28
contoh perbuatan israaf, tabdziir, dan fitnah
4.3 Menunjukkan nilai-nilai negative akibat
perbuatan israaf, tabdziir, dan fitnah 4.4
Membiasakan diri untuk menghindari perilaku israaf, tabdziir
Dari yang telah dipaparkan diatas terdapat banyak materi pembelajaran akhlak ditingkat madrasah aliyah kelas X dan XI, diantaranya: tentang akhlak
terpuji juga akhlak tercela.
10. Teori Pembentukan Akhlak
Menurut Ibn Miskawaih dan Al-Ghazali, mengatakan sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa akhlak dapat berubah dan dapat dibentuk dengan pendidikan,
latihan, pembinaan dan nasehat mulia. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak:
32
1. InstingNaluri, insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia
sejak lahir, para psikolog menjelaskan bahwa insting naluri berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.
2. Adatkebiasaan, adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara terus menerus, dan berulang-ulang dalam bentuk yang sama seeing menjadi kebiasaan.
3. WirotsahKeturunan, dalam hal ini secara langsung atau tidak langsung
sangat mempengaruhi pembentukan sikap dan tingkah laku seseorag. 4.
Lingkungan, salah satu aspek yang tuurut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah milieu
lingkungan dimana seseorang berada.
32
Zahruddin AR, Hasanuddin Sinaga, “Pengantar Studi Akhlak”, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, Cet ke-1, h. 99-100
29
Cara yang dilakukan dalam pembentukan akhlakul karimah, yaitu sebagai berikut:
33
a. Melalui pembiasaan, berkenaan dengan ini Imam Al-Ghazali sebagaimana
yang dikutip Abudin Nata mengatakan bahwa; Kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui
pembiasaan. Jika manusia membiasakan dirinya berbuat baik, maka terus- menerus orang itu berbuat baik tanpa disengaja.
b. Melalui Keteladanan, dengan memberikan keteladanan maka seseorang
akan mudah untuk mengikutinya, seperti Rasulullah adalah teladan umat Islam, dengan begitu umat Islam akan dengan mudah mengikuti apa yang
dilakukan Rasulullah SAW. Oleh karena itu sebagai guru Agama Islam harus memberikan keteladanan seperti yang dilakukan Rasulullah seeing
anak didik dengan mudah mengikuti apa yang dicontohkan oleh gurunya. c.
Memberi nasehat, seorang guru hendaknya member nasehat yang tulus dari hati nuraninya, klarena jika ingin merubah hati seseorang dan agar
orang itu mau berubah maka sentuhlah dengan hati. Jika seseorang telah berbuat salah hendaknya kita cepat-cepat untuk menasehatinya agar tidak
terjerumus lebih jauh lagi. d.
Melalui Pergaulan, jika kita bergaul dengan orang sholeh maka kita akan terbawa kesholehannya, tetapi jika kita bergaul dengan orang yang suka
mencuri, maka kita akan menjadi seorang pencuri juga. e.
Memperrhatikan factor kejiwaan, factor kejiwaan seseorang menurut psikologi berbeda-beda sesuai dengan taraf usianya, jika kita hendak
membentuk akhlak pada seseorang maka terlebih dahulu kita kenali factor kejiwaannya, sehingga dengan mudah kita dapat membinanya.
B. Alat Pendidikan
1. Pengetian Alat Pendidikan
Agar tujuan pembelajaran tercapai perlu alat pendidikan karena merupakan salah satu factor pendidikan yang harus diadakan dan digunakan. Alat
33
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, h. 162-164
30
menurut bahasa etimologi ialah: alat adalah sarana yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.
34
Menurut Barnadib yang dikutip oleh H.M. Alisuf sabri alat ialah segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksananya
pendidikan.
35
Alat pendidikan secara terminology yang dikutip oleh Jalaluddin dalam bukunya Teologi Pendidikan, sebagai berikut; menurut Zuhairini: alat pendidikan
sebagai segala sesuatu yang bisa menunjang kelancaran pendidikan. Alat pendidikan dapat berupa tindakan, perbuatan, situasi atau benda, yang dengan
sengaja diadakan untuk mencapa tujuan pendidikan.
36
Yang di maksud dengan tindakan, perbuatan dan situasi di atas ialah keadaan kelas dalam pembelajaran ketika guru menyampaikan materi
pembelajaran, maka tindakan, perbuatan dan situasi yang dikehendaki harus dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pendapat ini diperkuat dengan, menurut Sutari Imam Barnadib mengemukakan bahwa Alat pendidikan ialah tindakan, perbuatan, situasi atau
benda yang sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
37
Jadi Alat Pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran, dapat berupa tindakan guru, rencana-rencana
pembelajaran, dan situasi dan benda yang dipergunakan guru. Maka sumber pendidikan tersebut harus sengaja dirancang dan dikembangkan guna
mempermudah guru dalam penyampaian materi pembelajaran.
2. Jenis Alat Pendidikan
Berdasarkan pengertian alat pendidikan di atas, maka factor alat
pendidikan dari segi wujudnya dibagi menjadi dua bagian:
34
Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Komtemporer, Jakarta: Modern English Press, 2002, Cet Ke-3, hlm. 39
35
Sabri Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet ke-1, hlm. 47
36
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, Cet ke- 2, H. 111
37
Ibid
31
a. Alat pendidikan yang berupa benda seperti ruangan kelas,
perlengkapan belajar dan yang sejenisnya. Alat ini biasa disebut alat peraga.
b. Sedangkan yang bukan benda dapat berupa situasi, pergaulan,
perbuatan nasihat, teladan, bimbingan, contoh, teguran, anjuran, ganjaran, perintah, tugas, larangan, ancaman, hukuman digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan.
38
Diantara alat pendidikan diatas ada alat-alat yang sangat penting yang dapat dilakukan dalam pembelajaran. Diantaranya, yakni:
39
a. Keteladanan
Suri tauladan buat semua orang adalah kepribadian Rasul yang di dalamnya terdapat norma-norma, nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam. Bila
islam menjadikan kepribadian Rasul-Nya, maka ia menjadikan kepribadian beliau itu sebagai teladan bagi setiap generasi, terus menerus
menjadi suri tauladan pada setiap peristiwa.
40
Keteladanan adalah alat pendidikan yang paling baik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar
norma-norma yang dijalankan oleh mereka dapat dipatuhi dan diikuti b.
Perintah dan Larangan Perintah adalah suatu keharusan untuk berbuat atau melaksanakan
sesuatu. Suatu perintah akan mudah ditaati oleh peserta didik jika pendidik sendiri menaati peraturan-peraturan, atau apa yang diucapkan oleh
pendidik telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dengan mudah mentaati perintah yang di terapkan oleh pendidik.
Sementara larangan dikeluarkan apabila peserta didik melakukan sesuatu yang tidak baik atau membahayakan dirinya.
41
Larangan sebenarnya sama dengan perintah. Kalau perintah merupakan suatu
38
Jalaluddin, Teologi Pendidikan,H. 111
39
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Cet ke-17, H. 177
40
Muhammad Quthb diterj oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, Bandung: PT AlMa’arif, 1988 Cet ke-2, H. 332
41
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis,H. 181