Metode Takhrîj al-Hadîś

beberapa hadisnya para sahabat atau tabi’in sesuai dengan urutan alphabet Arab dengan menyebutkan sebagian dari lafal hadis. Diantara kelebihan metode takhrîj ini adalah memberikan informasi kedekatan pembaca dengan pen-takhrîj hadis dan kitabnya. Berbeda dengan metode-metode lain yang hanya memberikan informasi kedekatan dengan pen-takhrîj-nya saja tanpa kitabnya. Sedangkan kesulitan yang dihadapi adalah jika seorang bpeneliti tidak ingat atau tidak tahu nama sa habat atau tabi’in yang meriwayatkannya, disamping campurnya berbagai masalah dalam satu bab dan tidak terfokus pada satu masalah. 18 5 Takhrîj dengan Sifat Bi al-Şifah Telah banyak disebutkan sebagaimana pembahasan di atas tentang metode takhrîj. Seseorang dapat memilih metode mana yang tepat untuk ditentukannya sesuai dengan kondisi orang tersebut. Jika suatu hadis telah dapat diketahui sifatnya, misalnya Mauđu’ 19 , Şahih, Qudsî 20 , Mursal 21 , Masyhûr 22 , Mutawâtir 23 dan lain-lain, sebaiknya di-takhrîj melalui kitab-kitab yang telah menghimpun sifat-sifat tersebut. Misalnya, hadis mauđu’ seperti al-Mauđu’ât karya Ibnu al- Jauzi, mencari hadis mutawatir, Takhrîj-lah melalui kitab al-Azhâr al-Mutan âśirah ‘an Al-Akhbâr al-Mutawâtirah, karya al-Suyuthi, dan lain-lain. Di sana seseorang akan mendapatkan informasi tentang 18 Ibid. 19 Hadis Mauđu’ adalah hadis yang diada-adakan, dibuat, dan didustakan seseorang pada Rasulullah SAW. Lihat Ibid., h. 225; Mahmûd al- ıahhân, Taisîr Musthalâh al-Hadiś, Surabaya: Al-Hidayah, 1985, h. 89; Jalâl al-Dîn al- SuyûIJî, Tadrîb al-Râwî fi Syarh Tadrîb al- Nawâwî, Beirut: Dâr al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 2009, h. 205; Abu al-Hasan al-Sulaimanî, al- Jawahir al-Sulaimaniyyah Syarh al-Man żûmah al-Baiqûniyyah, Riyâđ: Dâr al-Kayyan, 2005, h. 373. 20 Hadis Qudsî adalah Hadis yang dipindahkan dari Nabi s.a.w. serta penyandarannya kepada Allah s.w.t. Lihat Khon, op. cit., h. 247; al- ıahhân, op. cit., h. 127. 21 Hadis Mursal adalah hadis yang diriwayatkan oleh tabi’in dari Nabi, baik dari perkataan, perbuatan, atau p ersetujuan, baik tabi’in senior atar junior tanpa menyebutkan penghubung antara seorang tabi’in dan Nabi s.a.w. yaitu seorang sahabat. Lihat Khon, op. cit., h. 191; Bakkâr. op. cit., h. 245; al- SuyûIJî, op. cit., h. 140; al-Sulaimânî, op. cit., h. 210. 22 Hadis Masyhûr adalah hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari tiga perawi, namun tidak sampai kepada derajat mutawâtir. Lihat Khon, op. cit., h. 151; Bakkâr. op. cit., h. 88, al- SuyûIJî, op. cit., h. 389; al-Sulaimanî, op. cit., h. 167. 23 Hadis Mutawâtir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat untuk berdusta dari sesama jumlah banyak dari awal sanad sampai akhir. Lihat Khon, op. cit., h. 164; Bakkâr. op. cit., h. 77. kedudukan suatu hadis, kualitasnya, sifat-sifatnya, dan lain-lain terutama dapat dilengkapi dengan kitab-kitab syarah-nya. 24 Pada bab takhrîj ini baru metode-metodenya dalam penelusuran hadis dari buku-buku induk hadis yang merupakan langkah awal dalam takhrîj. Langkah berikutnya akan men-takhrîj dari segi sanad dan matan, yaitu menjelaskan kualitas matan dan sanad suatu hadis dengan memberikan kritik, baik internal matan dan eksteral sanad. 25

C. Penggunaan Software al-Maktabah al-Syâmilah dalam penelitian Takhrîj

al-H adîś Dalam memanfaatkan al-Maktabah al-Syâmilah sebagai alat bantu dalam penelitian takhrîj al-h adîś, ada beberapa menu yang bisa kita manfaatkan: 1. Langkah pertama adalah mencari letak hadis yang kita cari di dalam kitab induk hadis. Dengan cara manual, langkah ini biasa dilakukan dengan menggunakan kitab al-M u’jam al-Mufahrâs li alfaż ahadîś al-Nabawî. Di dalam software al-Maktabah al-Syâmilah, kita bisa menggunakan menu pencarian umum bahś , dengan menuliskan kata kunci hadis yang akan kita cari, dan dipilih kategori mutûn al-h adîś. Gambar 2 Tampilan Menu B ahś al-Maktabah al-Syâmilah 24 Ibid., h.140-141. 25 Ibid. 2. Setelah langkah pertama selesai, hadis yang kita cari akan muncul beberapa tempat dalam kitab hadis yang sesuai dengan kata kunci yang telah dimasukkan. Lalu kita hanya perlu satu klik saja untuk mengetahui hadis tersebut secara lengkap beserta sanadnya. Gambar 3 Hasil Pencarian Hadis dalam al-Maktabah al-Syâmilah 3. Langkah selanjutnya adalah meneliti kualitas para perawi sanad hadis tersebut dengan menu tarâjumbiografi . Maka akan kita ketahui nama lengkap tokoh, tahun wafat, tempat tinggal dan data biografi lain secara lengkap, komentar para ulama tentang tokoh tersebut, hingga nama-nama guru dan murid beliau. Gambar 4 Hasil Biografi Perawi dalam Menu Tarâjum 4. Kemudian mencari nama guru dari perawi tersebut, dengan menekan ikon syuyûkh . Lalu kita cari nama guru dari perawi tersebut. Jika ketemu, kita klik nama guru tersebut, dan akan kita ketahui biografi guru tersebut. Kemudian terus dicari biografi gurunya, sampai yang terakhir, yaitu Nabi SAW. Gambar 5 Hasil Penelusuran Guru-Murid dalam al-Maktabah al-Syâmilah 5. Apabila ada kemungkinan bertemu antara guru dan murid, dan tiap perawinya śiqah kredibel, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hadis tersebut berkualitas şahîh. Jika ada kurang sedikit ke-śiqah-annya, maka hadis tersebut hasan. Apabila ada rawi yang lemah, meskipun satu rawi saja, maka hukum hadis tersebut menjadi đa’îf. 6. Selanjutnya untuk mencari penjelasan isi hadis tersebut, kita membutuhkan kitab syarah. kita bisa menggunakan menu pencarian umum , dengan menuliskan kata kunci hadis yang akan kita cari, dan dipilih kategori Şurûkh al-Hadîś. Lalu kita pilih kitab-kitab penjelasan syarah hadis, diantaranya yang terkenal adalah Fath al-Bâry Syarh Şahîh al-Bukhârî, Şahîh Muslim bi Syarh an-Nawawî, ‘Aun al- Ma’bûd Syarah Sunan Abî Dâwud, Tuhfah al-Ahważî Syarh Jâmî’ at- Tirmi żî, Sunan an-Nasâ’î bi Hasyiyah al-Sindî, dan Sunan Ibnu Mâjah bi Hâsyiyah al-Sindî. 7. Kita pilih informasi-informasi yang memuat penjelasan hadis yang akan kita teliti, kemudian menyusunnya menjadi laporan penelitian takhrîj al- h adîś.

D. Motivasi Belajar Takhrîj al-Hadîś

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. 26 Atau seperti dikatakan oleh Sartain dalam bukunya Psychology motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang. 27 Sedangkan untuk motivasi, Para ahli telah mengajukan beberapa definisi motivasi diantaranya adalah : Menurut M. Alisuf Sabri, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. 28 Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi adalah: “Suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. ” Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk 26 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : C.V. Rajawali, 1990, Cet. XII, h. 73. 27 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2011, Cet. XXV, h. 60. 28 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2001, Cet. III, h. 90.