8
Perjanjian Lisensi Merek yang seadil-adilnya bagi kemakmuran hajat hidup orang banyak, khususnya masyarakat Indonesia.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Pernah ada penelitian sebelumnya yang dijadikan review terdahulu oleh penulis yaitu skripsi dengan judul “Lisensi Merek dalam Dunia Usaha”yang disusun
oleh Maria Magdalena, yang telah dipertahankan dalam prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1990.
Penelitian ini fokus membahas mengenai bentuk Lisensi Merek dalam Dunia usaha. Selanjutnya buku yang disusun oleh Gunawan Widjaja dengan judul “Seri
Hukum Bisnis: Lisensi,” diterbitkan oleh PT Raja Grafindo Persada, Jakarta tahun 2001. Penelitian ini fokus terhadap konsep definisi lisensi, subjek dan objek
perjanjian lisensi serta pengaturan lisensi dalam peraturan-peraturan HaKI. Sebagai pembeda dan pembanding, penelitian yang akan penulis angkat akan
fokus mengenai bentuk-bentuk dan faktor-faktor penyebab adanya penyalahgunaan perjanjian Lisensi Merek dalam Praktik Bisnis Hak atas Kekayaan Intelktual serta
cara menyelesaikan sengketa dalam penyalahgunaan perjanjian Lisensi Merek.
E. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Sama halnya dengan hak cipta dan hak paten serta hak atas kekayaan intelektual lainnya, maka hak merek juga merupakan bagian dari hak atas intelektual.
Selain dari alasan yang telah disebutkan pada bagian awal tulisan ini, maka khusus mengenai hak merek secara eksplisit disebut sebagai benda immateril dalam
9
konsiderans UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek selanjutnya disingkat UUM 2001 bagian yang menimbang butir a, yang berbunyi, “ bahwa di era perdagangan
global, sejalan dengan konvensi-kenvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan merek menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga peranan
persaingan usaha tidak sehat.”
6
Dengan merek, produk barang atau jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya serta keterjaminannya bahwa produk itu original.
Kadangkala yang membuat suatu produk menjadi mahal bukan produknya, tetapi mereknya. Merek merupakan suatu yang ditempelkan dan dilekatkan pada suatu
produk, tetapi ia bukan produk itu sendiri. Seringkali setelah barang itu dibeli, mereknya tak dapat dinikmati oleh si pembeli. Merek mungkin hanya menimbulkan
kepuasan saja bagi pembeli, namun benda materilnya yang dapat dinikmati. Merek itu sendiri hanya benda immateril yang tak dapat memberikan apapun secara fisik.
Inilah yang membuktikan bahwa merek itu merupakan hak kekayaan immateril.
7
Sama dengan hak milik lainnya, hak merek sebagai hak kebendaan immateril juga dapat beralih dan dialihkan sebagaimana telah tertera dalam UUM tahun 2001
Bab ke V tentang Pengalihan Hak atas Merek Terdaftar pasal 40, 41 dan 42. . Ini suatu bukti bahwa UU Merek 2001 dapat mengikuti prinsip-prinsip hukum benda
yang dianut oleh seluruh dunia dalam penyusunan undang-undang mereknya. Salah
6
OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004 h. 329
7
Ibid, h. 329-330