Novel ranah 3 warna karya Ahmad Fuadi sebagai alat pendidikan dalam penanaman nilai akhlak siswa

(1)

NILAI AKHLAK SISWA

(Studi Kasus di MAN 1 Grogol - Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: SITI KHODIJAH NIM: 109011000239

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

NILAI AKHLAK SISWA

(Studi Kasus di MAN 1 Grogol - Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh: SITI KHODIJAH NIM: 109011000239

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(3)

(4)

(5)

-,-

Jt. lr. H. Juanda No Ciputat 15412 lndonesia Hal 1t1

SURAT

PERI{YATAAN

KARYA

SENI}IRI

Saya yang bertandatangan di bawah

Nama

Tempat&Tgl. Lahir

NIM

Jurusan I Prodi Judul Skripsi

tnl,

. Siti Khodijah

: Jakarta,04 Mei 1990

: 10901100A239

: Pendidikan Agama Islarn

:"Novel Ranah 3 Warna karya A-hmad Fuadi sebagai Alat

Pendidikan Dalam Penanaman Nilai Akhlak Siswa (Studi

Kasus di MAN

I

Grogol - Jakarta Barat)".

Dosen Pembimbing

:

Dra. Djunaidatul Munawiroh.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya

bertanggung jawab secara akademis atas epa yang saya tulis.

Jakarta, 1 0 Oktober 20 14

MahasiswaYbs.

Siti Khodrjah

NIM. 109011000239 ^AETERAI


(6)

i

ABSTRAK

SITI KHODIJAH, nim 109011000239, NOVEL RANAH 3 WARNA SEBAGAI ALAT PENDIDIKAN DALAM PENANAMAN NILAI AKHLAK SISWA (Studi Kasus di MAN 1 Grogol - Jakarta Barat).

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi, (2) Menggambarkan penggunaan novel sebagai alat pendidikan nilai-nilai akhlak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yang teknik pengumpulan datanya dengan dokumentasi, pencatatan, observasi dan wawancara, dan teknik analisis datanya menggunakan content analisis, yang prosedurnya dengan cara identifikasi, klasifikasi, deskriptif dan penarikan kesimpulan.sedangkan nilai pendidikan yang dianalisis sesuai dengan SK KD kurikulum tingkat MA di Man 1 Grogol, meliputi Nilai akhlak yang terkandung

dalam Novel “Ranah 3 Warna” yang difokuskan pada al-amanah (jujur dan dapat dipercaya), al-„afwu (pemaaf), sopan santun, as-sabru (sabar), ar-rahman (kasih sayang), bertawakkal (berserah diri), bersyukur, ikhlas, at-ta’awun (memberi pertolongan), semangat.

Hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan peneliti terjadi perubahan pada peserta didik terjadi di pertemuan kedua yaitu siswa bersemangat dalam

mempresentasikan hasil tela’ah novel, ketika ditanya apakah kalian mau mengemplementasikan nilai pendidikan akhlak ini dalam kehidupan sehari-hari ?

”dengan serentak siswa menjawab insyaAllah saya akan mempraktekkannya dengan sebisa mungkin walalupun sulit yang dirasa”dalam hal pembelajaran akhlak perubahan siswa ditandai dengan apresiasi siswa dengan mengatakan

”belajar menggunakan novel menyenangkan”. Siswa lain menambahkan belajar menggunakan novel tidak membosankan”. Sehingga dalam pembelajaran ini

muncul minat siswa terhadap novel dan membaca, pola pikir siswa menjadi berubah.


(7)

ii

ABSTRACT

SITI KHODIJAH, Nim 109011000239, RANAH 3 WARNA AS A NOVEL TOOL IN THE INVESTMENT VALUE OF EDUCATION STUDENT MORALS ( Case Study 1 Grogol in MAN - West Jakarta ) .

The purpose of this study is : ( 1) Describe the values contained in the moral education novel " Sphere 3 Colors " by Ahmad Fuadi, ( 2 ) describe the use of the novel as an educational tool moral values .

The method used in this study is a qualitative method, the data collection techniques with documentation, recording, observation and interviews, and data analysis technique using content analysis, a procedure by way of identification, classification, descriptive and withdrawal kesimpulan.sedangkan educational values were analyzed according by SK KD MA level curriculum in Man 1 Grogol, including moral value contained in the novel " Sphere 3 Colors " which focused on al - trustworthy ( honest and trustworthy ), al - 'afwu ( forgiving ), good manners, as- sabru ( patient ), ar - rahman ( affection), put their trust ( surrender ), grateful, sincere, at- ta'awun ( quilt ), spirit .

The observation and observations conducted by researchers there is a change in the learner occurs in the second meeting of the students presented the results tela'ah excited in the novel, when asked whether you want mengemplementasikan moral education value of this in everyday life ? " The students replied in unison inshaAllah I will practice as much as possible with hard walalupun perceived " character in terms of changes in student learning is characterized by students' appreciation by saying " learn to use the novel fun " . Another student adds learning to use the novel is not boring " . Thus, in this study appear to the student's interest and reading the novel, students mindset be changed .


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Bismillahirrahmanirrahim. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan curahan kasih sayang dan rahmat-Nya kepada hamba-Nya ini. Dengan bimbingan dan pertolongan-Nya serta mengucapkan Alhamdulillahhirobbil‘alamin, penulisan skripsi dengan judul

“Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi Sebagai Alat Pendidikan Dalam Penanaman Nilai Akhlak Siswa” telah terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan juga pengikutnya.

Penelitian ini penulis ajukan untuk menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Islam di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI atas arahannya kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Ibu Marhamah Lc.Ma selaku Sekertaris Jurusan atas arahan dan bimbingannya kepada panulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Djunaidatul Munawaroh, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang selalu sabar dalam mengarahkan penulis ketika banyak kesalahan penyusunan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. M. Dahlan, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

6. Ibunda Erniawati, Ayahanda Hasan Nasution dan Nenek Nur’ainun

tercinta tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang dan dukungan moral,

materil dan do’a yang tiada henti sehingga memberikan motivasi yang luar


(9)

iv

juga adik-adikku tersayang Siti Aisyah dan Muhammad Nur Ilham yang tak henti-hentinya mengingatkan sang kaka akan skripsi yang sudah harus segera diselesaikan.

7. Teman-teman mahasiswa PAI yang “baik hati”, Adrikni Adhuha, Khaleda Zia, Sayyidah Ahmad, Wiwi Sawiyah, Debby Febiani, dan Anggie Febiana yang telah memberikan pengalaman dan pembelajaran berharga yang penulis dapatkan selama penulisan skripsi ini. Terima kasih telah menerimaku diantara kalian yang hebat. Mari bersama kita gapai senja yang kita impikan bersama!!! S2 menanti kita di Amerika kawan.

8. Seluruh Ibu dan Bapak guru MI Jam’iyyatil Huda, khususnya bapak Sutejo. S.Ag selaku Kepala Sekolah MI Jami’iyyatil Huda yang telah memberikan banyak izin kepada peneliti ketika menyelesaikan skripsi ini, dan Pak Aminullah Zakir yang memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

9. Kepala Sekolah Man 1 Grogol Bapak H. Hanapi yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Madrasah Aliyah tersebut. 10.Ibu Farida selaku Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak yang telah memberi

kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk melakukan penelitian di kelas.

11.Siswa-siswi kelas X dan XI Man 1 Grogol atas kesediaannya menjadi subyek penelitian-ku yang selalu terkenang di hati.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan bimbingan pihak-pihak tersebut selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesan sempurna. Akhirul kalam, penulis mengharakan agar skripsi ini nantinya bisa bermanfaat bagi pembaca semuanya. Wassalam.

Jakarta, 21 September 2014

Siti Khodijah


(10)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah... 6

C. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Konsep Pendidikan Akhlak ... 9

1. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 9

2. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 11

3. Macam-macam Akhlak ... 13

4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dalam Kurikulum MA bagi Siswa ... 26


(11)

vi

B. Alat Pendidikan ... 30

1. Pengertian Alat Pendidikan ... 30

2. Jenis Alat Pendidikan ... 31

3. Memilih Alat Pendidikan ... 33

4. Alat Pendidikan dalam Penanaman Akhlak Siswa bagi ... Kurikulum MA ... 34

C. Novel sebagai Alat Pendidikan Akhlak ... 35

D. Penelitian yang Relavan ... 37

E. Asumsi Penelitian ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Tujuan Penelitian ... 39

B. Fokus Penelitian ... 39

C. Sumber Data ... 39

D. Metode Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 41

G. Interpretasi Data ... 42

H. Teknik Penulisan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN PENERAPAN STRATEGI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK MENGGUNAKAN NOVEL ... 43

A. Nilai pendidikan akhlak dalam novel Ranah 3 Warna ... Karya Ahmad Fuadi ... 43

1. Amanah (jujur dan dapat dipercaya) ... 43

2. Pemaaf ... 44

3. Sopan Santun ... 44

4. As-sabru (sabar) ... 46

5. Kasih sayang ... 47


(12)

vii

7. Bersyukur ... 47

8. Ikhlas ... 49

9. At-Ta’awun (memberi pertolongan) ... 49

10.Semangat ... 50

B. Relevansi nilai akhlak dalam novel Ranah 3 Warna dengan ... Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dengan KTSP MA ... 52

C. Pelaksanaan pembelajaran akhlak secara kontekstual dengan .... menggunakan novel sebagai alat dalam pendidikan akhlak ... 55

D. Interpretasi Data ... 63

BAB V PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Uji Referensi

Lampiran 2 Biografi Pengarang Novel Ranah 3 Warna

Lampiran 3 Lembar Analisi Novel

Lampiran 4 Sinopsis Novel

Lampiran 5 Nilai Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam novel

Lampiran 6 Kurikulum SK KD Man 1 Grogol

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 8 Dokumentasi Pembelajaran Akhlak menggunakan Novel

Lampiran 9 Surat Permohonan Izin Penelitian


(14)

1

A. Latar Belakang

Kedudukan akhlak di dalam Islam sangatlah penting, dan wajib bagi setiap muslim untuk berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki akhlak yang mulia sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan agama Islam itu merupakan agama akhlak, agama yang mengajarkan tentang tata krama, adab, dan yang lainnya. Oleh karena itu, terkadang seseorang dengan akhlaknya bisa mendapatkan penerimaan yang baik di tengah-tengah masyarakat. Dan banyak orang yang melihat dan menilai seseorang itu dari tingkah laku dan akhlak kepribadiannya, sebelum dari hal yang lainnya.1

Sudah menjadi hal pasti dan tidak bisa ditawar lagi, dalam diri manusia ada yang namanya nafsu yang selalu mendorong jiwa pada hal yang negative dan perbuatan yang jelek. Disadari atau tidak nafsu ini, adalah semacam energy negatif yang terus memicu pada arah yang keji dan tidak diridhai oleh Allah SWT.

Dewasa ini kenakalan atau kejahatan yang dilakukan remaja cenderung meresahkan masyarakat. Perbuatan mereka para remaja bukan hanya melawan hokum semata akan tetapi sampai kepada perbuatan yang melanggar norma masyarakat. Misalnya penjambretan dan keberandalan dijalan-jalan ramai, tindak-tindakan kekerasan oleh kelompok remaja, penganiayaan berat, pemerkosaan sampai pada pembunuhan secara berancana, pemerasan disekolah-sekolah terhadap murid yang lemah yang mempunyai orang tua yang kaya raya. Terdapat pula banyak pelanggaran terhadap norma-norma susila timbul masalah pelacuran baik secara terang-terangan maupun terselubung lewat praktek seks bebas, cinta

bebas, “kumpul kebo”, permainan “babi mabuk” yaitu gadis-gadis remaja yang

1

Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, Keutamaan dan Pentingnya Akhlak Mulia – Bagian

ke-1 – Kitab Fiqhul Akhlaq,http://www.radiorodja.com/ diakses pada senin, 22 September 2014, pukul 12.30


(15)

melacurkan diri tanpa imbalan uang, serta perkelahian massal antarkelompok dan antarsekolah. Perbuatan-perbuatan remaja tersebut bersifat melawan hokum dan anti social karena pada dasarnya perbuatan tersebut tidak disukai oleh masyarakat.2

Jika ia bersama teman sebaya adakalanya remaja menghabiskan waktu senggangnya dengan ngobrol, bermain gitar, nongkrong di mall, di pinggir jalan sambil menggoda remaja yang lain jenis ( remaja wanita ) yang sedang lewat.

Karena itu pada umumnya banyak remaja yang rendah moralnya, jiwanya tak tertanam nilai-nilai akhlak karimah sehingga hilang kendali padahal remaja adalah harapan bangsa. Di tangannya lah ada masa depan bangsa. Karena tegak runtuhnya suatu bangsa tergantung pada akhlak bangsa tersebut.

Untuk membentuk perilaku remaja yang berakhlak karimah tidak terjadi dengan seketika, tetapi harus melalui proses pengarahan, pembimbingan dari segala elemen terutama pendidikan.

Dalam system pendidikan nasional Pemerintah telah mendukung proses terjadinya pendidikan untuk menumbuhkan akhlak karimah pada remaja, seperti Fungsi dan tujuan utama pendidikan adalah dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 sebagai berikut:

Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Pendidikan merupakan usaha sadar membimbing dan menumbuhkan nilai-nilai pendidikan agar siswa berakhlak karimah, senantiasa beribadah kepada-Nya

2

Kartono Kartini, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Cet ke-10, h 103

3 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun


(16)

dan kelak menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Untuk membentuk kepribadian siswa yang berakhlak karimah, pembinaan akhlak dilakukan sejak dini mulai dari lingkungan keluarga, kemudian dilanjutkan dengan lingkungan sekolah.

Dalam hai ini sekolah memiliki peran penting dalam penanaman nilai-nilai akhlak siswa. Di sekolah nilai-nilai akhlak dipelajari dalam mata pelajaran khusus antara lain : mata pelajaran PAI dan PKN. Kedua mata pelajaran tersebut sarat akan nilai-nilai akhlak. Pembinaan akhlak siswa di sekolah selain melalui pelajaran khusus yang tercatat dalam kurikulum, juga dapat melalui penciptaan

suasana lingkungan sekolah atau “budaya sekolah yang berakhlak”.

Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai yang dianut oleh kepala sekolah dan guru-guru serta karyawan yang ada di sekolah tersebut. Dari pemikiran itulah muncul bentuk nilai yang diyakini bersama dan kemudian nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama pembentuk budaya sekolah.4

Tetapi sekolah yang seharusnya efektif dalam membina akhlak siswa, namun kenyataannya masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, penyalahgunaan obat terlarang, tawuran pelajar dan terjadinya dekadensi akhlak pada siswa. Permasalahan itu dikarenakan pembelajaran akhlak di kelas yang kurang menyentuh aspek kognitif.

Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran, diantaranya pendekatan kontekstual, pendekatan konstruktivisme, pendekatan deduktif-induktif, pendekatan konsep, pendekatan proses, pendekatan sains, teknologi dan masyarakat.

Dalam hal ini pembelajaran guru dapat menggunakan pendekatan kontekstual agar pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi agar

4

Muhaimin, Manajemen Pendidikan Aplikasi dalam Penyusunan Rencana


(17)

nilai-nilai yang di pelajari siswa senantias terkait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya

Dengan ini dalam pembelajaran guru dapat memberikan sentuhan perasaan dalam kata hati siswa. Yang dikatakan kata hati, ialah perasaan halus yang sering disebut intuisi.

Intuisi adalah perasaan spontan yang dirasakan manusia di saat menghadapi situasi tertentu.5 Intuisi dimiliki oleh setiap manusia termasuk kalangan remaja. Jika kata hati berfungsi dengan baik maka seseorang akan bertindak secara spontan tanpa melakukan pertimbangan.

Untuk mengasah kata hati atau intuisi siswa dalam pembelajaran siswa bisa diajak membahas masalah penyimpangan moral remaja, dampak yang membahayakan bagi masa depan mereka serta membimbing dan memberikan arahan cara mengatasi dan menghindarinya atau dalam pembelajaran bisa ditampilakan macam-macam akhlak karimah, beserta tokoh atau sosok yang memerankannya Dengan demikian siswa akan tersentuh hati nuraninya, tumbuh kesadaran untuk menghindari hal-hal yang buruk dan menerapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-harinya.

Agar pembelajaran akhlak menarik perlu memanfaatkan media yang mampu menumbuhkan wawasan berfikir siswa. Salah satu media yang dapat memperkaya wawasan siswa yaitu buku, suplemen artikel, jurnal, berita Koran, buku cerita, novel, cerpen dan lain-lain. Dengan media cetak ini diharapkan siswa dapat mengembangkan wawasan dan menumbuhkan kesadaran berakhlak karimah pada siswa.

Dewasa ini banyak terbit karya-karya novel yang bernuansa percintaan, bernuansa seperti komik lengkap dengan gambar-gambar, juga tidak ketinggalan bernuansa religi. Salah satu novel yang digemari remaja adalah Novel Ranah 3 Warna yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. Dalam novel ini sarat akan nilai-nilai

5

Muhayidh makmun, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, ( Jakarta: Pustaka


(18)

moral, mengandung nilai religi yang kuat akan pendidikan akhlak Di dalamnya diperankan tokoh alif fikri yang memiliki figur karakteristik tegas, disiplin, berani, terkenal, cerdas-pandai, berbakat, berkharisma, berwibawa dan rendah hati.

Sehubungan dengan itu penulis berminat untuk membahas masalah ini dalam skripsi ini dengan judul: “Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi sebagai Alat Pendidikan Dalam Penanaman Nilai Akhlak Siswa (Studi Kasus di MAN 1 Grogol - Jakarta Barat)”.

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang mungkin timbul setelah penlis mengidentifikasinya, sebagai berikut:

Penyimpangan akhlak terjadi dikalangan remaja, antara lain:

1. Pembelajaran yang membosankan.

2. Pembelajaran yang tidak efektif dalam penanaman akhlak kurang menyentuh kata hati siswa.

3. Pembelajaran yang tidak kontekstual atau kurang mengaitkan dengan kehidupan nyata

4. Pembelajaran di kelas kurang melibatkan siswa dalam hal memecahkan masalah.

5. Pembelajaran kurang mengembangkan wawasan berfikir siswa karena terbatasnya media.

6. Novel sebagai alat pembelajaran akhlak belum banyak di manfaatkan oleh guru PAI.

C. Pembatasan Masalah.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut disimpulkan bahwa telah ditemukan berbagai persoalan dalam pembelajaran Akhlak baik yang berkaitan dengan siswa maupun proses pembelajaran. Penulis memfokuskan pada upaya penanaman akhlak melalui novel, dengan membahas:


(19)

1. Pembelajaran akhlak menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran mengaitkannya dengan kehidupan nyata

2. Pendidikan akhlak yang terdapat di dalam novel Ranah 3 Warna yang dalam penelitian ini hanya dibatasi pada nilai-nilai akhlak yang terdapat pada kurikulum KTSP tingkat MA yang dikembangkan oleh MAN 1 GROGOL.

3. Penanaman akhlak dalam pembelajaran menggunakan novel Ranah 3 Warna sebagai alat dalam penanaman akhlak, berikut ini akhlak yang ingin ditanamkan kepada peserta didik, yaitu:

a. al-amanah (jujur dan dapat dipercaya) b. al-„afwu (pemaaf)

c. sopan santun d. as-sabru (sabar)

e. ar-rahman (kasih sayang) f. bertawakkal (berserah diri) g. bersyukur, ikhlas

h. at-ta’awun (memberi pertolongan) i. semangat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

 Bagaimana penggunaan Novel sebagai Alat dalam pembelajaran Akhlak pada siswa MA yang relavan dengan KTSP, rincian perumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Nilai-nilai akhlak apa saja yang terkandung dalam Novel “Ranah 3

Warna” ?

2. Adakah relevansi nilai-nilai akhlak dalam novel yang terkandung dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MAN 1 GROGOL? 3. Bagaimana menggunakan Novel Ranah 3 Warna sebagai alat dalam


(20)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam

Novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi.

2. Mengetahui relevansi nilai-nilai akhlak dalam novel yang terkandung dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MAN 1 GROGOL. 3. Menggambarkan penggunaan novel sebagai alat pendidikan nilai-nilai

akhlak dalam pembelajaran.

F. Kegunaan Penelitian Ini Diharapkan Dapat :

1. Memberikan khazanah islam terhadap pendidikan Akhlak.

2. Memberi masukan tentang sumber belajar lain yaitu novel, yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran akhlak untuk menanamkan nilai-nilai akhlak.

3. Memberi masukan tentang cara penggunaan novel yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran khusus tentang nilai-nilai akhlak.

4. Memberi kontribusi dalam pengembangan peneliti selanjutnya khususnya dalam bidang akhlak.


(21)

8

A. Konsep Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Sebelum penulis mengemukakan pengertian Pendidikan Akhlak, ada baiknya dikemukakan terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan dan akhlak secara terpisah.

Adapun pengertian pendidikan dapat dipaparkan sebagai berikut:

Menurut Zuhairini, Pendidikan meliputi semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah dan rohaniah.1

Menurut pendapat Zuhairini di atas bahwa pendidikan ialah segala sesuatu yang dilakukan orang dewasa untuk menciptakan generasi penerus yang paham dan sadar akan fungsi hidupnya di dunia dalam hal jasmani dan juga rohani.

Pendapat ini diperkuat oleh, S.A. Branata,dkk yang dikutip oleh Drs. H.M.

Alisuf Sabri dikatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. 2

Kedewasaan yang dimaksud di atas ialah peserta didik mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga dalam perilakunya sehari-hari ia telah bisa mengaplikasikan kebiasaanya baiknya.

Dalam pendidikan, akhlak ditanamkan kepada jiwa anak melalui nilai-nilai kebajikan yang bersumber dari ajaran islam, maka menurut Dr.Hamka sebagai berikut;

1

Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2009), Cet ke-5, h. 92 2

Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet ke-1, h. 6


(22)

Dr. Hamka Abdul Aziz dalam bukunya Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati bahwa, Pendidikan adalah upaya sadar dari orang tua atau lembaga pendidikan untuk mengenalkan anak(peserta didik) kepada Allah, Tuhan yang telah menciptakannya, agar dia bisa menggunakan seluruh potensi yang telah Allah anugerahkan beribadah kepada-nya dalam rangka mensyukuri nikmat-Nya, dan untuk berbuat baik kepada sesama makhluk dengan selalu mengutamakan kemuliaan akhlak.3

Dari beberapa pengertian yang penulis paparkan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan, pelayanan, arahan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik atau orang dewasa kepada peserta didik melalui berbagai pengetahuan, pengalaman dan kecakapan untuk dapat mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya agar dapat bernilai positif dalam masyarakat secara jasmani dan rohani.

Menurut Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulum Ad-Din, hlm 56 yang dikutip oleh Yatimin Abdulloh bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 4

Yang dimaksud dengan sifat ialah keadaan jiwa dapat mempertahankan nilai-nilai baik dipelopori, dipraktekkan dan dibiasakan pada seseorang sehingga benar-benar tertanam dalam jiwa dan menjadi watak.

Hal ini senada dengan pendapat Farid Ma’ruf yang dikutip oleh Yatimin

Abdulloh mengatakan akhlak ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.5

Maksud perbuatan yang dilahirkan dengan mudah tanpa pikir lagi di sini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki. Jadi perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu benar-benar sudah

3

Hamka Abdul Aziz, Pendidikan Karakter berpusat pada hati, (Jakarta: Al-Mawardi

Prima, 2011), Cet ke-1, h. 73 4

Abdulloh Yatimin, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), Cet ke-1 h. 4

5 Ibid


(23)

merupakan “azimah”. Yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan, oleh karenanya jelas perbuatan itu memang sengaja dikehendaki adanya. Hanya saja perbuatan seperti itu dilakukan secara kontinyu, seeing sudah menjadi adat/kebiasaan untuk melakukannya.6

Dari beberapa pengertian akhlak di atas dapat diambil kesimpulan bahwa akhlak adalah nilai-nilai baik yang tertanam dalam jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan yang sesuai dengan nilai akhlak sehingga terpancar dalam perbuatan secara reflektif dan dapat mempertahankannya tanpa pamrih.

Jadi pada hakikatnya ialah jika nilai yang telah tertanam pada jiwa seseorang maka ia secara tidak sengaja akan melakukan perbuatan akhlak baik tersebut tanpa ada dorongan dari seseorang, tanpa ada yang memerintahkan ia berbuat demikian. Karena ia telah melaksanakannya secara terus menerus dalam kesehariannya.

Setelah mengetahui pengertian dari pendidikan dan akhlak maka penulis menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak ialah usaha sadar seorang dewasa dalam membimbing, mengarahkan dan membiasakan peserta didik mengamalkan nilai-nilai akhlak dalam kegiatan hidup sehari-hari agar pribadi peserta didik lama-kelamaan menjadi manusia berakhlak karimah, yang berperilaku sesuai dengan aturan nilai-nilai akhlak secara konsisten.

2. Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak dan pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sehinggan tujuan pendidikan akhlak erat hubungannya dengan tujuan pendidikan islam.

Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi tujuan pendidikan akhlak mulia

dalam islam adalah “Membentuk orang-orang bermoral baik, keras kemauan,

6


(24)

sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, berperangai, bersifat bijaksana, sopan, ikhlas, jujur dan suci.7

Dengan kata lain, pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki fadilah (keutamaan) maka, jika semua sifat diatas telah tertama, seperti: keras kemauan selalu berusaha dalam mengerjakan segala sesuatu tanpa berpangku tangan kepada orang lain, berperangai baik kepada orang yang lebih tua darinya, menyayangi kepada orang yang lebih muda darinya, dapat juga bersifat bijaksana dalam menghadapi kesulitan yang ada dalam kehidupan kesehariannya, dan menjaga kesuciannya dari perbuatan-perbuatan yang dapat menzolimi dirinya juga orang lain, sungguh seseorang ini telah tercapai tujuan pendidikan akhlak yang tertanam disekolah, melalui pengajaran dan pembiasaan.

Pendapat di atas diperkuat oleh Mahmud Yunus dalam bukunya Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk putera, puteri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab sopan santun, baik tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya.8

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak mulia adalah untuk menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT dan pengembangan rasa kemanusiaan kepada sesama serta membawa anak didik kepada pembinaan mental yang sehat, moral yang tinggi dan pengembangan bakat sehingga anak itu dapat merasa lega dan tenang dan dalam pertumbuhan jiwanya tidak goncang. Karena kegoncangan jiwa dapat menyebabkan mudah terpengaruh oleh tingkah laku kurang baik.

Sedangkan menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, tujuan akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi masyarakat.9

7

Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Dari

Attarbiyatul Islamiyah oleh H.Bustami A.Gani dan Juhar Bahri, (Jakarta:Bulan Bintang, 1984), Cet ke-4, h.109

8

Mahmud Yunus, Pendidikan dan Pengajaran, ( Jakarta: PT. Hidakarya Agung, ), h. 22

9

Omar M.Al-Toumy, Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: BUlan BIntang, 1979), Cet ke-2, h. 345


(25)

Tujuan akhlak sesuai dengan ajaran yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadits yang diharapkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang berakhlakul karimah agar ia behagia didunia juga diakhirat karena senantiasa mengerjakan sesuatu diniatkan hanya beribadah kepada Allah.

3. Macam-Macam Akhlak

Menurut Barmawi Umary yang dikutip oleh M. Yatimin Abdullah dalam bukunya Studi Akhlak dalam perspektif Al-Qur’an10, ada dua jenis akhlak dalam Islam, yaitu akhlaqul karimah (akhlak terpuji), dan akhlaqul madzmumah (akhlak tercela).

a. Akhlaqul Karimah (akhlak terpuji) ialah akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, antara lain:

1) Al-amanah (jujur dan dapat dipercaya)

Amanah maksudnya ialah jika dititipkan sesuatu maka ia menjalankanya dengan sebaik-baiknya dan menyampaikan amanat itu kepada yang berhak menerimanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 58:





Artinya: ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. (Q.S-An-Nisa ayat 58)11

Sifat amanah seperti ini dapat berupa kejujuran, yaitu jika berkata kepada orang lain atau melakukan segala sesuatu sesuai dengan fakta dan keadaan tidak dilebih-lebihkan atau dikurang-kurangkan. Dapat pula berupa menepati janji, orang yang menepati janji seperti orang yang amanah atau dapat dipercaya. maka

10

M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:Amzah,

2007), Cet ke-1, h.12 11

Irving Ballantine Thomas, dkk, Inti Ajaran Islam: Paradigma Perilaku Duniawi dan


(26)

orang seperti ini akan dimasukkan Allah ke dalam surge Firdaus dan tinggal disana selama-lamanya. Seperti dalam firman Allah SWT:































Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.(Q.S.

Al-Mu’minun8-11)12

2) Al-„Afwu (pemaaf)

Manusia tiada luput dari kesalahan. Maka berbesar hati untuk menerima maaf atau meminta maaf kepada seseorang walaupun kita berada di kondisi tidak bersalah merupakan kemuliaan akhlak. Berlemah lembut, tiada mendemdam serta mohon ampun kepada Allah. Seseungguhnya Allah yang Maha Mengetahui atas segala situasi. Dalam Al-Qur’an dikatakan:







Artinya: Dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nur: 22)13

3) Sopan Santun

Sikap sopan santun dalam bertutur kata, dengan senyum menghiasi bibir, memberi salam kepada orang lain dengan salam yang baik, maka orang lain akan

12

Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 176 13


(27)

dapat menghargai dan menghormati kebaikan seseorang dan Allah SWT pun akan memperhitungkan segala sesuatu.

Al-Qur’an mengatakan:











Artinya: Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(Q.S. An-Nisa: 86)14

4) As-Sabru (sabar)

Sabar artinya tahan menderita. Sabar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: sabar meninggalkan larangan agama, sabar menjalankan perintah agama, sabar menerima ujian dan cobaan dari Allah. 15

Mempunyai sifat sabar, walaupun pada hakikatnya sabar tidak mudah dilakukan apalagi jika di waktu kesusahan atau kesulitan, ada ganjaran bagi orang-orang yang sabar, yaitu seperti firman Allah dalam Al-Qur’an:













14

Irving Ballantine Thomas, dkk. H, 185 15


(28)

Artinya: Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (Q.S. A-Zumar: 10)16

5) Kasih Sayang

Pada dasarnya sifat kasih sayang (ar-rahman) adalah fitrah yang dianugerahkan Allah kepada makhluk. Islam menghendaki agar sifat kasih sayang dan belas kasih dikembangkan secara wajar, kasih sayang mulai dari dalam keluarga sampai kasih sayang kepada hewan sekalipun.17

Dalam Q.S Al-Fushshilat dikatakan tidak sama antara kebaikan dan kejahatan. Jika mendapatkan kejahatan dari orang lain maka balasan yang baik adalah tepat kepada orang tersebut. Niscahaya jika terjadi permusuhan antara 2 orang maka akan menjadi teman dan keluarga dekat.

Maka surga-surga bersama orang yang saleh. Q.S. Ar-Rad ayat 22-23:





























Artinya: Menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.18

16 Ibid 17

M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, H.43

18


(29)

6) Bertawakkal (At-Tawakkal)

Dalam Q.S Al-Huud ayat 123, sebagai berikut :







Artinya: Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.

Tawakkal adalah berserah diri kepada Allah SWT, dengan menyerahkan segala sesuatu sesuai kehendaknya, setelah ia melakukan segala sesuatu dengan semaksimal mungkin. Jika upaya, usaha dan tenaga telah dikerahkan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan, maka tawakkal jalan satu-satunya setelah itu. Karena tanpa tawakkal orang yang ingin sesuatu jika tidak tercapai maka ia akan menjadi strees dan mungkin akan menjadi gila

7) Bersyukur (Asy-Syukru)

Syukur berasal dari kata Bahasa Arab yaitu syakara, yaskuru, syukronan yang berarti terima kasih, memuji dan semoga memberi pahala.19 Menurut Nurcholish Madjid yang dikutip oleh Sudirman Tebba, sikap syukur diwujudkan dengan pujian kepada Allah dengan mengucapkan hamdalah, yang artinya segala puji bagi Allah.20







Artinya : ”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.(Q.S. Al-Baqoroh ayat 152)

19

Sudirman Tebba, Hidup bahagia Cara Sufi, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2007), Cet II, h.31 20


(30)

Syaikh Muhammad bin „Ubad dalam kitabnya “Syarhul Hukmi” berkata syukur

itu ada tiga21:

1. Syukur dengan hati, menyadari bahwa semua nikmat-nikmat itu adalah dari Allah semata.









Artinya: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.(Q.S. An-Nahl: 53)

2. Syukur dengan lisan dengan banyak mengucapkan tasbih dan tahmid.







Artinya: Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.(Q.S.Ad-Dhuha: 11)

3. Syukur dengan Anggota badan, dengan beramal saleh











Artinya: Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.(Q.S. Saba:34)

21


(31)

8) Ikhlas

Ikhlas berarti tulus hati. Kata “ikhlas” berasal dari kata kerja “Khlasha”

yang berarti murni, jernih, bersih, tak tercampur, sampai, lepas/ bebas dari, terhindar, selamat dari, memisahkan diri dari, dan habis. Dalam tasawuf ikhlas berarti melaksanakan ibadah dan amal perbuatan semata-mata karena Allah. Ibadah dan amal perbuatan dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, tanpa yang lain, tidak dibuat-buat, tidak ditujukan kepada makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau maksud lain selain Allah.22

Dalam surat Al-An’am ayat 162-163 sebagai berikut :



















Artinya: ”Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,

hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".

(Q.S. Al-An’am ayat 162-163)

Jika manusia telah mempunyai sifat ikhlas dalam dirinya, maka ciri-ciri orang yang telah memiliki sifat ikhlas dalam dirinya adalah23 :

a) Bersemangat untuk beramal demi agama

b) Amalan yang dilakukan secara diam-diam lebih banyak dari yang terang-terangan

c) Bersegera untuk beramal dan meraih pahala d) Sabar, menahan diri dan tidak mengeluh

e) Bertekad untuk menyembunyikan amal kebaikan

f) Melakukan sesuatu dengan baik dan maksimal ketika sedang sendiri g) Membanyak amalan di kala sendiri.

22

Sudirman Tebba, Hidup bahagia Cara Sufi, H. 59 23

Syekh Muhammad Shalih Al-Munajid, Jagalah Hati Raih Ketenangan, ( Jakarta:


(32)

9) Memberi Pertolongan

Sesama muslim bersaudara antara laki-laki dan perempuan, maka seyogyanya saling tolong menolong dalam kebaikan adalah hal yang wajib dilakukan. Sebab tidak mungkin seorang manusia itu akan dapat hidup sendiri-sendiri tanpa menggunakan cara pertukaran kepentingan dan kemanfaatan dari orang lain.

Dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2:









Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. 24

10)Semangat

Semangat gambaran sikap seseorang ketika ingin mengungkapkan minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan, dan kegigihan dalam mewujudkannya. Dalam hal ini semangat untuk mencapai sesuatu disertai dengan semangat untuk mencapai ridho Allah.

b. Akhlaqul madzmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut Islam, antara lain:

1. Ananiyah (egois)

Ananiyah adalah sifat egois yang ada dalam diri manusia yang dapat merugikan dirinya sendiri, karena sikap ananiyah ini sangat mementingkan kehidupan sendiri tanpa memandang orang lain yang ada disekitarnya. Manusia adalah makhluk social yang memerlukan bantuan orang lain, jika bersikap seperti

24


(33)

ini maka ia tidak akan diperdulikan orang lain, otomatis akan mempersempit jangkauan hidupnya didunia yang sangat luas ini.

2. Al-Bukhlu (bakhil, kikir, pelit)

Orang kikir itu ada dua macam: pertama, orang kikir yang tidak mengajak orang lain untuk berlaku kikir. Kedua, orang kikir yang mengajak orang lain berlaku kikir. Golongan inilah yang senantiasa menghambat kemajuan dan menghalangi berdirinya amal-amal kebajikan untuk umum. Golongan ini dimusuhi manusia dan tidak disukai Allah.25

Dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat 37 dijelaskan sebagai berikut:





















Artinya: (yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan Menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir[296] siksa yang menghinakan.

[296] Maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.

3. Al-Kadzab (pembohong)

Al-kadzab adalah sifat pembohong yang ada dalam diri seseorang, ia selalu mengada-ada sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Orang seperti ini tidak akan dipercaya orang lain.

25M.’Ali Alhamidy,

Jalan Hidup Muslim, (Bandung:PT. Al-Ma’arif, 1977), Cet VII, h. 132


(34)

Dalam Al-Qur’an, surat Al-Furqaan ayat 72 dijelaskan sebagai berikut:









Artinya: dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.26

4. At-Takabbur (sombong)

Takabbur atau sombong ialah suatu keadaan yang ada dalam diri manusia dan tercermin pengaruh-pengaruhnya, dimana seseorang melihat dirinya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan orang lain. Seseorang yang sombong memandang dirinya memiliki kedudukan dan keutamaan, karena hilangnya kenyataan dari pandangannya, dan ia berada dalam persepsi yang salah. 27

Jika seseorang telah diberikan kelebihan dari allah melebihi orang-orang disekitarnya maka ia akan bersikap sombong, kecuali orang yang mempunyai iman yang mengaggap sesuatu kelebihan yang dimilikinya adalah anugerah Allah SWT, maka tidak pantas untuknya bersikap takabbur atau sombong.

Dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqorah ayat 34 dijelaskan sebagai berikut:





26

Sukmadjaja Asyarie dan Rosy Yusuf, Indeks Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 2000), Cet

ke-IV, H. 15 27

Syahid Dastaghib, Menuju Kesempurnaan Diri:Wacana Seputar akhlak, Terj. Dari


(35)

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.

[36] Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.

5. Al-Khiyanah (Sifat Penghianat)

Al-khiyanah ialah sifat manusia yang tidak boleh ditiru, seseorang yang mempunyai sifat penghianat biasanya jika berbicara selalu bermanis-manis tutur kata tetapi jika telah berlalu ia membicarakan segala kejelekan orang tersebut. Orang seperti ini senang tidak memperoleh keuntungan dari tindakannya itu.

Dalam Al-Qur’an, surat An-Nisa ayat 105 dijelaskan sebagai berikut:















Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat.28

6. Al-Zhulmun (Sifat Aniaya)

Al-zulmun ialah sifat manusia yang biasa menganiaya orang lain. Memperlakukan seseorang sesuka hatinya tanpa mengetahui penderitaan yang ia alami akibat perbuatan kita. Sifat ini dapat memutuskan ikatan persaudaraan diantara sesama manusia.

28


(36)

Dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqorah ayat 54 dijelaskan sebagai berikut:





















Artinya: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada

kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."29

7. Al-Jubnu (Sifat Pengecut)

Al-jubnu ialah rasa takut yang kadang dialami manusia. Biasanya ia selalu ragu-ragu dalam bertindak. Sifat ini tidak boleh dimiliki karena dapat menyebabkan kekalahan, sudah menganggap dirinya gagal sebelum berusaha.

8. Al-Ghibah (mengumpat)

Dalam Q.S Al-Hujurat ayat 12, sebagai berikut:









29


(37)











Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Ayat diatas merupakan larangan bagi mukmin untuk berprasangka dan mencari-cari kesalahan orang lain tanpa alasan. Karena sikap seperti ini berdosa, maka hendaknya kita menjauhinya, agar kita tidak terjerumus dalam dosa.30 Orang seperti ini diumpamakan seperti orang yang suka memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati.

9. An-Namimah (adu domba)

Penyebab terjadinya namimah adalah keinginan untuk menimbulkan kejahatan antara manusia. Ketika manusia merasa lemah untuk merealisasikan keinginannya atau mencegah bahaya (terhadap dirinya), usahanya akan beralih kepada penjatuhan martabat seseorang di hadapan yang lainnya. Hal itu mungkin dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, atau dia sendiri terlepas dari permusuhan mereka. 31 Dalam firman Allah surat Al-Qalam : 10-13, sebagai berikut:

























30

Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Penyakit-Penyakit Hati, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2000) Cet ke-5, H. 71

31


(38)

Artinya: Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah. yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya.

Dari uraian tentang akhlaqul karimah diatas dapat dilihat bahwa orang yang memiliki akhlaqul karimah senantiasa hidupnya bahagia, hatinya akan tenang tanpa ada rasa takut karena berakhlak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadits di akhirat pun akan mendapatkan imbalan dari Allah tetapi sebaliknya orang yang berakhlaqul madzmumah maka hidupnya menjadi tidak bahagia, dihatinya tertanam rasa takut karna selalu berbuat salah dan pada hari akhirat akan mendapatkan azab dari Allah Swt sesuai dengan apa yang ia kerjakan semasa di dunia.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak dalam kurikulum MA bagi siswa

Menurut lampiran KTSP Madrasah Permenag no. 2 tahun 2008. Tentang standar isi di MA terdapat beberapa materi pendidikan akhlak yang di ajarkan di madrasah yang menggambarkan ruang lingkup Akhlak, antara lain:

a. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal.

b. Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad.

Berikut ini SK dan KD Akhlak pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MA Kelas X dan XI


(39)

Kelas/

Semester Standar kompetensi Kompetensi dasar

X/I

Memahami masalah akhlak dan metode peningkatan kualitas akhlak

1.1 Menjelaskan pengertian akhlak

1.2 Menjelaskan induk-induk akhlak terpuji dan induk-induk akhlak tercela

1.3 Menjelaskan macam-macam metode peningkatan kualitas akhlak

1.4 Menerapkan metode-metode peningkatan kualitas akhlak dalam kehidupan

X/II

Membiasakan perilaku terpuji

a. Menjelaskan pengertian dan pentingnya

husnuzh-zhan dan bertaubat

b. Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perilaku husnuzh-zhan dan bertaubat

c. Menunjukkan nilai-nilai positif dari

husnuzh-zhan dan bertaubat dalam fenomena kehidupan

d. Membiasakan perilaku husnuzhzhan dan bertaubat

Menghindari perilaku tercela

3.1 Menjelaskan pengertian riya, aniaya dan diskriminasi

3.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan riya, aniaya dan diskriminasi

3.3 Menunjukkan nilai-nilai negative akibat perbuatan riya, aniaya, dan diskriminasi 3.4 Membiasakan diri menghindari hal-hal

yang mengarah pada perilaku riya, aniaya, dan diskriminasi

XI/I

Membiasakan perilaku terpuji

4.1 Menjelaskan pengertian dan pentingnya akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu

4.2 Mengidentifikasi bentuk akhlak

berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu

4.3 Menunjukkan nilai-nilai positif dari akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu dalam fenomena kehidupan

4.4 Membiasakan akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu

Menghindari perilaku tercela

5.1Menjelaskan pengertian dosa besar (mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba)


(1)

A. Pendahuluan

Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter

 Guru memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapihan kelas.

 Guru melakukan ice breaking Yang ditunjukkan lewat slide

 Guru menjelaskan tujuan/indikator yang harus dicapai siswa.

 Guru mengkondisikan siswa menjadi satu kelompok terdiri dari 5 orang dan meminta siswa untuk mengatur kelompok dan mejabelajarnya.

Interactive Lecturing

1. Religius 2. Perhatian 3. Ingin tahu 4. Disiplin

B. Kegiatan Inti B.1. Eksplorasi

Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter

 Melibatkan peserta didik untuk mengetahui tentang pengertian amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat

 guru menjelaskan pengertian amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat

 Guru memberikan contoh bersikap amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat

Interactive Lecturing

1. Mandiri 2. berfikir logis 3. kreatif 4. Kerjasama 5. berfikir logis

B.2. Elaborasi

Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter

 Guru membagikan kertas yang berisi novel tentang akhlak terpuji kepada setiap kelompok meminta mereka untuk menganalisis isi novel tersebut lalu menuliskannya pada lembar analisis novel yang telah guru bagikan  Guru memberikan kesempatan berpikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah

 Guru mengawasi jalannya kerja kelompok

 Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan

Small group discussion dan call on the next speakerda n inquiri

1. Kerja sama 2. Mandiri 3. Kritis


(2)

kelompoknya

 Guru meminta kepada setiap kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dengan menguunakan kalimat dan pemahaman mereka sendiri

B.3. Konfirmasi

Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter

 Mengklarifikasi dan memberikan penekanan kembali tentang jawaban anak murid

 Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

 Memandu anak didik untuk mengikrar tentang harus bersikap amanah, al-afwu, sopan santun, sabar, ar-rahman, bertawakkal, bersyukur, ikhlas, at-ta’awun, semangat

Information search

Kritis

C. Penutup

Kegiatan Guru Metode Nilai Karakter

 Guru memberikan kesimpulan akhir dari kegiatan pembelajaran

 Guru memberi salam

1. Resitasi 2. Reconne

cting

1. berfikir logis 2. Kritis

3. Tanggung jawab

III. Sumber Belajar

1. Buku Paket aqidah Akhlak kelas XI 2. Novel ranah 3 Warna

3. Lcd / Proyektor IV. Penilaian

Lembar analisis Novel terdapat dilampiran

Mengetahui, Jakarta, Agustus 2014

Guru Mata Pelajaran


(3)

Lampiran 8

Dokumentasi Pembelajaran Akhlak Menggunakan Novel Suasana ketika melakukan ice breaking


(4)

(5)

(6)

Biodata Penulis.

SITI KHODIJAH, yang biasa dipanggil Dijeh adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dilahirkan di Jakarta, 4 Mei 1990 dari pasangan Hasan Nasution dan Erniawati Lubis. Menuntaskan pendidikan dasar di SDN Kemanggisan Pagi Jakarta-Barat. Kemudian melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren Gontor Putri III Widodaren Ngawi. Kemudian melanjutkan sekolah di Pondok Pesantren La-Tansa Islamic Boarding School. Setelah lulus SMA lalu melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan memilih Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Perempuan yang mengajar di MI sebagai guru kelas dan hobi makan ini memiliki motto Live is struggle so do it by positive thinking Baginya, kehidupan ini penuh rintangan tetapi orang yang memiliki tekad, usaha dan selalu berpikir positif yang kuat maka akan berhasil. Perempuan yang juga penggemar film India ini, mempunyai sosok figure yang digemarinya yaitu Shaheer Sheikh dari India. Ia belajar banyak dari sosok figure ini dari pemikirannya, tingkah lakunya yang sangat ramah tamah, tutur katanya yang sangat lembut didengar. Bahasa Inggrisnya yang sangat lancar ketika berbicara. Juga yang tidak kalah penting yaitu agamanya Islam. Tak pernah meninggalkan sholat dimanapun dan kapanpun. Sosok seperti ini yang menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi.

Guru merupakan salah satu cita-cita utama penulis. Namun, banyak kendala dalam menggeluti bidang pendidikan ini, salah satunya ialah penulis kurang menguasai strategi dalam mendidik anak-anak yang sangat kecil umur 5 sampai 6 tahun. Tapi tidak mengurangi semangat dan tekad penulis dalam mendidik penerus genarasi bangsa. Semoga keberhasilan dan selalu bersama kita semua. Aminnnn Allahumma Amin