Jenis Kekayaan Jenis-Jenis Harta Kekayaan yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya

33 Emas simpanan dikenakan zakat baik berupa mata uang atau batangan asal dalam simpanan telah cukup satu tahun haul dan jumlahnya cukup senisab yaitu 20 dinar atau kurang lebih 94 gram emas zakatnya 2 ½ persen.Perak simpanan juga dikenakan zakat, baik berupa mata uang atau batangan yang dalam simpanan telah cukup satu tahun hawl dan jumlahnya cukup senisab yaitu 200 dirham, sama dengan 27 79 real Mesir, sama dengan 555 ½ qurus Mesir atau lebih kurang 672 gram. Emas dan perak simpanan yang masing-masing kurang dari senisab tidak perlu dikumpulkan agar menjadi senisab yang kemudian dikeluarkan zakatnya.Misalnya seorang yang mempunyai simpanan 10 dinar emas, setengah nisab dan 100 dirham perak setengah nisab tidak dikenakan zakat pada kedua- duanya. b. Harta Dagangan. Dasar hukum wajib zakat dagangan ialah Al- Qur’an surat Al-Baqarah 2: 267.                                 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah di jalan Allah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang 34 buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. QS. Al-Baqarah 2: 267. Syarat wajib zakat dagang adalah jumlah nilainya ada senisab emas 20 dinar dan harus sudah berjalan setahun.Jadi zakat dagang harus dilakukan setiap setahun sekali.Cara pelaksanaannya ialah setelah dagang berjalan satu tahun, uang kontan yang ada dan segala macam barang dagangan ditaksir, kemudian jumlah yang didapat dikeluarkan zakatnya 2 ½ . Dari hasil zakat dagangan ini, jika semua pedagang muslim berzakat akan terkumpul sejumlah zakat yang besar sekali. c. Hasil Bumi. Dasar hukum zakat hasil bumi ialah Al- Qur’an surat Al-An’am: 141 .                                      Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan ang tidak berjunjung, pohon korma,tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa bentuk dan warnanya dan tidak sama rasanya. Makanlah dari buahnyayang bermacam-macam itu bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya dengan disedekahkan kepada fakir miskin; dan janganlah kamu 35 berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan ”. QS. Al-An’am: 141. Tafsirnya: Ibnu Umar , Atha’, Mujahid dan Sa’id bin Jubair mengatakan ayat ini “muhkamat”. Wajiblah atas orang yang mengetam atau menuai, meberikan sedikit hasilnya itu kepada orang miskin yang datang meminta kepadanya. Namun Ibnu Abbas, Muhammad bin Hanafiah, Hasan, Nakha’i, Thawus, Abu Tsa’tsa’, Qatadah, Dhahhak, dan Ibnu Juraih mengatakan, bahwa ayat ini telah di nasakh- kan oleh ayat zakat. Itulah yang dipilih Ibnu Jarir, karena ayat adalah ayat makkiyah, sedang ayat zakat adalah ayat madaniah, jadi ayat madaniyah itu me- nasakh-kan ayat makkiyah. 50 Zakat hasil bumi tanpa syarat hawl, sebab setiap kali panen harus dikeluarkan zakatnya. Sedangkan panen hasil bumi ada yang sekali setahun, ada yang dua kali, ada yang tiga kali, bahkan ada yang empat kali. Setiap kali panen jika hasilnya ada senisab dikeluarkan zakatnya dan jika tidak cukup senisab tidak usah hasil panen itu dikumpulkan dengan hasil panen yang lain guna mengejar nisab. d. Binatang ternak. Binatang ternak di Indonesia yang dikenakan zakat adalah sapi, kerbau dan kambing. Zakat ini harus dengan syarat haul. Adapun nisabnya sebagai berikut: 50 Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta: Kencana, 2006, cet. Ke-1,hlm. 417-418. 36 Kambing 1 Mulai dikenakan zakat senisab setelah ada sejumlah 40 ekor 2 Dari jumlah 40 sd 120 zakatnya seekor kambing 3 Dari jumlah 121 sd 200 zakatnya dua ekor kambing 4 Dari jumlah 201 sd 300 zakatnya tiga ekor kambing 5 Selebihnya setiap ada 100 ekor zakatnya satu kambing Sapi 1 Mulai dikenakan zakat senisab setelah ada sejumlah 30 ekor sapi. 2 Dari jumlah 30 sd 39 zakat seekor sapi berumur setahun lebih, sapi ini diberi nama “Tabii”. 3 Dari jumlah 40 sd 59 zakatnya seekor sapi berumur dua tahun lebih, sapi ini diberi nama “Musinnah”. 4 Dari jumlah 60 sd 69 zakatnya dua ekor sapi berumur satu tahun lebih. 5 Dari jumlah 70 sd 79 zakatnya dua ekor sapi, seekor berumur satu tahun lebih, seekor beumur dua tahun lebih. 6 Selebihnya dari itu setiap ada tambahan 30 zakatnya seekor sapi tabii, dan setiap ada tambahan 40 zakatnya seekor sapi musinnah. jadi jika ada 120 ekor dapat dianggap 30 kali 4 atau 40 kali 3. Kerbau Zakat kerbau persis sama dengan zakat sapi. Unta Di Indonesia tidak ada unta, karena itu tidak perlu dibahas zakatnya disini. 37

2. Zakat Modal Usaha Syirkah

Sejumlah orang mengumpulkan modal meskipun masing-masing tidak sama besarnya, untuk usaha misalnya mendirikan pabrik atau berdagang, jika harta usaha itu cukup senisab dan telah berjalan cukup setahun, harus dikeluarkan zakatnya. Zakat ini adalah zakat syirkahkoperasi.Oleh karena itu janganlah diperhitungkan besar kecilnya modal masing-masing anggota. Demikian disebutkan dalam Fikhussunnah jilid I halaman 371: “Menurut ulama syafi’iyah, bahwa setiap bagian dari modal yang dicampur itu mempengaruhi dalam zakat, sehingga modal dua orang atau beberapa orang itu seperti modal seorang.Yang kemudian hal itu dapat memeprngaruhi ada tidaknya zakat. ” Sekedar penjelasan misalnya: modal itu sekiranya dipecah-pecah tidak wajib zakat, karena masing-masing belum ada senisab, akan tetapi karena modal itu dikumpulkan menjadi satu dan jumlah itu cukup senisab , maka kesemuanya itu terkena zakat. 51

3. Zakat Rikaz

Rikaz adalah barang yang dikumpulkan tanpa mengeluarkan biaya dan kerja keras.Al-Babarty dibuku al-Inayah, menyatakan “Dan harta yang keluar dari dalam perut bumi terbagi menjadi tiga macam, yaitu barang simpanan, barang tambang, dan rikaz.Barang simpanan adalah barang yang ditimbun oleh manusia sendiri didalam 51 Pedoman Zakat 9 Seri, Jakarta: Proyek Penigkatan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf, 1998 38 tanah. Barang tambang adalah suatu benda yang diciptakan Allah SWT.yang biasa terdapat didalam perut bumi.Sedangkan rikaz merupakan gabungan diantara keduanya. 52 Menurut Hukum Islam, rikaz ada permasalahannya sebagai berikut: “Kata Imam Malik: persoalan yang tidak ada perbedaan pendapat dikalangan Malikiyah dan saya mendengar para ahli ilmu mengatakan bahwa rikaz itu adalah barang terpendam yang ditemukan dari pendaman zaman kuno yang diperoleh tanpa pengeluaran uang, tidak dengan biaya dan tidak dengan daya upaya berat, itulah rikaz. Adapun yang ditemukan dengan pembayaran uang dan dengan kerja keras dan berat itupun kadang-kadang dapat dan kadang- kadang tidak dapat, maka itu bukan rikaz.” Zakat rikaz adalah sebagai berikut: “Rikaz yang wajib dikeluarkan zakat seperlima 20 persen ialah berupa apa saja yang ada harganya, seperti emas, perak, besi, timah, kuningan, barang berbentuk wadahhiasan dan yang serupa itu.Kaidah itu adalah pendapat Imam Hanafi, Hambali, Ishak, Ibnu Mundir, riwayat dari Imam Malik dan salah satu daripendapat Syafi’i.” Adapun zakat rikaz dan siapa yang memilinya adalah sebagai berikut: “Diatas telah diperjelas, bahwa rikaz itu barang terpendam orang-orang zaman kuno dan zakatnya seperlima. Adapun yang keempat perlima 80 persen bagi pemilik tanah yang pertama jika ia masih ada, jika ia telah wafat maka bagi para ahli warisnya jika masih ada dan diketahui. Dan jika mereka sudah tidak ada maka yang empat perlima itu dimasukkan ke baitul mal, inilah pendapat Abu Hanifah, Maliki, Syafi’I dan ahmad 4 mazhab.

4. Zakat Ma’din

Harta Ma’din ialah sebagaimana dijelaskan berikut ini: “Imam Ahmad berpendapat bahwa makdin itu ialah benda yang dikeluarkan dari bumi, terjadi dibumi, tapi bukan bumi bukan dari tanah sedangkan harta itu berharga. 52 Abdul Al-Hamid Mahmud Al- Ba’iy, Ekonomi Zakat: sebuah kajian moneter dan keuangan syari’ah, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006, hlm. 42-43.