30
Menurut kaum Malikiyah, sabilillah itu adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan perang, baik tentara maupun alat yang digunakan untuk berperang, dan
mereka juga sepakat bahwa sabilillah berhak menerima zakat walaupun kaya. c.
Mazhab Asy-Syafi’I dan Hambali Kedua mazhab ini berpendapat, sabilillah itu adalah para tentara yang melawan
musuh Islam yang tidak mendapat gaji dari pemerintah, para pejuang diberi zakat walaupun mereka kaya.
Yusuf Al-Qardhawi mengenai makna sabilillah yaitu sebagai berikut:
45
a Jihad termasuk dalam kategori sabilillah.
b Zakat itu diberikan pada individu para pejuang.
c Tidak boleh memberi zakat atas nama sabilillah kepada jalan kebajikan atau
kemaslahatan umum, seperti membangun masjid, madrasah, ataupun jembatan. Akan tetapi, banyak ulama
muta’akhkhirin yang memaknai sabilillah dengan arti yang lebih luas sesuai dengan makna dasarnya, seperti Rasyid Ridha, dan
Saltut.Menurut mereka, sabilillah tidak hanya individu para pejuang tetapi segala kebajikan, seperti membangun masjid dan madrasah.Pendapat ini juga dipegang oleh
Muhammad Mahmud Hijazi. Dengan demikian, menurut mereka masjid, madrasah, serta jalan kebajikan lainnya berhak mendapatkan bagian dari zakat atas nama
sabilillah.
46
45
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Az-Zakah, hlm. 643-644.
46
Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta: Amzah, 2013, cet. Ke-1, hlm. 97-98.
31
8. Ibnu Sabil
Ibnu sabil sebagaimana diterangkan dalam al- Qur’an yang dimaksud ibnu
sabil ialah musafir yang perjalanannya bukan untuk melakukan maksiat. Dalam hal ini ia boleh menerima zakat karena melakukan perjalanan ibadah atau perjalanan
yang sifatnya adalah mubah seperti perjalanan untuk mencari barangnya yang hilang.
47
Para fuqoha selama ini mengartikan ibnu sabil dengan musafir yang kehabisan bekal.Pengertian ini sampai saat sekarang masih sangat relevan. Tetapi
pengertian yang telah ada belum mencakup seluruhnya. Kini ketika keadaan masyarakat sudah menjadi kompleks, maka perlu menengok arti awal dari ibnu
sabil.Anak jalanan, sebagaimana yang difahami pada saat ini adalah mengacu pada pengertian orang-orang yang tengah dalam keadaan tuna wisma, atau terpental dari
tempat tinggalnya.Bukan karena kefakiran dan kemiskinan yang dideritanya, melainkan lebih disebabkan oleh hal-hal yang bersifat kecelakaan. Pengertian
tersebut tentunya lebih luas lagi dari sekedar hanya pelancong yang kehabisan bekal. Tentunya dalam konteks pentasarufan zakat untuk golongan ini dapat dialokasikan
untuk para pengungsi, baik mereka mengungsi karena pergolakan politik dan perang maupun karena bencana alam.
48
47
Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Surabaya: PT. Bina Ilmu,1997, cet. Ke-2, hlm. 405.
48
Masdar F. Mas’udi, Agama Keadilan: Risalah Zakat pajak dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus,hlm.162.
32
C. Jenis-Jenis Harta Kekayaan yang Wajib Dikeluarkan Zakatnya
1. Jenis Kekayaan
Benda yang harus dizakati ialah emas, perak, harta simpanan, hasil bumi, binatang ternak, dagangan, hasil usaha, hasil jasa honorarium yang berjumlah besar,
harta rikaz, harta makdin, dan hasil laut.
a. Emas dan perak.
Dasar hukum wajib zakat emas, perak, simpanan: Al- Qur’an surat At-Taubah 9:
35.
Artinya: “pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam nerakajahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan pinggang mereka lalu dikatakan kepada mereka. inilah hartabendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu.”At-Taubah: 35.
Tafsirnya
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Abbas yang bercerita, “Tatkala
turun ayat “emas dan perak” ini menjadi resahlah sahabat Rasulullah dan mengeluh. “Tidak seorang di antara kami yang dapat meninggalkan harta untuk anaknya
sekarang ini. ” Maka pergilah Umar diikuti oleh Tsauban bertanya kepada rasulullah
saw. “Ya Nabi Allah, menjadi resahlah para sahabatmu karena ayat ini.”
49
49
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier,Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1988, Jilid 4, hlm.. 46-47.