28
Mengingat golongan ini sekarang tidak ada lagi, maka kuota zakat mereka dialihkan ke golongan mustahiq lain menurut pendapat mayoritas ulama fikih
jumhur. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa golongan ini masih ada, yaitu
para tentara muslim yang menjadi tawanan. 6.
Gharimin
Gharimin adalah orang-orang yang mempunyai hutang dan sulit untuk membayarnya.
40
Orang yang berhutang berhak menerima bagian zakat golongan ini adalah:
Orang yang berhutang untuk kepentingan pribadi yang tidak bisa dihindarkan, dengan syarat-syarat sebagai berikut:
41
a. Utang itu tidak timbul karena kemaksiatan.
b. Utang itu melilit pelakunya.
c. Sudah tidak sanggup lagi melunasi utangnya.
d. Utang itu sudah jatuh tempo, atau sudah harus dilunasi ketika zakat itu diberikan
kepada orang yang berhutang. Untuk konteks kemaslahatan, tegas masdar perlu definisi kekinian atas
konteks gharim yaitu tidak hanya dinisbahkan pada hutang perorangan atau kepailitan
40
Al-Furqon Hasbi, 125 Masalah ZakatSolo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2008, hlm. 179.
41
Hikmat Kurnia, Ade Hidayat, Panduan Pintar Zakat Jakarta: Qultum Media, 2008, hlm. 147.
29
perorangan, namun juga lembaga-lembaga Islam yang karena manajemennya tidak begitu baik jatuh pailit atau berhutang.
42
7. Sabilillah
Sabil artinya ialah jalan.
43
Sabilillah adalah usaha dan kegiatan perorangan atau badan yang bertujuan untuk menegakkan kepentingan agama atau kemaslahatan
umat.
44
Pada dasarnya sabilillah itu dimaknai dengan thariq at-taqarrub ila Allah jalan mendekatkan diri kepada Allah yang meliputi amalan kebajikan, baik untuk
invidu maupun masyarakat, seperti yang telah disinggung dalam makna mufradat. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat mengenai makna sabilillah yang terdapat
dalam ashnaf mustahiq zakat ini. Perbedaan berikut ialah sebagai berikut: a.
Mazhab Hanafi Para ulama Hanafiyah sebenarnya tidak sepakat dalam mendifinisikan
sabilillah.Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan bahwa sabilillah bagi mereka adalah orang yang berjuang dalam kebajikan, sperti menuntut ilmu dan tentara
yang berjuang melawan musuh-musuh Islam.Mazhab ini juga membuat persyaratan sabilillah yang berhak menerima zakat, yaitu fakir ataupun miskin.
b. Mazhab Maliki
42
Masdar F. Mas’udi, Agama Keadilan: Risalah Zakat Pajak dalam Islam, Jakarta Pustaka Firdaus, 1993, hlm. 150.
43
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 1999, hlm. 185.
44
Peraturan Gubernur Provinsi daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 51 Tahun 2006, pasal 1, Ayat 24.
30
Menurut kaum Malikiyah, sabilillah itu adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan perang, baik tentara maupun alat yang digunakan untuk berperang, dan
mereka juga sepakat bahwa sabilillah berhak menerima zakat walaupun kaya. c.
Mazhab Asy-Syafi’I dan Hambali Kedua mazhab ini berpendapat, sabilillah itu adalah para tentara yang melawan
musuh Islam yang tidak mendapat gaji dari pemerintah, para pejuang diberi zakat walaupun mereka kaya.
Yusuf Al-Qardhawi mengenai makna sabilillah yaitu sebagai berikut:
45
a Jihad termasuk dalam kategori sabilillah.
b Zakat itu diberikan pada individu para pejuang.
c Tidak boleh memberi zakat atas nama sabilillah kepada jalan kebajikan atau
kemaslahatan umum, seperti membangun masjid, madrasah, ataupun jembatan. Akan tetapi, banyak ulama
muta’akhkhirin yang memaknai sabilillah dengan arti yang lebih luas sesuai dengan makna dasarnya, seperti Rasyid Ridha, dan
Saltut.Menurut mereka, sabilillah tidak hanya individu para pejuang tetapi segala kebajikan, seperti membangun masjid dan madrasah.Pendapat ini juga dipegang oleh
Muhammad Mahmud Hijazi. Dengan demikian, menurut mereka masjid, madrasah, serta jalan kebajikan lainnya berhak mendapatkan bagian dari zakat atas nama
sabilillah.
46
45
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Az-Zakah, hlm. 643-644.
46
Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta: Amzah, 2013, cet. Ke-1, hlm. 97-98.