Pernyataan Informan tentang Diagnosa TB-MDR di Puskesmas Helvetia

di dalam tempat tampungan itu untuk di periksa, barulah di kasih obat sampai sekarang. Pasien TB-MDR Diperiksa dahaknya, kemudian di kasih obat, dan di suntik tiap hari selama 6 bulan, cuma sekarang udah tidak disuntik lagi, jadi datang trus ditimbang lalu di kasih obat untuk di minum. Pasien TB-MDR Awal datang ke puskesmas kan karena disuruh sama dokter di BP4 untuk ambil obat di puskesmas, dengan bawa hasil pemeriksaan dari BP4 bahwa positif TB- MDR, jadi di puskesmas datang tiap 2 minggu sekali untuk ambil obat, trus di timbang. Pasien TB-MDR Datang ke puskesmas, trus dikasih obat, disuruh minum, di timbang. Pas awal pengobatan di kasih tempat tampung dahak itu untuk di periksa katanya dahaknya. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui, Informan petugas TB mengatakan bahwa pasien yang datang merupakan pasien yang pernah menjalani pengobatan TB awal yang tidak teratur dengan anamnesenya yang diduga BTA + selanjutnya dilakukan penampungan dahak dan dahak di rujuk ke RS. Adam Malik untuk di periksa kultur, terbukti positif hasilnya kemudian diberikan pengobatan di puskesmas. Sedangkan informan lainnya mengatakan bahwa alur pemeriksaan yang pertama kali dilakukan adalah mendaftar di ruang kartu dan langsung ke ruangan kemudian dilakukan penampungan dahak untuk pemeriksaan, jika hasilnya positif maka diberikan pengobatan.

4.3.9 Pernyataan Informan tentang Diagnosa TB-MDR di Puskesmas Helvetia

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan tentang Diagnosa TB-MDR di Puskesmas Helvetia Informan Pernyataan Staf PMK Dinkes Penegakan diagnsa TB-MDR tidak dilakukan di puskesmas, dikarenakan tidak ada alat yang mendukung seperti genXpert itu hanya ada di RS.Adam Malik. Jadi untuk diagnosa TB-MDR puskesmas merujuk pasien untuk periksa kultur dahak nya di RS. Kepala Puskesmas Penegakan diagnosa untuk TB-MDR ini kita gunakan strategi DOTs Plus, tetapi di sini kita hanya memberikan pengobatan saja, untuk pemeriksaan kita rujuk ke RS. Petugas TB Untuk penegakan diagnosa TB-MDR kita menggunakan Universitas Sumatera Utara strategi DOTs Plus dengan menekankan pada pemeriksaan dan pengobatan. Pasien yang datang berobat ke puskesmas dengan gejala batuk lebih dari 2 minggu yang pernah menjalani pengobatan TB awal dengan BTA + dan diduga TB-MDR, lalu ditampung dahaknya dan dahak di rujuk ke laboratorium RS rujukan untuk dilakukan pemeriksaan kultur dan resistensi OAT, di laboratorium puskesmas tidak ada alat untuk kulturnya jadi kita rujuk ke RS, kemudian hasil pemeriksaan dari RS terbukti positf baru kita kasih pengobatan. Untuk penemuan kasus puskesmas hanya menunggu pasien datang dan biasanya pasien yang datang adalah pasien yang menjalankan pengobatan TB awal yang tidak teratur. Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui terdapat kesamaan pendapat bahwa dignosa TB-MDR dengan menggunakan strategi DOTs Plus yaitu dengan pemeriksan kultur dahak dan uji resisten obat, jika hasilnya positif diberikan pengobatan, pihak puskesmas hanya memberikan pengobatan, pemeriksaan di rujuk ke RS. Informan petugas TB mengatakan bahwa mendiagnosa pasien TB-MDR yaitu melihat pasien yang datang berobat ke puskesmas dengan gejala batuk lebih dari 2 minggu dengan riwayat pengobatan terdahulu, kemudian di berikan obat untuk 2 minggu, selanjutnya di suspek dan dahak nya di tampung di dalam pot dahak dan kemudian dahak di rujuk dikirim ke laboratorium di RS Adam Malik untuk dilakukan pemeriksaan uji kultur. Penemuan pasien TB-MDR dilakukan secara pasif yaitu menunggu pasien datang ke puskesmas untuk berobat, tidak secara aktif door to door dan rata-rata pasien TB-MDR di Puskesmas Helvetia merupakan TB paru yang mengalami pengobatan gagal yang dikarenakan berbagai faktor. Universitas Sumatera Utara 4.3.10 Pernyataan Informan tentang Pengobatan TB-MDR dengan Obat Anti Tuberkulosis OAT TB-MDR yang Diawasi oleh PMO di Puskesmas Helvetia Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Pengobatan TB-MDR dengan Obat Anti Tuberkulosis OAT TB-MDR yang Diawasi oleh PMO di Puskesmas Helvetia Informan Pernyataan Staf PMK Dinkes Pengobatan TB-MDR itu ada 2 yaitu pengobatan suntik selama 6 bulan setiap hari di suntik kecuali hari minggu dengan OAT yang disarankan dari hasil pemeriksaan dan minum obat samai 2 tahun dengan paduan OAT yang sesuai dengan kategori pengobatan. Jumlah OAT yang harus di minum tiap hari perpaket yang isinya sebanyak 16 butir dan harus diminum serta di awasi oleh PMO, kalau untuk pengobatan suntik pada pasien TB-MDR itu dilakukan oleh petugas kesehatannya. Petugas TB Untuk OAT TB-MDR sudah memenuhi kebutuhan baik itu obat suntuk dan obat minumnya. Pemberian obat juga udah sesuai dengan kategori pemeriksaan nya, dan untuk pengobatan TB-MDR ini kan ada 2 tahap, yaitu pengobatan suntik dan minum obat yang 16 butir itu tiap paketnya, dan pengobatan TB-MDR ini kan lama selama 2 tahun , 6 bulan pengobatan suntik dan minum obat, selanjutnya minum obat lagi selama 2 tahun. Pemberian obat di dasarkan dari hasil pemeriksaan dari RS. Pengobatan harus rutin dijalani dan harus di awasi oleh PMO, kalau masih pengobatan suntik pasien harus minum obat di depan petugas dan di suntik oleh petugas juga. Pasien TB-MDR Ya untuk minum obat nya rutin lah, selain itu kan di suntik juga, karna kita masih pengobatan suntik. Cuma obat suntik dan 16 butir obat minum tu aja yang di kasih, gak ada obat lain, Cuma disuruh minum vitamin tapi ya beli sendiri di luar. Pasien TB-MDR Obatnya itu ada 16 butir tiap paketnya itu di minum setiap pagi, awalnya saya selalu di ingatkan sama istri karena PMO nya kan istri, tpi lama-lama saya ingat sendiri karena udah merasa kalau obat ini kebutuhan jadi saya ingat untuk minumnya. Pasien TB-MDR Minum obat yang di kasih sama puskesmas itu ada 16 butir, harus di minum tiap hari anak saya selalu yang mengingatkan untuk minum obat. pernah waktu itu saya gag bisa jalan karena asam uratnya naik efek minum obat itu, trus ada di kasih obat lagi tapi saya gak tahu obat apa, tapi katanya untuk nurunkan asam urat itu. Universitas Sumatera Utara Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa pemberian obat untuk pasien TB-MDR di Puskesmas Helvetia ini berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dahak di RS dan kategori yang udah ditentukan oleh RS dalam pemberian obat. Untuk pengobatan TB-MDR ini terdiri dari 2 tahap pengobatan yaitu pengobatan suntik selama 6 bulan dan di ikuti dengan pengobatan oabat minum selama 2 tahun dengan jumlah obat sebanyak 16 butir setiap paketnya. PMO yang mengawasi pasien berasal dari keluarga pasien, yang bertugas mengingatkan dan mendampingi pasien untuk minum obat, namun pada tahap pengobatan suntik dilakukan petugas dan paien harus minum obat di awasi oleh petugas sebagai PMO nya.

4.3.11 Pernyataan Informan tentang Tugas Pengawas Menelan Obat PMO di Puskesmas Helvetia