Nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Novel Ranah 3 Warna
45
4. As-sabru sabar
Sabar tokoh utama digambarkan dengan mencoba menahan diri dari rasa hati yang panas karena Randai mengoloknya,bahwa ia lulusan pesantren ingin
kuliah di Universitas Negeri yang ujian masuknya banyak pelajaran umum. Tapi ia coba menahan diri dan hanya mengulum senyum tanpa suara.
”hatiku panas, tapi aku coba menahan diri dengan hanya mengulum senyum pahit, tanpa suara. Fuadi, 2012:7
Sikap sabar Alif Fikri ketika tulisannya yang dikerjakan semalam suntuk di corat-coret oleh tinta merah.
“Ya Tuhan, tulisanku, jerih payah kerjaku semalam suntuk, kini dicukur gundul oleh pedang samurai bertinta merah orang sombong ini. Fuadi,
2012:75 Selanjutnya sabar tokoh utama di gambarkan ketika ia merasa kesal dan
menggerutu karena segala ujian yang di alaminya seperti saat mencoba sabar saat menggantarkan jasad Ayah sampai ke lahat, sabar ketika harus ikut ujian tanpa
persiapan memadai, sabar ketika kembali ke Bandung sebagai anak yatim. Setelah itu sabar seperti hilang dalam hidupnya. Lalu Kiai Rais di Pondok Madani dulu
mengumpulkan mereka dan berbicara: “Yang namanya dunia itu ada masa senang dan masa kurang senang.
Disaat kurang senangl;ah kalian perlu aktif. Aktif untuk bersabar.
Bersabar tidak pasif, tapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah
pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Tuhan sudah berjanji bahwa sesungguhNya Dia berjalan dengan orang yang
sabar. Fuadi, 2012:131 Selanjutnya sikap sabar ditunjukkan Alif Fikri dengan berbicara kepada
Bang Togar atas meninggalnya Ayahnya. “Tidak apa-apa, Bang. Aku sudah berdamai dengan keadaan. Aku
mencoba terus bersabar”Fuadi, 2012:139.
5. Kasih sayang
Kasih sayang tokoh utama digambarkan ketika ia menyuapi ayahnya yang terbaring sakit di rumah sakit, dengan lemah lembut sesendok demi sesendok,
sesekali ia membersihkan sisi bibirnya dengan saputangan.
46
“Biar ambo yang menyuapi, Mak.” Aku mengambil piring bubur dari tangan Amak. Sesendok demi sesendok aku suapi Ayah. Sesekali aku
bersihkan sisi bibirnya dengan saputangan. Fuadi, 2012:91 6.
Bertawakkal at-tawakkal Sikap bertawakkal digambarkan Alif Fikri dengan menyerahkan keputusan
pada Allah SWT setelah ia menjawab semua soal ujian dengan sungguh-sungguh. “Aku coba menghibur diriku. Toh aku telah melakukan segenap usaha
diatas rata- rata. Telah pula aku sempurnakan kerja keras dengan do’a.
sekarang tinggal aku serahkan kepada putusan Allah. Aku coba ikhlaskan semuanya”. Fuadi, 2012:28
Sikap bertawakkal Alif fikri digambarkan ketika ia menyerahkan segala kehendak kepada Allah ketika ia meminjam motor milik Randai yang STNKnya
sudah habis untuk datang ke tempat kerjanya di perbukitan Ciumbuleuit. Randai hanya berpesan,”Hati-hati ya. STNK-nya sudah habis. Pokonya,
jangan sampai berurusan dengan polisi.”Dan aku juga tidak punya SIM
Dengan modal bismillah, aku naiki motor Honda tua kurus ini. Fuadi, 2012:112
7. Bersyukur asy-syukru
Sikap bersyukur Alif fikri digambarkan bersujud Syukur atas kelulusannya dalam menjawab soal ujian UMPTN.
Namaku tercetak jelas disana. Telunjukku yang gemetar aku gesar ke kanan lagi. Dan tercetaklah di sana nomor kode untuk Hubungan
International Padjajaran. Alhamdulillah ya Tuhan. Beralaskan koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan
usaha, keajaiban restu orangtua, keajaiban do’a. Disebelahku, ayah juga sujud lama sekali. Fuadi, 2012:30
Sikap bersyukur digambarkan dengan mengucap Alhamdulillah ketika tulisan yang kini dibuatnya tidak kena coret lagi hanya halaman 5 yang perlu
diperbaiki dan tulisannya pertamanya terpampang di majalah kampus. ”logika bahasa penutup kau tidak jalan, terlalu lemah. Tapi yang lain
sudah baik,”kata Bang Togar.”Alhamdulillah. Terima kasih, Bang,”
47
kataku girang campur tak percaya. Fuadi, 2012:77 Bang Togar sedang menyerumput kopi hitamnya di ujung ruangan.
Lesehan. Wajah kotaknya kali ini berisi senyum. Hebat juga kau, Lif. Baru semester pertama, mash ingusan, tapi tulisanmu sudah dimuat di majalah
kampus,”kataya dengan senyum tersungging. Tumben dia ramah. Terima kasih untuk bimbingsn Abang,”balasku. Fuadi, 2012:79
Sikap bersyukur Alif Fikri digambarkan dengan dalam keadanan kekurangan uang ia menikmati hidup di kota Bandung itu.
“Hampir setahun aku di Bandung. Ditengah kekurangan uang, aku menikmati hidup di kota sejuk ini. Fuadi, 2012:79
Sikap bersyukur yang digambarkan tokoh utama ketika ia membuat perjanjian kepada dirinya untuk bersemangat dalam kesusahan, ia berusaha untuk
mencari pekerjaan dan beasiswa karena ia tidak punya uang juga tidak mungkin untuk meminta uang kepada amak karena ayahnya telah meninggal, lalu malam
ini sebelum ia tidur ia langsung mendapat pencerahan harapan daari masalahnya. “Terima kasih Tuhan untuk peluang yang Engkau datangkan dengan
bergegas” Fuadi, 2012:110.
Sikap bersyukur Alif firkin digambarkan dengan begitu ketakutannya ia akan ditilang oleh polisi. Tetapi akhirnya polisi membebaskannya, ia
mengucapkan Alhamdulillah… Alhamdulillah . “Siap. Siap komandan. Terima kasih, Pak,” kataku terbungkuk-bungkuk,
sambil menaruh tangan kanan di kening member salam hormat. Tanpa menunda lagi, aku menggas bebek kurus ini secepatnya mendaki jalan
Ciumbuleuit sambil berkali- kali berbisik,”Alhamdulillah…Alhamdulilah…
Fuadi, 2012:113. Bersyukur Alif fikri digambarkan dengan mengucap Alhamdulillah ketika
ia bisa terus menulis di majalah Pikiran Rakyat. Setelah beberapa kali dimuat dikoran local dengan honor kecil itu,
tulisaku akhirnya terpampang di Pikiran Rakyat, Koran local paling bergengsi di Jawa Barat. Alhamdulillah, kini aku punya uang yang cukup
untuk biaya hidup sebulan ke depan. Kalau aku bisa terus menulis dengan
48
konsisten, InsyaAllah aku akan bisa benar-benar mandiri. Fuadi, 2012:156.
8. Ikhlas
Sikap ikhlas digambarkan tokoh utama dalam mengikhlaskan perlakuan Randai temannya karena Alif Fikri ingin belajar dengan bantuan Randai, tetapi
setelah belajar Randai merendahkannya, mengagapnya tidak bisa. Dalam dialog seperti:
Antara prihatin dan kesal dia berkata, “Setahun pun Aden ajari tampaknya Waang tidak akan menguasai pelajaran ini.” Aku tatap
matanya. Dia sungguh-sungguh tidak sedang bercanda. Aku menjawab keras, “Jangankan setahun, tiga tahun pun akan Aden lakukan demi
menggapai cita-cita. Kalau tidak mau menolong, Aden akan menolong diri sendiri. Fuadi, 2012:20.
Sikap ikhlas digambarkan tokoh utama dengan mengikhlaskan perlakuan Bang Togar kepadanya. Tapi ia tetap hormat kepada Bang Togar untuk menuntut
ilmu dan menghormatinya. Sehingga ia berkata dalam hati: “ Apa sih niatmu? Kalau ikhlas untuk belajar, ya ikhlaskan niatmu diajar
dia. Akhirnya aku memilih untuk ikhlas saja, walau diperlakukan dengan keras. Hari ini aku sibuk sekali karena harus mengetik ulang,
memperbaiki naskah, mengantar dan dicoret bang Togar lagi. Sampai berulang-ulang. Aku mulai merasa seperti bola yang diempaskan ke
dinding tembok, memantul, diempaskan lagi, dan memantul lagi.Fuadi, 2012:76.
9. Memberi pertolongan
Sikap tolong menolong Alif fikri ditunjukkan dengan meluangkan 2 jam waktunya untuk mengajar di Masjid Salman dengan gratis.
Aku juga meluangkan waktu 2 jam seminggu untuk mengajar bahasa Arab di Masjid ITB. Tentu saja gratis. Ini caraku mengabdikan ilmu yang aku
dapat di Pondok Madani kepada masyarakat. Fuadi, 2012:64. Sikap memberi pertolongan digambarkan tokoh utama dengan menolong
49
teman yang kontrakannya bersebelahan dengan Alif Fikri. Penghuni rumah yang semuanya perempuan berebut keluar rumah. Dengan senang hati alif Fikri
membantu memindahkan barang-barang di kamar kos mereka. ”Dengan senang hati, kami bantu 5 mahasiswi ini memindahkan barang-
barang di kamar kos mereka. Bahkan selama beberapa hari mereka sempat menitipkan buku, koper, baju, komputer, dan peralatan lain di
rumah kami ” Fuadi, 2012:81.
Sikap tolong menolong Alif fikri digambarkan ketika ia mengunjungi panti assuhan untuk menyumbang uang 7 ribu rupiah dari lembar terakhir isi
dompetnya diserahkan semua. Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di jalan Nilem. Aku kais-kais
lembar terakhir isi dom[etku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam
sambil khusyul mendo’akanku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah. Fuadi, 2012:137.
10. Semangat
Sikap semangat Alif fikri digambarkan dengan semangatnya dalam usaha dalam ujian persamaan SMA dan UMPTN. Dituliskan dalam novel seperti berikut
ini: Pagi itu dengan mengepalkan tijnjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan
doa: aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukkan UMPTN. Aku akan membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan
apapun akan aku tebas. Fuadi, 2012:10. Selanjutnya sikap semangat Alif fikri digambarkan dengan semangatnya
untuk belajar dalam waktu hanya 2 bulan untuk pelajaran selama 3 tahun dan ia sama sekali tidak mempunyai buku pelajaran SMA dan belum sama sekali di
pelajarinya di Pondok Madani. Dinding kamar aku tempeli kertas-kertas yang berisi ringkasan berbagai
mata pelajaran dan rumus penting. Semua aku tulis besar-besar dengan spidol agar gampang diingat. Aku lebihkan usaha. Going the extra miles.
I’malu fauqo ma’amilu. Berusaha di atas rata-rata orang lain Fuadi, 2012:12.
50
Sikap semangat Alif Fikri ditunjukkan dengan mengatakan kepada temannya Randai untuk tidur lebih cepat karena ia ingin meminjam computernya
untuk mengumpulkan tulisannya kepada bang Togar Esok pagi. “Wah, boleh juga kau bisa menulis cepat,”katanya sambil duduk. Dia
tidak tahu aku harus menulis sampai larut malam, membujuk Randai tidur
lebih cepat, dan mengetik seperti orang kesurupan sampai subuh. Fuadi, 2012:73.
Sikap semangat Alif Fikri ditunjukkan dengan membuat perjanjian dengan dirinya sendiri setelah melihat sosok mang Udin yang nasibnya kurang baik
darinya tapi ia tetap semangat. Sosok mang Udin, tukang sepatu bertangan satu ini tidak bisa hilang dari
kepalaku semalam. Kenapa aku terbenam dengan kemalanganku? Terlalu focus dengan kekuranganku? Terlalu mengasihi diri sendiri padahal
kalau disbanding tukang sepatu itu, nasibku jauh lebih baik. Aku malu dengan tukang sepatu itu. Dunia akan tetap burputar. Kenapa aku
mengharapkan dunia yang berubah? Seharusnya akulah yang menyesuaikan dan dengan begitu bisa mengubah duniaku.
Maka di sebuah malam yang disiram hujan lebat, aku membuat perjanjian dengan diriku. Supaya terlihat serius oleh diriku, aku tulislah janji ini di
sehelai kertas HVS putih. Aku tuliskan setiap huruf besar-besar dengan tinta hitam dan merah. Lalu aku tanda tangani sendiri. Fuadi, 2012:107
Sikap semangat Alif Fikri digambarkan ketika ia sedang merasa bosan dengan hanya terbaring di kasur selama 4 hari karena sakit, ini menyebabkan
semangat dan rasa sabar yang ada dihatinya hilang lalu ia mendengarkan radio KLCBS FM. Disana mengatakan Barang siapa bersabar maka akan beruntung,
lalu ia juga mengingat nasihat Kiai Rais di Pondok Madaninya dulu. Lalu ia tertarik untuk bangkit kembali dari kesulitannya.
Aku genggam secarik kertas menguning tadi aku geretakkan gigi. Aku lawan semua rasa sakit. Aku paksa diriku. Aku tidak ingin manja karena
terlalu mengasihi diri seperti ini. Kalau aku sudah menyerah pada nasib, siapa yang akan membela diriku selain aku sendiri?
Dengan segenap jiwa, aku tegaskan bahwa aku tidak maujadi pecundang, orang yang kalah sebelum berjuang. Setiap pikiran sumbang yang
51
mencoba tumbuh di kepalaku, aku serang balik. Aku kobarkan perang bubat di kepalaku. Aku babat habis segala bisikan
negative di kepalaku. Aku sudah bosan dijajah ketidak bersayaan. Aku ingin bebas. Aku ingin menang, aku ingin menguasai kepala dan hatiku.
Hati yang dikuasai pemiliknya adalah hati orang sukses. Hari ini mataku terbuka dan hidup terasa lebih terang di mata hatiku.
Perjuangan tidak hanya butuh kerja keras, tapi jua kesabaran dan keikhlasan untuk mendapat tujuan yang diimpikan. Kini terang di mataku,
inilah masa paling tepat buatku untuk mencoba bersabar. Agar aku beruntung. Agar Tuhan bersamaku. Fuadi, 2012:135.
Sikap semangat Alif fikri digambarkan dengan menahan rasa gengsinya untuk mencari uang agar kebutuhan hidupnya terpenuhi selama kulaih di
Bandung. Dengan menekan gengsi dan egoku sedalam-dalamnya, aku menenteng
sebuah tas berat yang disesaki daganganku berkeliling Kota Bandung setiap sore dan malam, sepulang kuliah. Dari satu gang ke gang yang
lain. Dari satu pintu ke pintu yang lain. Fuadi, 2012:115 Sikap Alif Fikri yang menunjukkan semangat digambarkan dengan
menancapkan tekad dalam usahanya ketika diperintahkan oleh Bang Togar menulis dalam waktu cepat.
“Tapi aku telah memancang tekad, semakin keras dia menempaku, semakin keras pula aku belajar. Dalam hati bahkan aku menantang
dia,”Mana lagi, apa lagi, berapa kali lagi?” Akan aku layani semua tugas darinya. Targetku jelas, aku ingin mampu membuat tulisan dengan
kualitas layak muat media massa, local dan nasional. Fuadi, 2012:139.