness, it can be concluded that the electronics module which had been developed could successfully got a good score.
Keywords: mathematics module electronics development, constructivism
(9)
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Tujuan skripsi ini dibuat yaitu untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Seiring dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dukungan, bimbingan, nasehat, motivasi, dan masukan-masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Phd. selaku Dekan FKIP yang telah menyediakan sarana dan prasarana pada penulis selama menempuh studi.
2. Drs. A. Atmadi. M.Si. selaku Ketua Jurusan PMIPA yang telah memberikan dukungannya dalam perijinan ini sehingga penelitian dapat berjalan lancar. 3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Matematika
sekaligus dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta memberi nasehat dan masukan yang bermanfaat kepada penulis dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
4. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendukung dan membimbing selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
5. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., Bapak Dominikus Arif B . P, S.Si., M.Si, dan Ibu Elisabet Ayunika Permata Sari, S.Pd., M.Sc selaku penguji yang telah memberikan masukan yang bermanfaat demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak F. X. Agus Hariyanto, S.Pd., S.E. selaku Kepala Sekolah SMA Kolese de Britto yang telah memberi kesempatan dan ijinnya kepada penulis untuk melakukan penelitian demi penyusunan skripsi ini.
(11)
x
7. Bapak HJ Sriyanto S.Pd. selaku guru kelas XI IPA 5 SMA Kolese de Britto yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis demi kelancaran penelitian.
8. Segenap dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, mendidik, serta memberikan ilmunya yang berharga selama menempuh studi di Universtas Sanata Dharma.
9. Bapak, Ibu, dan adikku tercinta yang selalu mendukung siang dan malam terutama pada masa-masa kritis dalam penyusunan skripsi ini.
10.Pak Catur, Nono, Mbak Wiwik, Merry, Kribo, Blur, Awang, Yulius, Helen,dan Kokoh yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.
11.Semua pihak yang yang telah mendukung dari penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
.
Yogyakarta, 2 4 Juli 2013 Penulis,
(12)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
(13)
xii
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Sistematika Penyajian ... 9
F. Ruang Lingkup ... 10
G. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI 12 A. Kajian Teori ... 12
1. Pembelajaran Matematika ... 12
2. Pendekatan Konstruktivisme ... 17
3. Pembelajaran Berbantukan Komputer ... 19
4. Modul ... 21
5. Modul Elektronik ... 26
6. Kualitas Perangkat Pembelajaran ... 27
7. Materi Ajar ... 29
8. GeoGebra ... 33
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36
C. Kerangka Berpikir ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 41 A. Jenis Penelitian ... 41
B. Subjek Penelitian ... 47
C. Objek Penelitian ... 47
D. Waktu Peneltian ... 47
E. Instrumen Penelitian ... 48
(14)
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Hasil Rancangan dan Penelitian Program ... 59
1. Analisis ... 59
2. Design ... 61
3. Development ... 68
4. Implementasi ... 79
5. Evaluasi ... 91
B. Kualitas Modul Matematika ... 100
1. Kevalidan ... 101
2. Kepraktisan ... 103
3. Keefektifan ... 104
C. Pembahasan ... 107
D. Keterbatasan Penelitian ... 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 115
A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 118
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Penilaian Modul Kriteria Kevalidan ... 50
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket untuk Observer ... 51
Tabel 3.3 Kisi – kisi Angket untuk Siswa ... 52
Tabel 3.4.1 Aturan Pemberian Skala pada Angket Kevalidan dan Observasi ... 55
Tabel 3.4.2 Aturan Pemberian Skala pada angket siswa ... 55
Tabel 3.5 Kriteria Penilaian ... 56
Tabel 3.6 Kategori Presentasi Penilaian Ideal ... 57
Tabel 3.7 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar Secara Kuantitatif ... 58
Tabel 4.1 Masukkan dan Saran dan Tindak Lanjut Aspek Pendidikan ( Ahli Materi ) ... 72
Tabel 4.2 Masukkan dan Saran dan Tindak Lanjut Aspek Tampilan ( Ahli Media ) ... 75
Tabel 4.3 Masukkan dan Saran dan Tindak Lanjut Aspek Kepraktisan ( Pengguna Siswa ) ... 95
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Penilaian Aspek Pendidikan ... 100
Tabel 4.5 Kriteria Kategori Penilaian Ideal untuk Aspek Pendidikan ... 100
Tabel 4.6 Kategori Presentase Penilaian Ideal ... 101
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Penilaian Aspek Tampilan ... 101
(16)
xv
Tabel 4.9 Kategori Presentase Penilaian Ideal ... 102
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Penilaian Aspek Kepraktisan (Pengguna Siswa) ... 106
Tabel 4.11 Kriteria Kategori Penilaian Ideal untuk Aspek Kepraktisan ... 106
Tabel 4. 12 Kategori Presentase Penilaian Ideal ... 104
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Penilaian Aspek Keefektifan (Pengamatan Observer) ... 104
Tabel 4.14 Kriteria Kategori Penilaian Ideal untuk Aspek Keefetifan (Pengamatan Observer) ... 105
Tabel 4.15 Kategori Presentase Penilaian Ideal ... 105
Table 4.16 Perhitungan Kualitas Modul dengan Pengguna Guru ... 107
(17)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Bagan Hubungan Komponen Pembelajaran ... 35
Gambar 3.1 Model Pengembangan ADDIE ... 42
Gambar 3.2 Desain Penelitian Modul ... 49
Gambar 4.1 Kerangka Modul Matematika ... 62
Gambar 4.2 GeoGebra Gradien Garis Singgung ... 64
Gambar 4.3 GeoGebra Komonotonan Fungsi... 64
Gambar 4.4 GeoGebra Kecekungan Fungsi ... 65
Gambar 4.5 GeoGebra Titik-titik Stasioner ... 66
Gambar 4.6 GeoGebra Sketsa Grafik ... 67
Gambar 4.7 GeoGebra Aplikasi Turunan ... 67
Gambar 4.8 Tampilan Layout E-modul ... 70
Gambar 4.9 StoryBoard Modul Matematika ... 78
Gambar 4.10.1 LKS 1 ... 81
Gambar 4.10.2. LKS 1 ... 82
Gambar 4.11.1 LKS 2 ... 84
Gambar 4.11.2 LKS 2 ... 85
Gambar 4.12 LKS 3 ... 87
Gambar 4.13.1 LKS 4 ... 89
(18)
xvii
LAMPIRAN
Lampiran 1: Pra Penelitian
1.1Kisi-kisi wawancara ... 121
1.2Pedoman Wawancara ... 122
1.3Hasil Wawancara ... 123
1.4Lembar Kerja Siswa ... 126
1.5Kisi-kisi Angket Penilaian (untuk ahli materi, ahli media, dan kualitas teknis) ... 134
1.6Instrumen Penelitian ... 135
1.7Kisi-kisi soal tes pengukuran (ulangan harian) ... 152
1.8Soal soal tes pengukuran (ulangan harian) 153 1.9Kunci jawaban dan pedoman penskoran pre-tes dan post-tes ... 155
1.10. Kunci jawaban dan pedoman penskoran pre-tes dan post-tes ... 155
1.11Hasil validasi (materi dan media) ... 182
1.12 Surat ijin penelitian ... 197
Lampiran 2: Pasca Penelitian 2.1. Hasil Pengisian Instrumen Penelitian obesrvasi ... 198
2.2. Hasil Pengisian Instrumen Penelitian untuk angket Siswa ... 204
2.3. Rekapitulasi Hasil Ulangan Siswa ... 206
2.4. Daftar validator (ahli materi, media, observer dan siswa pada uji coba lapangan) ... 207
2.5. Dokumentasi Pelaksanaan Uji Coba ... 209
2.6. Surat Sudah Melakukan Penelitian dari sekolah... 210
(19)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan memegang peran penting dalam menciptakan dan membentuk generasi muda yang maju, tangguh, terampil, dan terpelajar. Pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik agar mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya. Seiring perkembangan sains dan teknologi di era globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu berinovasi termasuk dalam strategi pelaksanaan pembelajaran yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Pendidikan Indonesia telah mengalami perbaikan secara kontinu, mulai dari kurikulum yang terus diperbaiki tiap periode hingga metode pembelajaran yang di-update dengan pengadaan seminar bagi guru-guru sekolah. Selain itu pengadaan fasilitas, sarana, dan prasarana sekolah juga semakin diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini tidak akan memberikan efek yang signifikan jika tidak didukung oleh unit program pengajaran yang sesuai dengan perkembangan pendidikan dan psikologi perkembangan siswa, khususnya pada pelajaran matematika.
Revolusi menuju pendidikan matematika yang lebih bermakna saat ini menjadi arah baru pendidikan matematika di Indonesia. Semakin disadari bahwa mata pelajaran matematika diajarkan sejak pendidikan dasar sampai
(20)
pendidikan lanjut tidak lepas dari pemahaman bahwa matematika memiliki potensi besar mendukung pengembangan pribadi anak. Arti penting di atas telah diterima secara nyata hampir semua pihak, bahkan matematika menempati posisi vital dalam sistem pendidikan. Secara kuantitas, alokasi waktu pelajaran matematika setiap jenjang pendidikan selalu besar. Ruang yang tersedia ini diharapkan dapat lebih dimanfaatkan untuk menggali dan memberdayakan potensi pelajaran matematika.(Sumaryanta, 2010 :74)
Pembelajaran matematika selama ini kurang memberikan perhatian terhadap pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah secara sistematis dan bernalar. Padahal kemampuan ini sangat penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut pemikiran kreatif untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Saat ini berbagai macam inovasi baru di dalam dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran. Salah satunya pembelajaran konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih membuat siswa antusias terhadap persoalan dalam berpikir secara nalar, kreatif, dan sistematis sehingga mereka mau mencoba memecahkan masalah dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Menurut Sutrisno (1998), permasalahan yang timbul dalam proses belajar mengajar matematika antara lain: pertama, pembelajaran konsep dan prosedur dalam matematika yang dipraktekkan di sekolah pada umumnya kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir kreatif dalam
(21)
menemukan strategi pemecahan masalah sehingga siswa hanya menghafal rumus atau konsep tanpa memahami maknanya tidak mampu menerapkan dalam masalah problem solving.
Kedua selama ini guru dipandang sebagai pusat pembelajaran artinya guru dipandang sebgai satu-satunya sumber pembelajaran. Hal ini membuat situasi belajar sangat membosankan. Siswa hanya diperlakukan sebagai obyek sehingga kreatifitas siswa menjadi tidak maksimal.
Ketiga adanya tuntutan masa depan dimana dimana diperlukan pendekatan dalam pembelajaran yang menghasilkan output pendidikan yang berkualitas sehingga mampu berkompetisi positif dalam menghadapi tuntutan masa depan.(Siti Juraidah,2012 )
Pada sisi lain tersedianya unit program pengajaran yang berkualitas masih sangat kurang. Buku pegangan yang notabene sebagai unit program pengajaran paling familiar masih dinilai kurang memotivasi siswa karena sebagian para pengarang buku pegangan kurang memikirkan bagaimana buku tersebut agar mudah dipahami oleh siswa. Kaidah-kaidah psikologi pembelajaran dan teori-teori desain suatu buku teks kurang diaplikasikan dalam penyusunan buku teks secara optimal. Akibatnya, siswa sulit memahami buku yang dibacanya dan sering buku- buku teks tersebut membosankan. Gejala tidak efisien, tidak efektif dan kurang relevan tampak dari beberapa indikator seperti, kurangnya motivasi belajar siswa, penyelesaian tugas siswa tidak sesuai waktu yang ditentukan, dan hasil tes siswa menunjukkan nilai yang rendah. Dengan kondisi pembelajaran yang
(22)
demikian maka sulit diharapkan pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.(Made Wina, 2009:229)
Melihat kondisi tersebut, pengembangan unit program pengajaran matematika dengan pendekatan konstrutivisme merupakan suatu solusi untuk membantu siswa dan guru dalam pembelajaran matematika yang bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi tertentu. Tanpa adanya unit program pengajaran siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya, apalagi jika guru menjelaskan materi pembelajaran kurang jelas dan tidak sesuai dengan kecepatan pemahaman siswa.
Pengalaman belajar siswa dapat diperoleh tidak hanya dari kelas, siswa dapat belajar dari lingkungan sekitar kapanpun dan dimanapun ia berada, tetapi belajar dengan fokus materi tertentu biasa didapatkan siswa dari buku pelajaran dengan fasilitas seorang guru. Untuk membawa dua hal tersebut kapanpun dan dimanapun tidaklah mungkin, karena itu perlu dibuat unit program pengajaran yang dapat menggabungkan materi dan pengajaran komunikatif untuk memberikan pengalaman belajar pada masing-masing siswa.
Unit program pengajaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa dan dapat menyesuaikan dengan kecepatan pemahaman masing-masing siswa. Unit program pengajaran tersebut paling tidak memuat materi matematika tertentu, memuat kegiatan pembelajaran, lembar kerja siswa, dan pedoman guru untuk memanfaatkan unit program
(23)
pengajaran tersebut dalam pembelajaran.
Modul merupakan suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar. Menurut makna istilah asalnya modul adalah alat ukur yang lengkap, merupakan unit yang dapat berfungsi secara mandiri, terpisah, tetapi juga dapat berfungsi sebagai kesatuan dari seluruh unit lainnya. Pada kenyataannya modul merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu para siswa secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.(Nana Sudjana dan ahmad Rivai, 1989:132)
Penyajian modul secara menarik dengan konsep konstruktivisme, dan bersumber oleh buku-buku konstekstual membuat modul bisa membawa siswa pada kondisi yang sebenarnya dan membuat matematika menjadi menarik. Dengan menggunakan media elektronik, permasalahan yang rumit dan abstrak dapat tervisualisasi secara konkrit sehingga modul lebih menarik. Hal ini didukung berdasarkan pengamatan peneliti semasa PPL adanya kecenderungan siswa lebih tertarik pada hal yang baru serta didukung oleh visualisasi.
Matematika yang mempunyai banyak cabang yaitu aljabar, aritmatika, geometri, teori bilangan, trigonometri, kalkulus, statistika, dan lain-lain. Terlebih materi kalkulus sangatlah abstrak untuk dipahami. Padahal kalkulus adalah salah satu cabang dari matematika yang terpenting dan banyak diterapkan secara luas pada cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain, misalnya pada cabang sains dan teknologi, pertanian, kedokteran,
(24)
perekonomian, dan sebagainya. Secara garis besar, kalkulus dapat kita kelompokkan menjadi dua cabang besar, yakni kalkulus diferensial dan kalkulus integral.
Di jenjang pendidikan SMA materi kalkulus dibagi menjadi 3 bagian yaitu limit fungsi, turunan fungsi ,dan integral fungsi. Ketiga materi ini sangatlah penting bagi siswa SMA karena merupakan materi-materi matematika tersebut akan terus diterapkan pada jenjang perguruan tinggi bahkan dunia kerja. Sehingga materi tersebut sangat dibutuhkan pemahaman lebih. Namun siswa hanya mengetahui rumus operasi limit, kalkulus diferensial dan kalkulus integral secara langsung. Mereka tidak mengetahui dari mana asal rumus operasi limit, kalkulus diferensial dan kalkulus integral. Kedua menurut pengalaman peneliti, peneliti mengalami kesulitan dalam memahami konsep dasar pada materi ajar limit yang akan berdampak pada materi selanjutnya yaitu kalkulus diferensial dan kalkulus integral.
Salah satu media elektronik yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah GeoGebra. Dengan menggunakan software GeoGebra ini siswa diharapakan mampu untuk memahami materi secara geometri khususnya materi kalkulus difrensial dengan baik. Hal ini karena dalam software GeoGebra, bangun dimensi dua maupun tiga dikemas dalam bantuk yang lebih menarik dan bangun dapat terlihat lebih nyata. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif dan mempercepat proses pembelajaran sehingga semua materi pelajaran dapat disampaikan sesuai dengan tuntutan silabi dan alokasi waktu yang diberikan
(25)
melalui suatu media yang interaktif yang berbasis multimedia khususnya e-modul.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, peneliti termotivasi untuk mengembangkan unit program pengajaran yang dapat meminimalkan suasana kurang kondusif dalam pembelajaran. Unit program pengajaran yang dapat melibatkan semua siswa secara aktif mengikuti kegiatan pembelajaran matematika. Unit program pengajaran tersebut memberikan penjelasan bertahap secara konstruktif yang akan dilakukan selama pembelajaran. Pengembangan modul matematika merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang sangat penting untuk membangun fondasi bagi keilmuan matematika dan keilmuan lain yang dipelajari siswa pada tahap lebih lanjut.
Bertolak dari latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan dalam bentuk penelitian skripsi dengan judul“Rancangan dan Pengembangan Modul Elektronik Materi Turunan Fungsi dengan Program Geogebra”. B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, antara lain:
1. Kurangnya perhatian terhadap pengembangan kemampuan berpikir kreatif, nalar ,dan sistematis dalam pembelajaran matematika.
2. Kurangnya pengembangan unit program pengajaran dalam mengatasi variasi pembelajaran matematika.
(26)
pegangan siswa dalam penerapannya di berbagai bidang.
4. Kurangnya pengembangam modul sebagai unit program pengajaran matematika dalam upaya melatih siswa dalam berpikir secara konstruktif.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain: 1. Bagaimana rancangan dan pengembangan Elektronik Modul Materi
Turunan dengan penggunaan program GeoGebra ?
2. Bagaimanakah keefektifan penggunaan elektronik modul GeoGebra untuk memfasilitasi pembelajaran matematika pokok bahasan Turunan Fungsi di sekolah menengah ditinjau dari hasil ulangan siswa?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Rancangan dan pengembangan Elektronik Modul Materi Turunan dengan penggunaan program GeoGebra .
2. Analisa keefektifan penggunaan elektronik modul GeoGebra untuk memfasilitasi pembelajaran matematika pokok bahasan Turunan Fungsi di sekolah menengah ditinjau dari hasil ulangan siswa.
E. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Untuk memudahkan dan memberikan gambaran yang lebih jelas secara menyeluruh mengenai penelitian isi penelitian ini, maka dibuat website offline matematika penelitian sebagai berikut:
(27)
Bab I Pendahuluan
Mencakup Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Sistematika Penyajian, Ruang Lingkup, dan Manfaat Penelitian.
Bab II Landasan Teori
Berisikan beberapa teori- teori yang mencakup tentang pembelajaran matematika, pendekatan konstruktivisme, pembelajaran berbantukan computer, modul, e-modul, kualitas perangkat pembelajaran, materi ajar, geogebra, tinjauan pustaka, dan kerangka berpikir .
Bab III Metode Penelitian
Berisikan metode- metode yang digunakan dalam penelitian yang mencakup: jenis penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, waktu penelitian, instrument penelitian, teknik dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisikan tentang analisis data yang telah diolah untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dalam penelitian, serta berisikan pembahasan dan keterbatasan dari penelitian ini.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian secara menyeluruh yang dilanjutkan dengan memberi saran-saran.
(28)
F. RUANG LINGKUP
Permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah:
1. Materi matematika dalam media pembelajaran yang akan dikembangkan hanya menyangkut mata bab turunan fungsi dengan subbab tafsiran geometris turunan fungsi.
2. Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka penelitian difokuskan pada pengembangan modul pembelajaran matematika dengan pendekatan kostruktivisme dalam pembelajaran Tafsiran Geometris Turunan Fungsi SMA kelas XI. Pengujian kualitas modul berdasarkan kriteria kevalidan, kepraktisan, dan kefektifan. 3. Modul Elektronik yang dibuat, hanya untuk pengujian kualitas modul
saja bukan untuk pengujian teori.
G. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Sebagai calon guru peneliti dapat mengetahui bahwa pembelajaran menggunakan media yang interaktif dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan prestasi siswa.
2. Bagi guru
a. Memberi variasi cara mengajar guru, agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
b. Mampu memvisualisasikan hal-hal yang masih abstrak dalam materi Kalkulus Diferensial.
(29)
c. Sebagai pelengkap media pembelajaran dalam materi Turunan Fungsi.
d. Menjadi perangkat bantu dan alternative dalam pembelajaran materi Turunan Fungsi.
e. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan pengembangan media pembelajaran interaktif guna meminimalisasi kejenuhan dan kebosanan dalam pembelajaran konvensional di kelas yang mengakibatkan motivasi belajar siswa menjadi berkurang untuk memahami materi yang diberikan guru.
3. Bagi siswa
(30)
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
1 Menurut Hilgard dan Bower, belajar (to learn) memiliki arti : 1) to gain knowledge, comprehenson, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory; memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.2
Antony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat
1
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum & Pembelajaran, (Cet.1; Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 124.
2 H. Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Cet 5; Yogyakarta: Ar-Ruzz
(31)
beberapa unsur, yaitu : (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandangan Antony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome Brunner, bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya.3 Berdasarkan pengertian belajar maka belajar merupakan proses aktif individu dalam membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya agar terjadi perubahan kemampuannya.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Terkait dengan proses belajar sangat lekat dengan istilah mengajar.
Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa (Subiyanto, 1988:30). Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa telah belajar dengan baik adalah
3 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Cet.2; Jakarta: Kencana
(32)
jika siswa itu dapat mempelajari apa yang yang harus dipelajari, sehingga indikator hasil belajar yang diinginkan siswa dapat tercapai.4 Terkait dengan cara mengajar hal ini sangatlah erat dengan istilah pembelajaran.
Menurut Suparni pembelajaran sebagai suatu proses kerjasama, tidak hanya menitik beratkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.5 Pembelajaran dapat diartikan
sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi, bakat, minat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa, termasuk lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan tertentu.6
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur,
4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Cet.2; Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), hlm.17.
5 Suparni, Perencanaan Pembelajaran Matematika (Handout),(Yogyakarta, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2009), hlm. 4.
(33)
meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.7
Matematika berasal dari bahasa Latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperbolehkan sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.8
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika dalam pemecahan masalah pada kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika:9
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalkan melalui kegiatan penyelidikan eksplorasi, eksperimen, menunjukkan persamaan dan perbedaan.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3. Mengembangkan pemecahan masalah.
7 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Cet 6; Jakarta : Bumi Aksara, 2007),hlm. 57.
8 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah (Jakarta:Depdiknas, 2003), hlm. 1.
9 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
(34)
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan seperti melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran Matematika adalah proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi, bakat, minat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa, termasuk lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalkan melalui kegiatan penyelidikan eksplorasi, eksperimen, menunjukkan persamaan dan perbedaan. Mengembangan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, sehingga dapat menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan seperti melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan dalam kemampuannya dalam menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika. Dengan menitik beratkan pada proses belatih penalaran dalam hal pembelajaran matematika maka hal ini terkait dengan metode pendekatan konstruktivisme.
(35)
2. Pendekatan Konstruktivisme
Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, yang memungkinkan pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri hal-hal yang mereka pelajari. Ini adalah suatu proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka (Bettemcourt, 1989; Shymansky,1992; Watts dan Pope, 1989). Menurut konstruktivisme, pelajar sendirilah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka membawa pengertiannya yang semula dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran terhadap hal-hal yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkan dengan yang telah diketahui dengan pengalaman baru, dan menyelesaikan ketegangan antara yang telah ia ketahui dengan yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.
Menurut kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, lebih daripada suatu proses mekanik untuk mengumpulkan sesuatu. Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi suatu perkembangan pemikiran yang berkembang dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda. Pelajar harus punya pengalaman dengan membuat hipotesa, prediksi mengetes hipotesa, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dll untuk
(36)
membentuk konstruksi yang baru. Belajar yang berarti terjadi melalui suatu refleksi, pemecahan konflik pengertian, dan dalam proses selalu memperbaharui tingkat pemikiran yang tidak lengkap (Fosnot, 1989).
Setiap pelajar mempunyai cara untuk mengerti sendiri. Maka, penting bahwa setiap pelajar mengerti kekhasannya dan juga keunggulan dan kelemahannya dalam mengerti sesuatu. Mereka perlu menemukan cara belajar yang tepat bagi mereka sendiri. Setiap pelajar mempunyai cara yang cocok untuk mengkonstruksikan pengetahuannya yang kadang sangat berbeda dengan teman-teman yang lain.10
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memenemukan kebenarannya.
10 Paul Suparno, dkk, Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Ilmu, (Yogyakarta:USD Pres, 2005), hlm.
(37)
Sehingga pembelajan matematika dengan pendekatan konstrutivisme ialah proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada sebagai upaya untuk mencapai tujuan melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, dengan
cara membantu dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide serta mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Sehingga nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
3. Pembelajaran Berbantukan Komputer
Pembelajaran Komputer-Assisted Instruction atau Pembelajaran Berbantuan Komputer atau (PBK) sebagai proses mengajar yang dilakukan secara langsung yang melibatkan komputer untuk mempresentasikan bahan ajar dalam suatu model pembelajaran yang interaktif untuk memberikan dan mengendalikan lingkungan belajar secara individual pada masing-masing peserta didik (Splittgerber dan Stirzaker,1984). Definisi ini selaras dengan Steinberg yang menyatakan bahwa PBK merupakan semua penerapan komputer untuk pembelajaran yang memiliki aspek individual, interaktif, dan arahan (Steinberg,1991). Makna PBK sebagai pembelajaran individual, karena komputer memberikan layanan sebagai seorang tutor bagi seorang peserta didik daripada sebagai seorang instruktor untuk suatu kelompok peserta didik. Dalam pembelajaran berbantuan komputer terjadi komunikasi dua
(38)
arah secara intensif antara siswa dengan sistem komputer. Ini dimaknai sebagai PBK interaktif. Selain ini, dengan PBK memungkinkan peserta didik dapat mengajukan pertanyaan, memberi respon dan sistem komputer menyajikan umpan balik secepat mungkin setelah peserta didik memberi respon. Umpan balik yang diberikan komputer diharapkan agar mahasiswa selalu dapat mendorong dan meningkatkan kemampuan. Prosedur stimuli yang disajikan melalui layar monitor, respon mahasiswa melalui papan ketik dan umpan balik yang berbentuk teks, suara atau gambar diarahkan berdasarkan struktur program yang dirancang oleh pengembang PBKI. Ditinjau dari peran apa yang diperankan program komputer, Merrill (1996) secara spesifik menyatakan bahwa PBKI merupakan penggunaan komputer untuk membantu dalam aktivitas pembelajaran. Pada umumnya digunakan dengan mengacu penerapan tutor, seperti misalnya memberi drill and practice, tutorials, simulation, and games. Definisi ini selaras dengan Tailor dalam Merrill (1996), yang menyatakan bahwa semua aplikasi komputer dalam pendidikan dapat diklasifikasi sebagai tutor, tool atau tutee.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran berbantukan Komputer secara sederhana yaitu penggunaan Komputer sebagai alat bantu dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Penggunaan Komputer secara langsung denga peserta didik untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan mengevaluasi kemajuan belajar
(39)
peserta didik. Materi pembelajaran dibuat dalam bentuk powerpoint atau CD pembelajaran interaktif.
4. Modul
Modul merupakan unit pengajaran yang terkecil dan lengkap, yang memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan secara sistematis, memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik, merupakan realisasi pengakuan individual yang memungkinkan untuk siswa belajar secara mandiri. Rumusan tujuan pengajaran yang spesifik dalam modul dapat diubah menjadi item-item tes untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Dengan mengubah tujuan pengajaran menjadi item-item tes itu dapat ditentukan dengan pasti apakah yang seharusnya dikuasai oleh siswa apabila mereka telah menyelesaiakan modul yang bersangkutan. 11
Di Indonesia, istilah modul untuk pertama kali dikumandangkan dalam suatu forum rapat antara 8 Proyek Perintis Sekolah Pembangunan di Cibulan, Bogor pada bulan Februari 1974.12 Modul yang dikembangkan pada saat itu berbentuk buku kecil.
Penggunaan modul untuk keperluan belajar pada dasarnya untuk membantu siswa secara mandiri untuk mencapai tujuan belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana dan Ahmad Rivai dalam
Departeman Pendidikan Nasional “modul merupakan jenis kesatuan
11 St.Vembriarto, PengantarPengajaran Modul, (Yogyakarta:Yayasan Pendidikan
Paramita, 1985), hlm. 12.
12 St.Vembriarto, Pengantar Pengajaran Modul, (Yogyakarta:Yayasan Pendidikan
(40)
kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu siswa secara
mandiri dalam mencapai tujuan belajarnya”. Modul mempunyai
beberapa karakteristik tertentu, misalnya :13
a. Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap
b. Berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis c. Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus d. Memungkinkan siswa belajar mandiri
Modul bisa dipandang sebagai paket program pengajaran yang terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar, alat atau media, serta sumber belajar dan sistem evaluasinya.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai modul didefinisikan sebagai satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara rinci menggariskan :14
a. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang inigin dicapai b. Pokok-pokok materi yang dipelajari
c. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas
d. Peran guru dalam proses belajar mengajar e. Alat-alat dan sumber yang akan digunakan
13Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan menengah Umum, Pedoman Khusus Penyusunan Modul Sekolah Menengah Atas, 2004, hlm. 28-29.
14 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan menengah Umum, Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Atas, 2004, hlm. 40.
(41)
f. Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan harus dihayati siswa secara berurutan
g. Lembaran kerja yang harus diisi siswa h. Program evaluasi yang akan dilaksanakan
Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut. 15
a. Self Instructional, yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus; 1) berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas; 2) berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil atau spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas; 3) menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; 4) menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya; 5) kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya; 6) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; 7) terdapat rangkuman materi pembelajaran; 8) terdapat instrumen penilaian, yang
15 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan menengah Umum, Pedoman Khusus Penyusunan Modul Sekolah Menengah Atas, 2004, hlm.7-9.
(42)
memungkinkan penggunaan melakukan ‘self assessment’; 9)
terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi; 10) terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi; dan 11) tersedia informasi tentang rujukan referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
b. Self Contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.
c. Stand Alone (berdiri sendiri), yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul
(43)
yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
d. Adaptive, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi
pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”.
Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
e. User Friendly, modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya.
Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan.
Sebuah modul dapat bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan peserta didik lainnya.16
16 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standart Kompetensi Guru, (Bandung: PT
(44)
Modul matematika yang disusun dapat mendekatkan materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang sebenarnya, seperti memberikan contoh peristiwa sehari-hari yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran, misalnya simulasi melukis sketsa grafik fungsi aljabar. Dengan demikian modul yang dikembangkan dapat digunakan oleh guru sebagai bahan ajar ataupun siswa sebagai sumber belajar.
Agar pembelajaran matematika berbantukan komputer dapat mencapai tujuan yang diiinginkan, maka diperlukan perangkat pembelajaran yang berkaitan dengan perangkat komputer pula. Maka perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa e-modul.
5. Modul Elektronik
Menurut Nurma (2010) dalam (http://nurma.staff.uns.ac.id) mengatakan: Modul Elektronik (E-Modul) merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya secara elektronik (bagian dari e-learning).
E-modul dalam penelitian ini digunakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran Matematika bab Turunan Fungsi dengan pokok bahasan Tafsiran Geometris Turunan sebagai Gradien garis Singgung dengan program aplikasi Geogebra jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI (sebelas) semester II (dua). Penggunaan e-modul sebagai bahan ajar pada penelitian ini bertitik tolak pada modul yang
(45)
digunakan juga sebagai bahan ajar. Pengembangan e-modul sebagai bahan ajar elektronik itu sendiri tidak jauh berbeda dengan modul, hanya saja e-modul dirancang menggunakan sebuah software dan dioperasikan menggunakan sebuah personal komputer. Sehingga pada e-modul ini secara karakteristik memeliki karakteristik yang sama dengan modul yaitu self instruksional, self contained, stand alone, adaptive, dan user friendly.
6. Kualitas Perangkat Pembelajaran
Untuk memperoleh hasil pengembangan yang berkualitas diperlukan penilaian. Untuk menentukan kualitas hasil pengembangan model dan perangkat pembelajaran diperlukan tiga kriteria: kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Ketiga kriteria ini mengacu pada kriteria kualitas hasil penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Van den Akker dalam Rochmad (2011) dan kriteria kualitas produk yang dikemukakan oleh Nieveen dalam Rochmad (2011). Van den Akker dalam Rochmad (2011) dan Nieveen dalam Rochmad (2011) menyatakan, bahwa dalam penelitian pengembangan model pembelajaran perlu kriteria kualitas yaitu kevalidan (validity), kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness).
Dalam penelitian ini, kualitas perangkat e-modul dinilai dari: a. Aspek Kevalidan
E-modul pembelajaran Turunan Fungsi dikatakan valid jika memenuhi kriteria yaitu: hasil penilaian validator menyatakan
(46)
bahwa media pembelajaran Turunan Fungsi dikatakan valid dengan revisi atau tanpa revisi, didasarkan pada landasan teoritik yang kuat. Pengembangan sumber belajar Turunan Fungsi berbasis e-modul memenuhi kriteria atau aspek yang terkandung dalam media pembelajaran Turunan Fungsi. Aspek yang harus dipenuhi dalam media ini adalah (1) Kualitas materi ( isi dan tujuan,) (2) Kualitas tampilan (instruksional dan teknik).
b. Aspek Kepraktisan
E-modul Turunan Fungsi dikatakan praktis jika memenuhi kriteria yaitu:
1) Para responden menyatakan bahwa media pembelajaran Turunan Fungsi dapat diterapkan di kelas dan bermanfaat. 2) Tingkat keterlaksanaan penggunaan media pembelajaran
Turunan Fungsi termasuk tinggi dengan meninjau aktivitas siswa dan guru.
c. Aspek Keefektifan
Aspek keefektifan biasanya berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, atau perbandingan antara hasil nyata dengan hasil yang direncanakan (Mulyasa, 2003: 82). Uno (2008: 138) menyatakan bahwa keefektifan pengajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Nieveen dalam Rochmad (2011:17)
(47)
menyatakan bahwa keterlaksanaan model dikatakan efektif dilihat dari komponen- komponen: (1) hasil belajar siswa, (2) aktivitas siswa dan (3) respon siswa. Hal ini berdasarkan pada tingkatan pengalaman dan hasil intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud. Tingkatan pengalaman ini dengan adanya respon positif dari siswa yang ditunjukkan melalui angket yang diberikan sedangkan intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud ditunjukkan dengan tes hasil belajar. Sehingga pada e-modul pembelajaran Turunan Fungsi ini dikatakan efektif jika memberikan hasil yang sesuai harapan dengan ditunjukkan oleh tes hasil belajar.
7. Materi Ajar
Dalam subbab sebelumnya telah diketahui bahwa turunan sebuah fungsi merupakan bentuk secara umum dari laju perubahan jarak terhadap waktu. Dinyatakan dalam � dalam bentuk
, lalu apakah arti turunan fungsi � pada = secara geometris?
Secara geometris turunan fungsi dapat ditafsirkan sebagai gradient garis singgung kurva di titik � , terletak pada kurva = � maka persamaan garis singgung kurva yang melalui titik � , adalah :
Dengan gradient � = �’ .
(48)
Tafsiran turunan turunan Fungsi secara geometris tidak berhenti pada gradient garis singgung saja melainkan berlanjut pada kemonotonan dan kecekungan kurva, nilai ekstrim, hingga menggambar grafik fungsi aljabar. Berikut ini akan diuraikan secara singkat keempat pokok bahasan tersebut.
a. Kemonotonan dan Kecekungan Kurva
Fungsi naik atau fungsi turun disebut sebagai Fungsi monoton sedangkan fungsi naik atau turun didefinisikan sebagai berikut: 1) Fungsi dikatakan naik pada interval � jika
� < � bilamana < pada interval � dan secara penerapan turunan dikatakan jika � naik jika �’ > . 2) Fungsi dikatakan turun pada interval I jika
� > � bilamana < pada interval � dan secara penerapan turunan dikatakan jika � naik jika �’ < . Maka kecekungan fungsi dapat dinyatakan sebagai berikut. Jika � terdifrensial pada selamg terbuka �
1) �’ naik pada interval �, ∈ �, maka � cekung ke atas pada interval �, atau secara penerapan turunan dapat diuji dengan turunan kedua � yaitu �’’ > .
2) �’ turun pada interval �, ∈ �, maka � cekung ke atas pada interval �, atau secara penerapan turunan dapat diuji dengan turunan kedua � yaitu �’’ < .
(49)
3) Hal yang terkait pada kecekungan adalah titik belok Titik � pada kurva disebut titik belok jika kurva berubah dari cekung ka atas menjadi cekung ke bawah atau dari cekung ke bawah menjadi cekung ke atas pada � sehingga secara penerapan turunan dapat diuji menggunakan turunan kedua yaitu �’’ = .
b. Nilai Ekstrim
Misal diketahui kurva = � dengan titik , merupakan titik puncak (titik maksimum atau titik minimum). Garis singgung kurva di titik , akan sejajar sumbu x atau mempunyai gradient 0
� = �’ = . Titik , disebut titik ekstrim, nilai = disebut titik stasioner, sedangkan nilai = disebut nilai ekstrim.
Definisi:
Nilai � disebut nilai maksimum pada interval � jika � > � untuk setiap ∈ �, sedangkan nilai � disebut nilai minimum pada interval � jika � < � untuk setiap ∈ �.
Untuk menentukan jenis nilai ekstrim (maksimum atau minimum) fungsi � dapat dilakukan dengan uji turunan kedua sebagai berikut.
1) Tentukan turunan pertama dan kedua fungsi � , yaitu �’ dan �’’
2) Tentukan titk stasioner, yaitu pembuat nol dari turunan pertama �’ = , misalkan nilai stasionernya =
(50)
3) Nilai � adalah nilai maksimum jika pada uji turunan kedua nilai �’’ < sedangkan nilai � adalah nilai minimum jika pada uji turunan kedua nilai �’’ > .17
c. Menggambar grafik Fungsi Aljabar
Dengan mempelajari turunan fungsi, menentukan, fungsi naik dan fungsi turun, kemonotonan dan keckungan kurva, nilai ekstrim maka kita dapat menggambar grafik fungsi fungsi aljabar secara mudah. Berikut adalah langkah-langkah menggambar grafik fungsi aljabar.
1) Tentukan titik-titik potong kurva dengan subu koordinat (jika ada dan mudah ditentukan)
a. Titik potong kurva dengan � , syarat = b. Titik potong kurva dengan � , = 2) Tentukan nilai-nilai ekstrim
3) Tentukan interval dimana fungsi naik dan interval dimana fungsi turun
4) Tentukan interval dimana fungsi cekung ke atas dan interval dimana fungsi cekung ke bawah.
5) Tentukan nilai fungsi � untuk positif besar dan negative besar.
6) Tentukan titik bantu sejauh dibutuhkan.18
17 Sriyanto, Catur Supatmono, Matematika Kontektual Untuk SMA/MA Kelas XI Program Studi IPA
(Intan Pariwara: Klaten:2011)hlm 306.
(51)
d. Aplikasi Turunan Fungsi
Aplikasi turunan fungsi yang sederhana ada pada model matematika yang berkaitan dengan nilai ekstrim, fungsi dapat ditentukan dengan berbagai persoalan kontekstual. Langkah-langkah umum penyelesaiannya sebagai berikut.
1) Tentukan variabel yang terlibat dalam soal. Jika soal berbentuk soal cerita, terlebih dahulu lakukan pemisalan.
2) Tentukan mana yang akan dicari nilai ekstrim maximum dan minimumnya. Umumnya hal ini dilakukan membuat persamaan agar fungsi yang dicari minimum atau maximumnya menjadi satu variabel. Jika diperlukan pada proses ini menggunakan cara subtitusi atau elimanasi.
3) Tentukan nilai stationer untuk menentukan nilai minimum atau nilai maximum fungsi.
4) Jika soal berbentuk cerita, tafsiran jawaban yang diperoleh sehingga sungguh-sungguh menjawab persoalan yang terkandung dari soal cerita tersebut.
8. GeoGebra
GeoGebra adalah salah satu program komputer yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran matematika adalah program GeoGebra. GeoGebra dikembangkan oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001. Menurut Hohenwarter (2008),
(52)
GeoGebra adalah prgram komputer untuk membelajarkan matematika khususnya geometri dan aljabar. Program ini dapat dimanfaatkan secara bebas yang dapat diunduh dari www.geogebra.com. Website ini rata-rata dikunjungi sekira 300.000 orang tiap bulan. Hingga saat ini, program ini telah digunakan oleh ribuan siswa maupun guru dari sekira 192 negara.
Program GeoGebra melengkapi berbagai program komputer untuk pembelajaran aljabar yang sudah ada, seperti Derive, Maple, MuPad, maupun program komputer untuk pembelajaran geometri, seperti
Geometry’s Sketchpad atau CABRI. Menurut Hohenwarter (2008),
bila program-program komputer tersebut digunakan secara spesifik untuk membelajarkan aljabar atau geometri secara terpisah, maka GeoGebra dirancang untuk membelajarkan geometri sekaligus aljabar secara simultan.
Berdasarkan penjelasan di atas modul elektronik dengan materi tafsiran geometris turunan fungsi akan dikembangkan menggunakan program GeoGebra versi 4.2 yang telah diperkenalkan oleh Hohenwarter sejak November 2012.
a. Area Kerja
1) Tampilan Aljabar (Algebra View) - deskripsi objek pada tampilan grafik yang ditampilkan.
2) Tampilan Grafik (Graphics View)- tempat untuk kontruksi, gambar, grafik yang ditampilkan (area kerja).
(53)
3) CAS (Komputer Algebra System) merupakan fasilitas yang mulai dimasukkan pada GeoGebra Versi 4.2 Beta. Fitur ini digunakan untuk melakukan perhitungan aljabar.
4) Graphics 2D – mirip tampilan Graphics View, bedanya untuk tampilan Graphics 2D ini apabila diaktifkan akan memunculkan jendela baru. Setiap kali kita memasukkan persamaan atau perintah pada Inbut Bar maka hasil grafiknya akan muncul pada jendela ini. b. Menu, Toolbar Dan Tool
Gambar 1 Jendela Kerja GeoGebra
Seperti pada aplikasi lain, menu bar GeoGebra berada pada bagian atas terdiri atas menu File, Edit Options, Tools, Window dan Help. Di bawahnya terdapat Toolbar yang berisi menu untuk membangun, menggambar, mengukur dan memanipulasi objek. Pada setiap kategori yang ada di Toolbar terdapat beberapa Tool lain yang tersembunyi, untuk menampilkannya kita dapat mengklik tanda panah kecil di bagian kanan bawah setiap kotak Tool yang ada di Toolbar.
(54)
1) Menu Bar - digunakan untuk mengelola file, edit file dan pengaturan modifikasi.
2) Toolbar – alat-alat yang digunakan untuk menggambar, membangun, mengukur dan memanipulasi objek.
Tool yang sedang aktif ditandai dengan adanya kotak biru pada Tool tersebut. Selama Tool itu sedang aktif kita bisa menggunakannya untuk melakukan tugasnya dan tidak perlu mengklik lagi untuk membuat objek yang sama. Setiap Tool yang ada dan sedang aktif akan dijelaskan nama Tool disamping kanan dari Toolbar itu sendiri.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratini (2006) yang berjudul
"Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis Edutainment untuk Siswa SMP Kelas VIII pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus". Beberapa hasil penelitian tersebut antara
lain bahwa penyusunan CD media pembelajaran matematika
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) pembuatan
konsep, 2) desain, 3) pengumpulan materi, 4) assembly, 5) uji coba. Selain itu pada penilitian tersebut juga disimpulkan bahwa media
pembelajaran yang dihasilkan mampu menumbuhkan motivasi
75% dari 36 siswa yang mengikuti uji coba media pertama. Jadi, media pembelajaran matematika berbasis edutainment yang dikembangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan dapat meningkatkan pemahaman dan aplikasi matematika
(55)
siswa untuk pokok bahasan Persamaan Garis Lurus, namun peningkatan tersebut baru terlaksana pada 66, 7%.
2. Penelitian Novy Trisnani (2010) berjudul "Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Edutainment Untuk Siswa SMP Kelas VII Materi Operasi Bilangan Pecahan" yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran matematika berbasis edutainment dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa kelas VII di SMP N 2 Wates. Hal tersebut berdasarkan bahwa sebanyak 93, 75% siswa menjadi lebih berminat belajar matematika dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya. Selain itu pembelajaranjuga direspon positif oleh siswa.
3. Penelitian Suko Baryoto Adi Raharjo(2012) yang berjudul Rancangan dan Pengembangan Modul Elektronik Program Linier dengan Program Geogebra pada Kelas X TKJ B SMKN 2 Depok Sleman Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian rancangan dan pengembangan pendidikan yang disingkat R&D. Metode ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji kefektifan produk tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan adanya modul elektronik siswa terbantukan dalam memehami materi Program Linier khususnya pada kasus uji garis selidik.
(56)
C. KERANGKA BERPIKIR
Modul merupakan salah satu bahan ajar yang dikemas sedemikian hingga lengkap maka dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Penggunaan perangkat pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan rencana. Modul cetak yang biasa digunakan (dalam bentuk buku) hanya terkesan biasa oleh siswa. Kaitannnya dengan pembelajaran, akan dapat mendukung jika siswa bersedia membaca dan mempelajari modul cetak tersebut dengan seksama, jikapun tidak, maka akan sama saja, siswa tetap mengandalkan guru sebagai sumber belajar utama dalam pembelajaran, khususnya pelajaran matematika. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti saat ini, modul dapat dikemas dalam web offline pembelajaran yang interaktif. Bahan ajar yang demikian dikenal dengan bahan ajar interaktif.
Dengan bentuk kemasan bahan ajar yang berbeda, diaharapkan pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien, sehingga siswa tak bosan membaca bahan ajar tersebut. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa dan hasil belajar siswa.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dan bersifat abstrak karena di dalarnnya memuat beberapa teori yang abstrak, rumus-rumus, serta simbol-simbol yang sulit dihafal dan dipahami sehingga teknik belajar yaitu dengan membayangkan dan menciptakan gambaran tentang hal tersebut. Oleh karena itu materi ini
(57)
dapat disajikan dengan suatu media pembelajaran yang menyenangkan dengan harapan siswa yang sebelumnya mengganggap sulit menjadi tertarik dan menikmati kegiatan belajarnya, sedangkan materi abstraknya dapat lebih dipahami dengan visualisasi dan simulasi yang sesuai dengan materi pelajaran.
Penelitian ini menyusun sebuah media pembelajaran matematika dalam bentuk CD yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika. Karena metode pembelajaran berbantukan Komputer dengan pendekatan konstruktivisme, maka media dibuat sedemikian sehingga menggabungkan antara pendidikan, penalaran, teknologi, dan hiburan. CD media pembelajaran matematika ini menggunakan program Geogebra yang dikemas secara baik dan menarik dengan tampilan animasi-animasi.
Kualitas modul yang dibuat ini akan dinilai melalui tiga tahapan penilaian. Tahapan pertama tim ahli, setelah media tersebut direvisi maka dilanjutkan pada penilaian tahap kedua setelah direvisi oleh peneliti, selanjutnya penilaian oleh siswa SMA dalarn suatu kelas. Tahapan ketiga ada dua penggolongan, pertama jika modul dinilai belum efektif dalam penilaian tahap kedua maka akan diadakan uji coba ketiga setelah modul direvisi peneliti, namun ketika modul sudah dinilai efektif pada penilaian tahap kedua maka akan menjadi produk final setelah mendapat sedikit penyempurnaan atas masukkan dari penilaian tahap kedua. Setelah melakukan tinjauan dan penilaian peneliti berharap
(58)
modul ini dapat memfasilitasi pembelajaran matematika dengan materi yaitu Turunan Fungsi dengan pokok bahasan Tafsiran Geometris Turunan Fungsi.
Aspek kualitas modul diuji oleh tiga aspek yaitu valid yang meliputi (materi dan tampilan) sehingga uji kevalidan dapat mencakup karakteristik modul yaitu self instruksional, self contained, stand alone, dan adaptive. Praktis yang meliputi (pemahaman materi dan pemanfaatan modul oleh responden serta meninjau pada aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung) sehingga dapat mencakup karakteristik modul user friendly. Serta efektif yang memaparkan keefektifan modul untuk pemahaman siswa dilihat pada hasil belajar siswa.
Penelitian ini menyusun sebuah modul dengan pendekatan secara konstruktif. Untuk selanjutnya modul yang dihasilkan pada ujicoba masih di publish dalam softcopy dari USB-flashdisk agar memudahkan untuk dioperasikan dan ditransfer di komputer manapun dengan batas spesifikasi minimal tertentu.
(59)
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Nana Syaodih (2009) Penelitian pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. 20
Menurut Sugiyono metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut dan bukan untuk menguji teori. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan media pembelajaran matematika untuk perangkat pembelajaran berupa elektronik modul bagi siswa SMA yang dikemas dalam bentuk compact disc.
Penelitian pengembangan menggunakan model pengembangan prosedural dimana menggambarkan alur langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan produk tertentu. Salah satu model prosedural yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah model ADDIE.
ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations. Model ini
20
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet.5; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 164.
(60)
dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar.
Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry untuk merancang sistem pembelajaran (Endang Mulyatiningsih, 2012:5). Menurut Benny A. Pribadi (2009:125) model pengembangan ADDIE terdiri atas 5 langkah pokok, yaitu Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation, sehingga menghasilkan modul elektronik matematika sebagai sumber belajar bagi siswa kelas XI SMA.
Model ADDIE menggunakan 5 tahap pengembangan yakni (1) Analysis(analisa), (2) Design (disain/perancangan), (3) Development (pengembangan), (4)Implementation (implementasi/eksekusi), (5) Evaluation (evaluasi/umpan balik).
Analysis
Design Formative Evaluation
Development
Implementation SummativeEvaluation Gambar 3.1 Model pengembangan ADDIE21
21http://www.cs.ucy.ac.cy/~nicolast/courses/cs654/lectures/IDmodels.pdf.
(diakses pada 3 september 2012)
(61)
Model pengembangan ADDIE melalui tahapan sebagai berikut:
1. Analysis (analisis)
Hal-hal yang dianalisis sebelum pengembangan modul matematika adalah sebagai berikut:
a. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum digunakan sebagai dasar rancangan dan pengembangan modul matematika. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), langkah pertama yang dilakukan adalah memilih materi matematika yang dapat disampaikan melalui modul elektronik dengan pemanfaatan software GeoGebra. Materi yang dipilih adalah turunan fungsi dengan pokok bahasan Tafsiran Geometris Turunan Fungsi, kemudian dikembangkan sesuai kurikulum matematika SMA. Hasil analisis kurikulum selanjutnya dikonsultasikan pada dosen pembimbing.
b. Analisis Materi
Setelah melakukan analisis kurikulum kemudian dilakukan penyusunan materi. Analisis materi menghasilkan materi Tafsiran Geometris Turunan Fungsi yang terdiri dari empat subbab lagi yaitu turunan sebagai gradient garis singgung, kemonotonan dan kecekungan, kurva nilai ekstrim, menggambar grafik fungsi aljabar serta aplikasi sederhana pada nilai ekstrim.
c.Analisis Situasi
Analisis situasi dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa sebagai subjek penelitian dan kondisi kesiapan sekolah sebelum dilakukan uji
(62)
coba modul. Analisis ini dilakukan dengan cara wawancara guru pengampu tentang kesulitan siswa pada materi turunan, kondisi siswa dan kesiapan sekolah.
2. Design (perencanaan)
Hasil analisis digunakan sebagai acuan dalam penyusunan kerangka modul yang akan dikembangkan. Langkah-langkah perancangan yang dilakukan yaitu:
a. Mengumpulkan referensi materi Tafsiran Geometris Turunan Fungsi b. Menyusun kerangka modul
c. Menyusun kerangka dan alur pembelajaran yang direncanakan untuk modul
d. Melengkapi unsur-unsur modul sesuai kerangka e. Merancang tampilan/layout modul matematika
3. Development (pengembangan)
Modul matematika yang dikembangkan berupa paket pembelajaran elektronik dengan materi Tafsiran Geometris Turunan Fungsi. Pada tahap ini dikembangkan modul dengan pendekatan konstruktivisme berdasarkan validasi ahli dan revisi produk tahap I. Tahapan dalam proses development dijelaskan sebagai berikut.
a. Pengembangan modul berdasarkan spesifikasi berikut.
1) Berbentuk media elektronik
2) Komponen-komponen dalam modul, yaitu: a. Pendahuluan
(63)
b. Uraian Materi c. Lembar Kerja Siswa d. Soal latihan
e. Penutup
3) Ditampilkan dengan layout
Modul yang telah dikembangkan kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika supaya mendapat masukan untuk pengembangan dan perbaikan sebelum diujicobakan.
b. Validitas ahli
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui salah satu aspek kualitas produk pengembangan yaitu aspek kevalidan. Hal ini dilakukan dengan menguji validitas desain produk oleh ahli dan guru mata pelajaran yang kompeten, serta mendapat saran dan kritik dari validator terhadap produk yang dikembangkan.
c. Revisi produk
Data validasi yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan dilakukan revisi yang merupakan pengembangan berdasarkan validasi ahli.
4. Implementation (implementasi)
Setelah penyusunan modul menghasilkan suatu naskah final, langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba lapangan (uji coba) pada siswa. Uji coba dilakukan pada sekolah yang dijadikan subyek penelitian yaitu di kelas XI SMA Kolese de Britto. Pada akhir uji coba, siswa
(1)
X 6x2
f’(x)
√3 , - 0 √3 ,+ + 0 + + 0 + Bentuk grafik
Titik belok
Menentukan selang di mana suatu fungsi naik atau turun.
Menentukan titik stasioner suatu fungsi beserta jenis
ekstremnya.
3
total 15
7. Menggambar sketsa grafik fungsi dengan menggunakan sifat-sifat turunan
Penyelesaian Indikator
Taksonomi Bloom SKOR Pe n ge tahu an Pe m ah am an Apl ik asi Anal isi s S in te sis E valu asi Diketahui
y = f(x) = �3-x2-12x+20
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kejadian dari suatu situasi (dengan
menentukan apa saja yang diketahui dan apa yang ditanyakan)
√ √ - √ - Ditanyakan :
a. Tentukan titik potong dngan sumbu x dan sumbu y.
b. Nilai stasioner dan titik stasioner. c. Fungsi turun/naik
(2)
e. Nilai y untuk x besar positif dan untuk x besar negative.
f. Titik Bantu dan sketsa grafik fungsi
Penyelesaian: a. Jawab
Grafik memotong sumbu x, bila y = 0. Y = 0 = �3-x2
-12x+20
↔ 0 = �3-x2-12x+20
Tidak memungkinkan untuk dicari
ii. memotong sumbu y, jika x = 0 y = �3-x2-12x+20
y =2/3 (0)3-(0)2-12 (0)+20 y = 20
titik potong sumbu y adalah (0,20)
Menentukan titik stasioner suatu fungsi beserta jenis
ekstremnya. √ √ √ √
-
3
b. Syarat stasioner adalah : f’ (x) = 0
f’ (x) = 2x2 -2x -12 ↔ x2– x - 6
↔ (x - 3) (x + 2) x = -2, x = 3 + + + - - - + + + ^ v x=-2 x=3
Menentukan titik stasioner suatu fungsi beserta jenis ekstremnya.
√ √ √ √ - -
(3)
untuk x = -2, f(-2) = 104/3 x = 3, f(3) = -7
nilai stasionernya : y = 103/4 dan y = -7 titik stasioner : (-2,104/3) (merupakan titik maximum) dan (3,-7)(merupakan titik minimum)
Untuk mencari kemonotonan menggunakan aturan turunan pertama f(x)
f’(x) = 2x2 -2x -12
Menggunakan aturan turunan untuk menentukan turunan fungsi aljabar.
Menentukan selang di mana suatu fungsi naik atau turun.
√ √ √ √ √
3
f’(x) = 0
2x2-2x -12 = 0
x2 - x - 6 = 0 :2 (x-3)(x+2) = 0
Menggunakan aturan turunan untuk menentukan turunan fungsi aljabar.
Menentukan selang di mana suatu fungsi naik atau turun.
√ √ √ √ √
+ + + + - - - + + + + x=-2 x=3
fungsi turun jika -2 < x < 3 fungsi naik jika x < -2 atau x >3
Menggunakan aturan turunan untuk menentukan turunan fungsi aljabar.
Menentukan selang di mana suatu fungsi naik atau turun.
(4)
Untuk mencari kecekungan fungsi menggunakan aturan turunan kedua f(x)
f’(x) = 4x-2
Menggunakan aturan turunan untuk menentukan turunan fungsi aljabar.
Menentukan selang di mana suatu fungsi naik atau turun.
√ √ √ √ √
3
f’(x) = 0
4x -2= 0
2x -1 = 0 :2 x = 0,5
Menggunakan aturan turunan untuk menentukan turunan fungsi aljabar.
Menentukan selang di mana suatu fungsi naik atau turun.
√ √ √ √ √
- - - + + + + x=0,5
fungsi cekung ke atas jika x > 0,5 fungsi cekung ke bawah jika x < 0,5
Menggunakan aturan turunan untuk menentukan turunan fungsi aljabar.
Menentukan selang di mana suatu fungsi naik atau turun.
√ √ √ √ √
y = �3-x2-12x+20 ,. Jika x besar positif maka y = besar positive dan jika x besar negative maka y besar negative
Menentukan selang di mana suatu fungsi naik atau turun.
Menentukan titik stasioner suatu fungsi beserta jenis
ekstremnya.
(5)
c. gambar di bawah Menggambarkan grafik fungsi.
√ √ √ √ √ 1
Titik Bantu
x 0 1 3 …
, y 20 7, 2/3 -7 …
-4 -2 0 2 4
20
x y
(6)
8. Menjelaskan contoh kasus maksimum dan minimum dari suatu fungsi dalam keseharian
Selembar karton dengan lebar 10 cm dan panjang 16 cm akan dibuat kotak tanpa tutup dengan memotong keempak pojoknya berbentuk persegi. Tentukan tinggi, panjang dan leber agar volume balok maksimum!
Penyelesaian Indikator
Taksonomi Bloom
SKOR
Pe
n
ge
tah
u
an
Pe
m
ah
am
an
Apl
ik
asi
Anal
isi
s
S
in
te
sis
E
valu
asi
Diketahui Panjang (p)= 20 Lebar (l)= 16
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kejadian dari suatu situasi (dengan
menentukan apa saja yang diketahui dan apa yang ditanyakan)
√ √ - √ - 1
Ditanyakan :
Tentukan tinggi, panjang dan leber agar volume balok maksimum!
Penyelesaian:
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kejadian dari
suatu situasi √ √ √ √ √
3 16-2x