Pengertian al-Maktabah al-Syâmilah

Menurut istilah ada beberapa definisi takhrîj yang dikemukakan oleh para ulama, diantaranya sebagai berikut: a. Takhrîj menurut ulama hadis adalah: ِهِباَتِك ِِْ ِِداَْسِِِ َثْيِدَْْا ِفِ لَؤُمْلا ُرْكِذ Penyebutan seorang penyusun bahwa hadis itu dengan sanadnya terdapat dalam kitabnya. Seperti kata ُهَجَرَخ يِرَخُبلا atau ُهَجَرْخَا يِراَخُبْلا = disebutkan oleh al-Bukhari hadis itu bersama sanadnya dalam kitabnya. Al-Bukhari sebagai orang yang melakukannya disebut Mukharrij. 8 b. Arti takhrîj lain: ِفِ لَؤَم َعَم يِقَتْلَ ي ِهِسْفَ ِل ِدْيِناَسَِِ اَم َباَتِك َثْيِداَحَأ ِفِ لَؤُمْلا ُداَرْ يِإ ِلْصأا ُهَقْوَ ف ْنَم ْوَا ِهِخْيَش ِِ Seorang penyusun mendatangkan beberapa hadis dari sebuah kitab dengan menyebutkan sanadnya sendiri, maka ia bertemu dengan penyusun asal pada syaikhnya gurunya atau orang di atasnya. Contoh kedua disebut Mustakhraj seperti kitab: مِلْسُم ِحِيْيِحَص ىَلَع َةَناَوُع َِِا ُجَرْخَتْسُم Maksud ungkapan di atas, Muslim menyebutkan hadis-hadis dengan sanad-nya dalam kitabnya, kemudian Abu Uwanah datang mengeluarkan hadis-hadis tersebut dengan menggunakan sanad-nya sendiri, Abu Uwanah bertemu dengan Muslim pada gurunya, atau orang diatasnya sampai dengan sahabat. Dengan demikian, takhrîj dan istikhrâj maknanya sama sebagaimana di atas. 9 8 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, 2012, h. 127-128; Mahmûd al- ıahhân, op. cit., h. 9-10. 9 Ibid., h. 128. Lihat juga Bakkar., op. cit., h. 49. c. Sedangkan arti , menurut ulama’ mutaakhirin adalah: ِبُتُكْلا ََأ ِثْيِداَحأا ُوْزَع اَهْ يَلَع ِمْكُْْا ِناَيَ ب َعَم اَهْ يِف ِةَدْوُجْوَمْلا Menunjukkan asal beberapa hadis pada kitab-kitab yang ada kitab induk hadis dengan menerangkan hukumkualitasnya. 10 Definisi pertama dilakukan oleh penyusunnya atau orang lain yang ingin menyebutkan sumber pengambilan suatu hadis, seperti di berbagai buku hadis atau syarah-nya. Misalnya seseorang yang mengutip sebuah hadis dari kitab al-Bukhari mengatakan pada awal atau akhir penukilan: يِراَخُبْلا ُهَجَرْخَا , yang berarti hadis di-takhrîj oleh al-Bukhari dan seterusnya. Atau untuk menyatakan perawi suatu hadis dikatakan dengan kata: يِراَخُبْلا ُاَوَر hadis diriwayatkan oleh al-Bukhari. Definisi kedua sudah langka dilakukan orang pada era sekarang, karena menyangkut keterbatasan dan kemampuan para ahli hadis, di samping keterputusan predikat sebagai periwayat hadis. Kecuali jika dilakukan sesama Muhaddi ś atau Thâlib al-hadîś dalam arti yang sederhana. Sedangkan definisi ketiga masih terbuka lebar kesempatan bagi para peneliti hadis untuk mengadakan penelusuran dari sumber aslinya, atau dari buku induk hadis untuk diteliti sanad dan matan-nya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu hadis riwâyah dan dirâyah, sehingga dapat menemukan temuan baru atau temuan yang sama dengan peneliti lain tentang kualitas suatu hadis. 11

2. Manfaat Takhrîj al-Hadîś

Takhrîj al-H adîś ini memiliki banyak sekali manfaat, antara lain: a. Melalui takhrîj seseorang dikenalkan sumber-sumber hadis, kitab asal dari suatu hadis itu berada berikut dengan rawi-rawi yang terlibat dadalam periwayatannya. 10 Khon, op. cit., h. 129; Muhammad Mahmûd Ahmad Bakkâr, Bulûgh al-Amâl min Mus IJalâh al-Hadîś wa al-Rijâl, Kairo: Dâr al-Salâm, 2012, h. 48. 11 Ibid.