sendiri dan disetujui oleh petugas kesehatan dengan alasan bahwa yang menjadi PMO ini dapat mengawasi dan mengingatkan pasien untuk teratur menjalankan
pengobatan hingga selesai. Adapun tugas dari PMO untuk masing-masing penderita TB-MDR ini adalah mendampingi pasien saat menjalankan pengobatan
di puskesmas, mengingatkan pasien untuk minum obat setiap harinya, mengawasi pasien dalam minum obat, memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien,
memberi informasi mengenai cara mencegah dari penuaran penyakit kepada anggota keluarga lain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa tugas
yang dilakukan oleh seorang PMO penderita TB-MDR telah dilaksanakan.
5.1.4 Ketersediaan OAT, Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari suatu kegiatan program penanggulangan TB-MDR.
Sarana merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan prasarana merupakan segala sesuatu yang digunakan
sebagai penunjang dalam melaksanakan suatu kegiatan. Fasilitas tersebut harus ada pada setiap puskesmas dan dalam kondisi yang baik atau tidak rusak, lengkap,
berkualitas dan jumlahnya yang mencukupi sehingga dapat membantu petugas
dalam melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Pelaksanaan suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung sehingga program tersebut dapat terlaksana sesuai
dengan yang telah direncanakan. Pelaksanaan program penanggulangan TB-MDR khususnya dalam penemuan kasus, pemeriksaan dahak, dan pengobatan tidak
terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung keberhasilan program tersebut. Pelaksanaan program penanggulangan TB-MDR di Puskesmas
Universitas Sumatera Utara
Helvetia Medan diperlukan sarana dan prasarana serta peralatan seperti persediaan OAT Obat Anti Tuberkulosis, transportasi, pot dahak, kaca sediaan, reagensia,
speed, aqua, serta ruangan khusus TB paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Puskesmas
Helvetia telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai, dan pihak puskesmas telah memiliki ruangan khusus TB paru. Puskesmas Helvetia
melakukan fiksasi slide dan melakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis untuk TB paru sedangkan untuk TB-MDR puskesmas hanya melakukan fiksasi
slide dan kemudian pemeriksaan dahak secara kultur di rujuk ke RS Rujukan yaitu RS Adam Malik. Peralatan yang dimiliki hanya pot penampungan dahak, kaca
slide yang telah memadai, namun petugas TB mengatakan untuk spuid, masker, aquades jumlahnya belum memadai dan masih kekurangan. Puskesmas Helvetia
memiliki laboratorium namun laboratorium hanya dapat digunakan untuk pemeriksaan secara mikroskopis, sedangkan untuk TB-MDR dilakukannya
pemeriksaan kultur sehingga fiksasi slide sputum terduga TB-MDR di rujuk ke RS Adam Malik.
Sedangkan untuk OAT TB dan TB-MDR telah memadai dan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Ketersediaan OAT TB-MDR di puskesmas
berasal dari RS. Adam Malik selaku RS. Rujukan TB-MDR berdasarkan jumlah pasien yang menjalankan pengobatan di puskesmas, dalam pengadaan OAT TB-
MDR pihak rumah sakit berkoordinasi dengan Dinas Provinsi Sumatera Utara, sementara pihak dinas berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI dalam
pendanaan yang dibutuhkan untuk penanggulangan program TB-MDR. Adapun pendistribusian OAT TB-MDR dari pihak RS Adam Malik ke puskesmas setiap 3
Universitas Sumatera Utara
bulan sekali, pendistribusian OAT ini berdasarkan jumlah pasien yang menjalankan pengobatan di Puskesmas Helvetia yaitu sebanyak 3 orang pasien,
dimana terdapat 1 pasien yang masih menjalankan pengobatan tahap awal yaitu injeksi yang diberikan sebanyak 5 hari dalam seminggu, sehingga dalam sebulan
dibutuhkan obat injeksi dan spuit sebanyak 20 paketbulan, dan untuk per 3 bulan yang di kirim pihak RS.Adam Malik sebanyak 60 paket untuk 1 pasien, selain
mendapatkan obat injeksi pasien TB-MDR dalam pegobatan tahap awal juga menelan obat yang diminum setiap hari, sehingga dalam sebulan dibutuhkan
sebanyak 28 paket obat oral per bulan, dan sebanyak 84 paket yang dikirimkan pihak RS Adam Malik per 3 bulan, sementara untuk 2 pasien yang menjalankan
pengobatan tahap lanjutan yaitu pemberian obat oral selama 6 hari dalam seminggu sehingga dibutuhkan sebanyak 24 paket per bulan untuk 1 pasien
dikarenakan ada 2 pasien yang menjalankan pengobatan tahap lanjutan sehingga dibutuhkkan sebanyak 48 paket perbulan, untuk pengobatan tahap lanjutan
terhadap 2 pasien pihak RS Adam Malik mengirimkan sebanyak 252 paket obat oral per 3 bulan untuk pengobatan tahap lanjutan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendistribusian obat dari RS Adam Malik ke Puskesmas telah sesuai dengan jumlah pasien dan jumlah obat yang diberikan puskesmas kepada pasien
dalam pengobatan. Namun pihak puskesmas dan petugas TB mengatakan masih mengalami kekurangan spuid sementara pihak RS. Adam Malik memberikan obat
injeksi dan spuit secara sepaket, diketahui bahwa kekurangan spuit untuk pengobatan injeksi pada pasien TB-MDR dikarenakan spuit sering terpakai untuk
keperluan pengobatan lain.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Proses