Teknik Penulisan Interpretasi Data
44
bertumpuk-tumpuk di atas sana, tapi masih segan mencurahkan hujan. Sambil berlari-lari kecil, aku melintas gang sempit, menyebut kata punten
beberapa kali setiap melewati warga yang duduk santai di depan rumah mereka. Fuadi, 2012:85.
Sopan santun tokoh utama digambarkan dengan mengucapkan kata minta maaf kepada seseorang yang ia sentuh kakinya ketika ia sedang berteduh di
sebuah toko pakaian. Suatu hari sepulang kuliah aku lewat di trotoar Pasar simpang yang
selalu riuh. Tiba-tiba hujan mengguyur lebat dan aku harus berteduh di emper sebuah toko pakaian. Hujan di musim ini bisa datang dan pergi
dalam sekejap. Aku merapatkan badan ke beberapa celana jins yang digantung, supaya tidak kena tempias hujan. Aku mundur dan kakiku
menyentuh orang yang duduk di sebelahku. Aku minta maaf dan aku tertegun. Orang itu tidak duduk menunggu hujan, tapi dia sedang bekerja.
Fuadi, 2012:106 Sopan santun selanjutnya tokoh utama di nyatakan dengan sopan santun
ketika pada malam hari ia mengetuk pintu kamar Asto temannya karena ingin menanyakan tentang lowongan mengajar di tempat privat di daerah Ciumbuleuit.
Ooh, aku ingat. Asto, teman kosku, baru saja bercerita bahwa dia punya murid privat di Ciumbuleuit. Aku lihat lampu kamarnya masih nyala. Aku
ketok pintu kamarnya. Fuadi, 2012:109 Sopan santun selanjutnya digambarkan tokoh utama dengan bertutur kata
sopan kepada orang tua ketika ia menjajaki dagangannya kepada pembeli. ”Terima kasih Bu. Bulan depan saya kunjungi lagi, ”kataku pamit.
Fuadi, 2012:119 Selanjutnya sikap sopan santun Alif Fikri ditunjukkan dengan tutur
katanya kepada bang togar yang mengatakan vakumnya dari menulis karena menjengguk ayahnya yang sakit keras dan akhirnya ayahnya Alif meninggal.
”maaf, Bang, sebelumnya aku harus pulang menjenguk Ayah yang sakit keras. Beliau akhirnya dipanggil duluan, meninggal”. Fuadi, 2012:138
45
4. As-sabru sabar
Sabar tokoh utama digambarkan dengan mencoba menahan diri dari rasa hati yang panas karena Randai mengoloknya,bahwa ia lulusan pesantren ingin
kuliah di Universitas Negeri yang ujian masuknya banyak pelajaran umum. Tapi ia coba menahan diri dan hanya mengulum senyum tanpa suara.
”hatiku panas, tapi aku coba menahan diri dengan hanya mengulum senyum pahit, tanpa suara. Fuadi, 2012:7
Sikap sabar Alif Fikri ketika tulisannya yang dikerjakan semalam suntuk di corat-coret oleh tinta merah.
“Ya Tuhan, tulisanku, jerih payah kerjaku semalam suntuk, kini dicukur gundul oleh pedang samurai bertinta merah orang sombong ini. Fuadi,
2012:75 Selanjutnya sabar tokoh utama di gambarkan ketika ia merasa kesal dan
menggerutu karena segala ujian yang di alaminya seperti saat mencoba sabar saat menggantarkan jasad Ayah sampai ke lahat, sabar ketika harus ikut ujian tanpa
persiapan memadai, sabar ketika kembali ke Bandung sebagai anak yatim. Setelah itu sabar seperti hilang dalam hidupnya. Lalu Kiai Rais di Pondok Madani dulu
mengumpulkan mereka dan berbicara: “Yang namanya dunia itu ada masa senang dan masa kurang senang.
Disaat kurang senangl;ah kalian perlu aktif. Aktif untuk bersabar.
Bersabar tidak pasif, tapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah
pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Tuhan sudah berjanji bahwa sesungguhNya Dia berjalan dengan orang yang
sabar. Fuadi, 2012:131 Selanjutnya sikap sabar ditunjukkan Alif Fikri dengan berbicara kepada
Bang Togar atas meninggalnya Ayahnya. “Tidak apa-apa, Bang. Aku sudah berdamai dengan keadaan. Aku
mencoba terus bersabar”Fuadi, 2012:139.
5. Kasih sayang
Kasih sayang tokoh utama digambarkan ketika ia menyuapi ayahnya yang terbaring sakit di rumah sakit, dengan lemah lembut sesendok demi sesendok,
sesekali ia membersihkan sisi bibirnya dengan saputangan.