Bentuk-bentuk dan Faktor Penyebab Penyalahgunaan Perjanjian Lisensi

Michael A. Jacobs, Pengertian d an tujuan Lisensi Merek ialah “Pemilik merek dagang atau merek jasa dapat memberikan melisensikan mereknya kepada orang lain, dengan syarat pemilik merek menguasai sifat dasar dan kualitas dari barang- barang atau jasa yang diproduksi dan dijual penerima lisensi atas nama pemilik merek atau pemberi lisensi”. Oleh karena itu pemberian lisensi harus menggunakan sebuah perjanjian yang sah dan terdaftar dan yang dilisensikannya pun harus berupa merek yang telah didaftarkan oleh dirjen HaKI. 7 Sengketa Lisensi merekpun dapat terjadi apabila ada sebuah kecacatan dan pelanggaran dalam perjanjiannya. Karena perjanjian lisensi merupakan perjanjian pengalihan hak dan mengasilkan royalti yang sangat tinggi antar pihak, maka setiap pihak pun ingin mendapatkan royalti yang besar dibanding lawan pihaknya. Dengan itu timbullah penyalahgunaan Perjanjian lisensi, Perjanjian lisensi disalahagunakan pastinya untuk keperluan pribadi dan hasil royalti yang sangat menguntungkan dibandingkan dengan pihak lawaannya. Adapun bentuk-bentuk dan faktor-faktor penyebab adanya penyalahgunaan perjanjian lisensi merek adalah : 1. Salah satu pihak memutuskan perjanjian ditengah jalan. Probelem yang muncul berkaitan dengan keadaan ini adalah akan terjadi gugatan yang dilakukan oleh pihak lawan, karena pemutusan sepihak tersebut akan merugikannya, terutama jika pemutusan sepihak tersebut dilakukan oleh pemberi lisensi. 2. Ditengah perjalanan perjanjian lisensi, penerima lisensi menggunakan merek baru. Merek baru tersebut merupakan merek penerima lisensi sendiri dengan tujuan untuk ekspansi usahanya. Keberadaan merek baru 7 Effendy Hsibuan, Perlindungan Merek, Jakarta : Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003 , h. 287 yang sama bisa mengurangi penjualan produk barang atau jasa yang menggunakan merek yang dilisensikan, sehingga merugikan pemberi lisensi. 3. Sengketa yang disebabkan karena mantan penerima lisensi memproduksi barang atau jasa dengan menggunakan merek lain, namun kualitasnya sama persis dengan kualitas merek yang pernah dilisensikan. Kondisi itu akan membuat mantan pemberi lisensi selaku pemilik merek akan menderita kerugian, karena akan mengurangi jumlah penjualan produk barang atau jasanya. 8 Mengacu dengan pendapat di atas, penulis berkesimpulan untuk menabahkan beberpa bentuk dan faktor-faktor prnyebab adanya penyalahgunaan perjanjian lisensi diantaranya : 1. Penerima lisensi memproduksi barang diluar jumlah dan wilayah yang diperjanjikan. 2. Penerima lisensi tidak membayar royalti sesuai dengan perjanjian 3. Penerima lisensi tidak konsisten dalam menggunakan merek yang dilisensikan 4. Pemberi lisensi menaikan royalti secara sepihak dan tidak sesuai dengan perjanjian. 5. Pemberi lisensi merek memutus perjanjian secara sepihak tanpa pemberitahuan kepada penerima lisensi. 6. Pemberi Lisensi tidak meaksanakan kewajiban dan melanggar hak-hak penerima lisensi merek. 8 Agung Sujatmiko, “Penguatan Prinsip Berkontrak dan Itikad Baik dalam Perjanjian Lisensi Merek Terkenal”, artikel diakses pada 25 November 2011 dari Agungsujatmiko73.blogspot.com201111pengaturan-prinsip-kebebasan-berkontrak.html?m=1 7. Penerima Lisensi tidak melaksanakan kewajiban dan melanggar hak-hak pemberi lisensi merek. Selain itu, hal-hal diatas yang dapat menjadi bentuk-bentuk dan faktor penyebab adanya penyalahgunaan perjanjian lisensi, adapula beberapa hal yang menjadi masalah dalam perjanjian lisensi yaitu mengenai kualitas barang dan jasa, jangka waktu perjanjian dan royalti. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi sengketa, para pihak hendaknya membuat perjanjian secara detail. Peluang timbulnya sengketa diantara para pihak yang paling sering terjadi adalah jika salah satu pihak mengakhiri perjanjian lisensi sebelum batas waktunya berakhir. Hal lain yang juga dapat menjadi pemicu lahirnya konflik adalah masalah pengakhiran lisensi. Pengakhiran perjanjian lisensi sangat tergantung kesepakatan kedua belah pihak, bisa pula berakhir sendirinya jika jangka waktu perjanjian telah habis, atau karena jangka waktu validitas merek yang menjadi basis lisensi itu sudah berakhir. Karena itu, harus ditentukan secara tegas, termasuk kalau timbul sengketa, dengan cara bagaimana sengketa yang timbul diselesaikan. Apakah diselesaikan di pengadilan ataukah di luar pengadilan. Jika sejak awal telah diatur dengan jelas maka baik pemberi lisensi maupun penerima lisensi dapat menerima pengakhiran perjanjian lisensi dengan baik. 9 9 Agung Sujatmiko , “Perjanjian Lisensi Merek Terkenal”, Mimbar Hukum vol.22, No.2, Juni 2010, h.261. Bentuk-bentuk penyalahgunaan diatas mungkin saja dapat terjadi, dan dapat membuat perjanjian tersebut dibatalkan, artinya perjanjian tetap dianggap masih ada beserta segala akibat hukum, hak-hak dan kewajiban yang ditimbulkan perjanjian tersebut dapat dimintakan pertanggungjawabannya. 10

C. Peran dan Wewenang Dirjen HaKI Terkait Perlindungan Hukum

Penyalahgunaan Perjanjian Lisensi Merek Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual merupakan sebuah unsur pelaksana Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Hak Kekayaan Intelektual. Lembaga ini dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dalam melaksanakan tugas mempunyai fungsi: 11 1 Penyiapan perumusan kebijakan Departemen di bidang Hak Kekayaan Intelektual 2 Pelaksanaan kebijakan di bidang Hak Kekayaan Intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 3 Perumusan standar, norma, pedoman, criteria dan peraturan di bidang Hak Kekayaan Intelektual 4 Pembinaan bimbingan teknis dan evaluasi 5 Pelaksanaan urusan administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal 10 Herbert Petrus Wiro Simbolon, dkk. “Upaya Hukum Terhadap Peyalahgunaan Perjanjian Lisensi Merek ”. Vol 01, No. 03 Mei 2013, h. 3 11 Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, “Visi, Misi dan Nilai”, yang diakses tanggal 02 Maret 2015, http:www.dgip.go.idtentang-kamivisi-misi-dan-nilai-djhki.html Fungsi-fungsi di atas diadopsi dari visi, misi dan nilai Direktorat Jendral HaKI, diantara lain yang meiliki visi, menjadi institusi kekayaan intelektual berstandar internasional dan memiliki misi melayani dengan prima, memasyarakatkan kekayaan intelektual dan menjamin kepastian hukum. Serta memiliki 5 nilai antara lain integritas, kinerja terbaik dan konsistensi, pelayanan prima, teamwork serta akuntabilitas. 12 Terkait dengan hak merek, tugas dan wewenang dirjen haki dilimpahkan kepada direktorat sendiri yaitu direktorat merek. Kewenangan ini meliputi pelayanan permohonan pendaftaran merek, pelayanan pendaftaran merek, pelayanan pengalihan hak atas merek terdaftar antara lain Lisensi, hibah, waris dll, pelayanan terhadap identifikasi jenis-jenis merek antara lain merek kolektif, merek dagang, merek jasa, pelayanan indikasi geografis dan indikasi asal, pelayanan penghapusan dan pendaftaran, pelayanan administrasi merek, pelayanan mengenai biaya pendaftaran, pelayanan pengaduan sengketa merek, dan lain sebagainya yang diatur dalam undang-undang. Mengenai penyalahgunan lisensi, Direktorat Merek berwenang untuk menolak dan menerima pendaftaran lisensi yang telah diatur dalam undang-undang Merek no. 15 tahun 2001 Pasal 47 butir 1 yaitu “Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan baik langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang 12 ibid, html