Teknik Pengumpulan Data METODOLOGI PENELITIAN

42

BAB IV HASIL PENELITIAN NOVEL SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN

DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK DI MAN 1 GROGOL

A. Nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Novel Ranah 3 Warna

karya Ahmad Fuadi. Novel Ranah 3 Warna adalah karya Ahmad Fuadi. Novel ini merupakan novel trilogi ke 2 dari novel Ranah 3 Warna yang terdiri dari 469 halaman. Novel ini memiliki banyak tokoh tetapi dalam penelitian skripsi ini hanya menampilkan tokoh utama ialah, Alif Fikri. Disamping itu adanya banyak latar dari padang sampai ke kanada merupakan salah satu novel yang menambah keunikan dari novel itu sendiri karena mengandung motivasi yang mengajak pembacanya untuk terjun dalam cerita tersebut. Nilai akhlak yang terdapat pada novel Ranah 3 warna dapat diketahui melalui tabel-tabel dialog tokoh Alif Fikri. Ini bertujuan untuk memudahkan kutipan-kutipan nilai akhlak yang terdapat pada novel. 1. Al-Amanah jujur Amanah., dikategorikan kepada sikap dan tingkah laku seseorang, ditunjukkan sebagai berikut oleh tokoh utama yaitu Alif Fikri yang takut melakukan kecurangan berupa perjokian karena dia masih mengingat ajaran ibu dan ajaran di Pondok Madani. “Joki? Aku menggeleng kerang untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan?” Fuadi, 2012:8. Selanjutnya sikap amanah menepati janji Alif Fikri diwujudkan dengan menepati janji yang telah diucapkan kepada Bang Togar untuk menyelesaikan tulisan tepat waktu. Dia berusaha keras untuk menyelesaikan janji tersebut dalam waktu 1 malam dan tinggal 15 menit lagi waktu tersebut habis, maka ia tanpa mandi dan sarapan, langsung memakai sepatu hitamnya. Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan 43 meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayang bayang. Aku tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu. Tinggal 15 menit lagi aku sudah harus ada di kos Bang Togar, tanpa mandi dan sarapan, serabutan aku sambar si hitam. Fuadi, 2012:71. 2. Al-’afwu pemaaf Sikap pemaaf ditunjukkan Alif Fikri ketika ia dengan harus memaafkan sikap Bang Togar yang tegas dan keras, karena ia juga sangat ingin bisa menjadi penulis terkenal. Aku mengambil koran dari ransel dan menunjuk-nunjuk tulisannya yang dimuat. ”Aku ingin bisa menulis seperti ini. Kali ini kalau aku malas, maka taruhanku adalah putus sekolah dan mati kelaparan di sini. Apa pun akan aku hadapi un tuk bisa terus kuliah.” ”yakin tahan? Aku akan didik kau keras seperti dulu, bahkan akan lebih keras. Siap kau” tanyanya dengan nada mengancam. ”Siap, Bang,” kataku mantap. Alu tidak punya pilihan lain untuk menjawab. Fuadi, 2012:140. 3. Sopan santun Sopan santun tokoh utama di buktikan dengan mencium lebih lama tangan ayah dan amaknya selesai sholat berjama’ah. Hanya tangan mereka yang lebih lama aku cium selepas sholat berjama’ah. Ayah dan amak jelas senang sekali melihat anak bujangnya akan kuliah. Fuadi, 2012:71. Sopan santun digambarkan tokoh utama dengan menyebu kata punten sambil melewati warga yang duduk di depan rumah mereka. Aku baru pulang dari kampus di sore yang rintik-rintik. Awan kelabu