Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
dari HaKI, hak merek merupakan hak yang bersifat khusus. Hak khusus tersebut pada dasarnya bersifat exclusive dan monopoli yang hanya dapat dilaksanakan oleh
pemilik hak, sedangkan orang lain tidak boleh untuk menggunakannyatanpa seizin pemiliknya.
Berbeda dengan hak cipta, merek harus didaftarkan terlebih dahulu di dalam Daftar Umum Merek. Merek sangat penting dalam dunia periklanan dan pemasaran
karena publik sering mengaitkan suatu imej, kualitas atau reputasi barang dan jasa terhadap barang tertentu. Sebuah merek dapat menjadi kekayaan yang sangat
berbahaya secara komersial. Merek suatu perusahaan seringkali lebih bernilai dibandingkan dengan aset riil suatu perusahaan tersebut. Merek juga berguna untuk
para konsumen, mereka membeli produk tertentu yang terlihat dari mereknya karena menurut mereka, merek tersebut berkualitas tinggi atau aman untuk
dikonsumsi dikarenakan karena reputasi dari merek tersebut. Jika sebuah perusahaan menggunakan merek perusahaan lain, para konsumen mungkin meresa tertipu karena
telah memberi prduk dengan kualitas yang lebih rendah.
3
Karena hak merek merupakan hak ekslusif maka, tidak setiap orang bisa menggunakan hak tersenbut. Orang lain baru dapat menggunakan, jika telah
mendapat izin dari pemiliknya. lzin itu berupa perjanjian lisensi. Lisensi merupakan suatu bentuk pemberian hak yang melahirkan suatu
perikatan yang dapat bersifat ekslusif maupun non-ekslusif. Sebagai suatu perikatan
3
Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual, Bandung : PT. Alumni, 2013, h. 131-132
3
pemberian lisensi ini memberikan hak kepada pemberi lisensi atas kontra prestasi dari penerima lisensi. Secara umum dapat dikatakan bahwa kontra prestasi yang
diharapkan oleh pemberi lisensi tersebut adalah suatu bentuk pembayaran yang disebut dengan license fee atau Royalty. Namun demikian kebutuhan praktis
menunjukan bahwa ternyata tidak hanya sampai di situ saja kewajiban yang harus dilaksanakan oleh penerima lisensi Merek tersebut. Pemberi lisensi merasa
berkepentingan agar Hak Atas Kekayaan Intelektual yang dilisensikan olehnya kepada penerima lisensi dapat dijaga keutuhannya, dalam hal Hak atas Kekayaan
Intelektual yang dilisensikan adalah merek, penerima lisensi bahkan diwajibkan untuk menjaga kualitas atas mereknya yang dilisensikan tersebut, termasuk
melakukan hal-hal yang tidak akan mengakibatkan kerugian moril maupun materiil bagi pihak pemberi lisensi.
4
Pasal 49 UU Merek 2001 menjelaskan tentang Praktek Perjanjian Lisensi Merek di Indonesia selama ini sebelum adanya peraturan pelaksana yang secara
khusus mengatur mengenai lisensi, sudah banyak terjadi namun hanya berdasar asas Kebebasan Berkontrak yang diatur Kitab Undang- Undang Perdata, meski begitu
perjanjian yang telah dibuat tetap berlaku karena syarat sahnya suatu perjanjian sudah terpenuhi tanpa adanya kewajiban suatu pencatatan tertentu. Hal ini sesuai
dengan pasal 1320 KUHPer Pemerintah yang dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, khususnya Direktorat Merek sebaiknya segera
4
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis: Lisensi dan waralaba, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002, h. 4-5
4
mengajukan Rancangan Keputusan Presiden yang mengatur mengenai ketentuan isi, benstuk, cara permohonan pencatatan perjanjian lisensi sehingga terdapat kepastian
kejelasan hukum dan apabila terjadi sengketa diantara para pihak dalam perjanjian lisensi maka akan dapat diselesaikan dengan baik. Selin itu juga agar Direktorat
Merek memiliki arsip salinan dari bentuk dan isi perjanjian lisensi merek sebagai keperluan aministratif untuk memantau dan mengontrolperjanjian- perjanjian lisensi
merek yang ada. Lisensi merek hendaklah mengandung itikad baik pada saat membuat
perjanjian lisensi. Hal ini dimaksudkan karena perjanjian lisensi bukanlah suatu perjanjian pengalihan hak namun merupakan pemberian hak yang diberikan dari
pemilik merek kepada pihak lain dengan jangka waktu tertentu dan dengan syarat tertentu. Berdasarkan contoh kontrak lisensi yang ada, ada beberapa hal yang
mungkin saja bisa terjadi dan dapat merugikan si pemberi lisensi merek ini sehingga mengakibatkan pemutusan perjanjian secara sepihak bisa dilakukan, diantaranya:
penerima lisensi tidak konsisten dalam menggunakan merek yang dilisensikan, penerima lisensi tidak membayar royalty sesuai dengan yang diperjanjikan, penerima
lisensi tidak menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Selain itu dalam Pengawasan dan kewenangan Perjanjian Lisensi sendiri ada beberapa Pertanyaan kritis yang layak
diajukan adalah siapa yang memiliki kelayakan dan kemampuan untuk melaksanakan kewenangan menilai substansi perjanjian lisensi Merek? Ukuran apa yang
digunakan? Bagaimana bila para pihak merasa tidak membuat ketentuan yang memuat hal-hal yang dilarang oleh ketentuan-ketentuan dalam perjanjian lisensi
5
merek, tetapi dinyatakan sebaliknya oleh direktorat jendral? Harus diakui, ketentuan ini mengandung bibit pertikaian dan masih harus dibuktikan efektivitasnya.
Merek merupakan sesuatu gambar atau nama yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk atau perusahaan di pasaran. Pengusaha biasanya
berusaha mencegah orang lain menggunakan merek mereka karena dengan menggunakan merek, para pedagang memperoleh reputasi baik dan kepercayaan dari
para konsumen serta dapat membangun hubungann antara reputasi tersebut dengan mereka yang telah digunakan perusahaan secara regular. Semua hal di atas tentunya
membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga dan uang.
5
Oleh karena itu merek sangat dibutuhkan oleh pengusaha-pengusaha untuk memberikan kepercayaan kepada konsumen terhadap kualitas produknya. Namun
bagaimana jika dalam pengalihan merek dengan cara Perjanjian Lisensi penerima lisensi menggunakan merek baru. Merek baru tersebut merupakan merek penerima
lisensi sendiri dengan tujuan untuk ekspansi usaha. Selain itu yang muungkin terjadi adalah bagaimana jika sengketa yang disebabkan karena mantan penerima lisensi
memproduksi barang atau jasa dengan menggunakan merek lain, namun kualitasnya sama persis dengan kualitas merek yang pernah dilisensikannya. Kondisi itu akan
membuat mantan pemberi lisensi selaku pemilik merekakan menderita kerugian, karena akan mengurangi jumlah penjualan produk barang atau jasanya.
5
Tim Lindsey dkk, Hak Kekayaan Intelektual, h. 131
6
Berdasarkan dari berbagai macam masalah yang timbul dari Perjanjian Lisensi Merek ini, penulis sangat tertarik untuk membahas mengenai Perjanjian
Lisensi Merek ini yang terlalu banyak polemik di dalamnya, sehingga banyak sekali kemungkinan-kemungkinan yang dapat merugikan Hak atas Kekayaan Intelektual
seseorang. Dengan demikian penulis tertarik mengangkat tema ini yang akan lebih lanjut dituangkan dalam sebuah skripsi, dengan judul
”Penyalahgunaan Perjanjian Lisensi Merek dalam Praktek Bisnis Hak atas Kekayaan Intelektual”