PENGATURAN HUKUM MEREK DI INDONESIA

31 penjelasannya dimuatdalam Tambahan Lembaran Negara RI No. 2341 mulai berlaku pada bukan November 1961. 35 Kedua Undang-undang di atas memiliki banyak kesamaan. Perbedaannya hanya terletak pada antara lain masa berlakunya merek, yaitu sepuluh tahun menurut UU Merek 1961 dan jauh lebih pendek dari RIE 1912, yaitu 20 tahun. Undang-undang merek tahun 1961 ini ternyata mampu bertahan selama kurang lebih 31 tahun, untuk kemudian Undang- undang ini dengan berbagai pertimbangan harus dicabut dan digantikan oleh Undang-undang No. 19 tahun 1992 tentang “Merek” yang diundangkan dalam Lembaran Negara RI tahun 1992 No. 81 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara No. 3490, pada tanggal 28 Agustus 1992. UU yang disebut terakhir ini berlaku sejak 1 April 1993.Alasan dicabutnya UU Merek Tahun 1961 itu, adalah karena UU Merek NO.21 Tahun 1961 dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Undang-undang Merek tahun 1992 ini banyak sekali mengalami perubahan-perubahan yang sangat berati, diantaranya mengenai sistem pendaftaran, lisensi, merek kolektif, dan sebagainya. 36 Seiring waktu berlalu pada tahun 1997 dengan beberapa pertimbangan UU Merek Tahun 1992 pun diperbaharui lagi dengan UU No 14 Tahun 1997. Pada tahun 2001 UU No. 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No. 14 tahun 1997 tersebut dinyatakan tidak berlaku. Sebagai gantinya adalah Undang-undang Merek No. 15 Tahun 2001.Adapun alasan diterbitkannya UU NO. 15 Tahun 2001 diantaranya adalah salah satu perkembangan yang kuat dan memperoleh perhatian seksama dalam masa sepuluh tahun ini dan kecenderungannya yang masih akan berlangsung di masa yang akan datang adalah semakin meluasnya arus globalisasi baik bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang 35 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, h. 331 36 Ibid, h. 331-332 32 kehidupan lainnya. Perkembangan tekhnologi informasi dan transfortasi telah menjadikan kegiatan di sektor perdagangan meningkat secara pekat dan bahkan telah menempatkan dunia sebagai pasar tunggal bersama. 37 Perundang-undangan tentang merek juga memperkenakan adanya apa yang disebut kan dengan “Hak Prioritas. Yaitu hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang bergabung dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property, atau agreement Establishing the, World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan itu dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention for the Protection of Industrial Property. 38

D. PEROLEHAN DAN PENDAFTARAN MEREK DI INDONESIA

Syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan hukum yang ingin menggunakan suatu merek, supaya merek itu dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang, adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya pembedaan yang cukup , sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk membedakan barang hasil produksi sesuatu perusahaan atau barang perniagaan perdagangan atau jasa dari produksi seseorang dengan barang-barang yang diproduksi oleh orang lain. Karena adanya merek itu barang-barang yang diproduksi menjadi dapat dibedakan. 39 Selain itu, perlu kiranya penulis menguraikan lebih lanjut mengenai merek yang dapat didaftarkan sebagai suatu merek. 37 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, h. 336 38 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, h. 204 39 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual h. 348 33 Menurut Pasal 5 UU Merek, merek tidak dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur dibawah ini : 40 1. Bertentangan dengan kesusilaan, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum 2. Tidak memiliki daya pembeda 3. Telah menjadi milik umum, atau 4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya. Pendaftaran Merek menganut dua sistem, yaitu sistem deklaratif dan konstitusif atributif. Undang-undang Merek Tahun 2001 dalam sistem pendaftarannya menganut sistem konstitutif, sama dengan UU sebelumnya yakni UU No. 19 Tahun 1992 dan UU No. 14 Tahun 1997. Ini adalah perubahan yang mendasar dalam UU Merek Indonesia, yang semula menganut sistem deklaratif. 41 Menurut Soegondo Soemodiredjo Secara Internasional dikenal empat sistem pendaftaran Merek yaitu : 1. Pendaftaran Merek tanpa pemeriksaan merek terlebih dahulu 2. Pendaftaran dengan pemeriksaan merek terlebih dahulu 3. Pendaftaran dengan pengumuman sementara 4. Pendaftaran merek dengan pemberitahuan terlebih dahulu tentang adanya merek-merek terdaftar lain yang ada persamaannya. 42 Pendaftaran merek, adalah untuk memberikan status bahwa pendaftaran diangggap sebagai pemakai pertama sampai ada orang lain yang membuktikan sebaliknya. Berbeda dengan sistem deklaratif dalam sistem konstitutif baru akan menimbulkan hak apabila telah didaftarkan oleh si pemegang. Oleh karenanya dalam sistem ini pendaftaran adalah suatu 40 C.S.T. Kansil, Hak Milik Intelektual Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta, Jakarta : Sinar Grafika, 1990, h. 152 41 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, h. 362 42 Ibid, h. 362-363