Interaksi Pada Keluarga Poligami 1. Interaksi antara Istri Pertama dan Istri Kedua

kepada kami…pernah ketika saya perlu uang untuk membayar uang sekolah, dan pada saat itu saya meminta kepada ayah saya dan jawabannya tidak ada uang….dan yang membuat saya sangat sakit hati adalah “beberapa hari kemudian dia membeli sepeda motor yang baru…”

4.2.3.5. R. Sitepu

R Sitepu adalah seorang laki-laki yang berusia 23 tahun, mempunyai pekerjaan bertani dan tinggal di Kutarakyat. R. Sitepu adalah seorang anak yang bisa dikatakan cukup bisa menerima kenyataan walaupun ayahnya menikah lagi, mereka bahkan tinggal bersama-sama dalam satu rumah. Perilaku ayah dan ibu tirinya juga sama dengan seperti anak kandungnya sendiri, dan R. Sitepu juga menganggap ibu tirinya seperti ibu kandungnya sendiri. Namun, walaupun demikian tanggapan masyarakat terhadap dirinya juga masih negatif, seperti penuturannya berikut ini : “…teman-teman saya mengejek saya, dibilangnya ayah saya tukang kawin…dan woi anak tukang kawin…saya terkadang merasa berkecil hati dan minder…”

4.3. Interpretasi Data

4.3.1. Interaksi Pada Keluarga Poligami 4.3.1.1. Interaksi antara Istri Pertama dan Istri Kedua Pada umumnya pola interaksi dalam keluarga bersifat intim, artinya bahwa hubungan suami-istri dan anak-anak memungkinkan mereka dekat satu sama lainnya. Akan tetapi pada keluarga yang berpoligami, pola interaksi sosial antara istri pertama dengan istri kedua tidak akan dapat membina dan menciptakan hubungan yang baik di dalam pergaulan sehari-hari. Ini disebabkan beberapa faktor yaitu ketidaksetujuan mereka terhadap perkawinan poligami yang Universitas Sumatera Utara dilakukan para suami, keengganan dari masing-masing istri untuk saling membina hubungan yang baik, perasaan sakit hati dan benci terhadap wanita tersebut, tidak saling mengenal, istri pertama tidak dapat menerima kehadiran istri kedua sehingga keadaan ini yang sering menimbulkan masalah. Pada umumnya interaksi antara istri pertama dengan istri lainnya tidak begitu baik atau harmonis. Berikut penuturan istri pertama dari keluarga yang berpoligami yaitu nande Wawan br Bangun : “sejak suami saya menikah lagi, dia tinggal di tempat istri keduanya. Perhatiannya kepada anak-anak juga sudah berkurang, bahkan dia sudah tidak mau memperdulikan kami lagi. Awalnya istri kedua suami saya bekerja upahan di ladang kami dan dari situlah mereka saling mencintai. Ketika awal mereka menikah saya tidak bisa menerima kenyataan bahwa wanita tersebut telah menjadi istri suami saya. Saya sempat minder dan berniat meninggalkan kampung. Tetapi keluarga besar dari pihak suami saya mencegah saya untuk pergi”. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari ibu Supami berikut ini : “sebenarnya pertama kali saya sudah tidak setuju ketika suami saya meminta ijin kepada saya untuk menikah lagi dengan wanita lain. Tetapi kenyataannya dia justru pergi dari kampung dan menikah dengan waita lain di perantauan. Hal inilah yang membuat hatiku sakit sekali. Ketika suami saya datang membawa istri keduanya ke rumah, saya sangat marah besar dan mengusir mereka dari rumah. Hal itu kulakukan karena ternyata kedatangan suami saya untuk meminta uang yang akan digunakan untuk biaya persalinan istri keduanya”. Begitu juga dengan penuturan yang dikemukakan oleh ibu R br. Ginting mengenai ketidakharmonisannya dengan istri lain dari suaminya : “ketika saya mengetahui bahwa suami saya menikah lagi, saya sangat marah sekali. Apalagi saya tahu bahwa istri yang dinikahi suami saya tersebut adalah keponakan saya sendiri. Universitas Sumatera Utara Mereka pergi dari kampung dan melangsungkan pernikahan di kampung mertua saya. Saya sangat membenci istri kedua dari suami saya karena dia sudah mengkhianati saya. Padahal selama ini saya sudah banyak membantu dia dan anak- anaknya. Bahkan ketika dia bercerai dengan suaminya yang pertama, sayalah yang mengurus dia karena pada waktu itu dia sedang hamil tua. Saya jugalah yang membiayai biaya persalinannya”. Tetapi ada juga istri pertama dari keluarga yang berpoligami yang hubungannya harmonis dengan istri yang lain dari suaminya, seperti yang dituturkan oleh nande Arus br Ginting berikut ini : “saya benar-benar tidak pernah mempermasalahkan suami saya menikah lagi apalagi saya sudah tua dan anak-anak saya sudah besar semua dan berkeluarga. Pertama saya mengenal istri kedua suami saya, ketika dia datang untuk melayat anak kami yang pertama meninggal dunia dan kami berhubungan baik tanpa ada pertengkaran”. Hal tersebut sesuai dengan penuturan yang disampaikan oleh nande Bendahara br. Bangun berikut ini : “saya dan istri kedua dari suami saya pernah tinggal satu rumah. Hubungan kami sangat baik bahkan ketika ada kerabat kami mengadakan pesta, kami selalu bersama-sama mendatangi pesta tersebut baik itu pesta kerabat saya maupun pesta kerabat istri kedua suami saya. Bahkan ketika anak kami masing-masing menikah, kami selalu memakai kebaya yang sama. Begitu juga dengan anak-anak kami. Itu sudah menunjukkan bahwa keluarga kami dekat dan kompak.”

4.3.1.2. Interaksi antara Istri Pertama dan Suami

Pendekatan interaksi melihat keluarga sebagai unit interaksi personal, dimana ayah, ibu, dan anak-anak akan saling menjalin hubungan dalam interaksi dan komunikasi. Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antara anggotanya dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia harmonis atau tidak bahagia disharmonis pada salah seorang anggota keluarga yang selanjutnya Universitas Sumatera Utara akan berpengaruh terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga Gunarsa, 1993 : 210-211. Terjadinya perkawinan poligami dalam sebuah keluarga bisa menyebabkan terganggunya hubungan interaksi antara anggota-anggota keluarga khususnya antara suami dan istri. Poligami tidak selamanya mengakibatkan terganggunya interaksi antara anggota-anggota keluarga. Interaksi yang tetap bisa berjalan dengan baik ini disebabkan karena adanya keterbukaan dan kejujuran dari para suami sebelum melakukan poligami. Manusia tidak akan bisa bersikap adil jika memiliki dua atau lebih wanita yang dia cintai secara bersamaan. Hal ini juga tidak jarang terjadi di dalam kehidupan keluarga poligami. Berikut penuturan Supami : “semenjak suami saya menikah lagi dia tidak menafkahi kebutuhan lahir dan batiniah kami…dia juga telah jarang pulang ke rumah…keuangan pun lebih banyak diberikan kepada istri keduanya, dia lebih memperhatikan anak dari istri keduanya dibandingkan dengan anak saya…baju sepotongpun belum pernah dibelikannya kepada anak saya”. Berbeda dengan penuturan nande Bendahara br Bangun : “setelah suami saya menikah lagi dia masih menafkahi dan membiayai kebutuhan kami sehari-hari, bahkan dulu kami tinggal serumah dengan istri keduanya tetapi setelah suami saya membangun rumah untuk istri keduanya dia kemudian tinggal di rumah tersebut. Suami cukup adil dalam berpoligami karena antara saya dengan istri lainnya tidak pernah dibeda-bedakan dalam berbagai hal begitu juga kepada anak-anaknya”. Keadilan suami terhadap istri pertama dan istri keduanya juga terlihat ketika adanya pesta adat dalam keluarga ataupun pesta kerabat. Hal ini dapat ditemukan ketika mereka menghadiri pesta kerabatnya. Pada keluarga nande Bendahara boru Bangun, setiap pesta kerabat mereka suaminya selalu membawa Universitas Sumatera Utara kedua istrinya. Apalagi ketika anak mereka masing-masing melangsungkan pernikahan, pihak kerabat istri pertama dan istri kedua selalu datang menghadiri pesta tersebut. Bahkan kerabat dari kedua istrinya tersebut duduk bersamaan di jambur tempat bagi masyarakat Karo melaksanakan pesta adat. Tetapi bagi keluarga yang berpoligami lainnya, dimana kedua istrinya tidak ada suatu kecocokan maka hal tersebut di atas akan sangat sulit terjadi. Karena dalam pesta tersebut, hanya satu istrilah yang akan hadir di pesta tersebut. Hal ini terjadi pada keluarga ibu R boru Ginting yang menuturkan sebagai berikut : “saya tidak akan pernah mengijinkan istri kedua dari suami saya untuk hadir dalam pesta keluarga saya maupun pesta kerabat suami saya. Makanya ketika istri kedua dari suami saya datang melayat ayah dari suami saya, saya langsung mengusir istri kedua dari suami saya”. Dalam keluarga yang berpoligami, suami sering mengalami kesulitan ketika adanya pesta dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena suami merasa bingung harus menjalankan peran yang mana tutur yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Karena berdasarkan adat masyarakat Karo, setiap orang yang hadir di pesta tersebut mereka sudah mempunyai perannya masing-masing dalam pelaksanaan pesta tersebut. Sebagai contoh, yang dialami oleh bapak B Sitepu. Berhubung kedua istrinya masih memiliki ikatan darah, sehingga setiap adanya pelaksanaan pesta oleh kerabat salah satu istrinya maka kerabat kedua istrinya pasti akan hadir dalam pesta tersebut. Disinilah akan terlihat bahwa suami yang berpoligami tidak akan mampu bersikap adil terhadap kedua istrinya, dimana suami akan memilih salah satu peran yang harus dilaksanakan terlebih dahulu dalam pelaksanaan pesta tersebut. Universitas Sumatera Utara Berikut petikan hasil wawancara dengan informan B Sitepu : “ketika kerabat istri kedua saya mengadakan pesta, saya mengalami kesulitan pada saat itu. Karena kerabat istri pertama saya juga hadir di pesta tersebut. Dan saya mempunyai dua peran tutur dalam pesta tersebut. Baik dari pihak istri pertama, peran saya sebagai kalimbubu dan di pihak istri kedua, peran saya sebagai anak beru. Kedua peran tersebut sama pentingnya untuk saya jalankan tetapi saya harus mengutamakan peran saya sebagai anak beru karena yang mengadakan pesta adalah kerabat istri kedua saya”. Bukan hanya ketidakadilan dalam masalah kebutuhan sosial ekonomi yang terjadi pada keluarga yang berpoligami khususnya kepada istri pertamanya, tetapi juga menimbulkan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang bersifat non fisik atau beban moral. Dimana istri pertama akan mengalami tekanan batin atau mental dari omongan atau pandangan masyarakat sekitar mengenai tindakan suaminya yang melakukan poligami. Hal tersebut dialami oleh ibu R. br. Ginting, seperti yang dituturkannya berikut ini : “semenjak suami saya menikah lagi, saya menjadi sering mengalami tekanan batin karena masyarakat di kampung ini sering memperbincangkan mengenai suami saya yang melakukan poligami. Bahkan menantu saya pernah mengatakan kepada masyarakat di kampung kalau dia menyesal telah menjadi istri dari anak saya karena mertuanya memiliki dua istri.” Pernyataan di atas sejalan dengan seperti yang dikemukakan oleh nande Wawan br. Bangun berikut : “tekanan batin yang sering saya alami ketika istri kedua suami saya sering berbicara kepada masyarakat di kampung bahwa tidak lama lagi dia yang akan menempati rumah yang saya tempati sekarang ini. Padahal dulu saya ikut membangun rumah ini. Tekanan batin lainnya muncul ketika anak saya sering mempertanyakan kenapa ayah mereka tidak tinggal di rumah lagi.” Universitas Sumatera Utara Hal senada juga diungkapkan oleh informan ibu Supami mengenai perasaannya yang tertekan batin. Berikut petikan hasil wawancara dengan beliau : “melihat anak-anak saya yang masih kecil, saya sangat sedih karena mereka harus tumbuh besar tanpa ada ayahnya di samping mereka. Semenjak ayah mereka menikah lagi dan pergi dari kampung, mereka tidak pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari ayahnya sebagaimana layaknya anak kecil lainnya.” 4.3.1.3. Interaksi antara Orangtua dan Anak 4.3.1.3.1. Interaksi antara Ayah dengan Anak Hubungan yang harmonis dalam suatu keluarga apabila ada seorang ayah dan seorang ibu serta beberapa anak. Setiap anggota keluarga mempunyai peran dalam mendukung terciptanya interaksi yang harmonis dalam suatu keluarga. Apabila ada salah satu peran anggota keluarga yang berjalan tidak sesuai dengan tanggungjawabnya maka harmonisasi keluarga dalam berinteraksi akan terganggu. Pada keluarga poligami peran dari seorang ayah menjadi terbagi dua, ayah pada anak dari istri pertama dan ayah pada anak dari istri kedua. Peran seorang ayah dalam keluarga poligami sering kali tidak begitu nampak pada keluarga istri pertamanya. Hal inilah yang menyebabkan tidak berjalannya suatu harmonisasi interaksi antara seorang ayah dengan anak. Peran seorang ayah dalam keluarga poligami pada umumnya tidak terjadi suatu interaksi yang harmonis pada keluarga istri pertama, hal ini terlihat pada anak keluarga poligami di Kutarakyat seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.9 Hubungan Ayah dengan Anak No Informan Hubungan Ayah Dengan Anak Universitas Sumatera Utara Harmonis Tdk harmonis Alasan 1. Kristian Ginting √ Karena ayah saya tidak pernah adil kepada anak dari ibu saya dengan anak dari ibu tiri saya. Apabila saya meminta sesuatu kepada ayah saya, maka alasannya tidak memiliki uang, tetapi jika saudara tiri saya meminta dibelikan sesuatu pasti diberikan secara langsung. 2. Rosa br. Sitepu √ Ayah saya sangat egois…dia hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak pernah memikirkan perasaan keluarganya. Sampai sekarang saya masih malu…karena saya tidak jadi menikah gara-gara ayah saya tidak mau datang ke pesta pernikahan saya. Hal inilah yang menyebabkan kami dan keluarga mengijinkan istri keduanya datang juga ke pesta pernikahan saya. 3. Muara Sitepu √ Saya tidak mempermasalahkan ayah saya mempunyai istri lebih dari satu karena menurut saya ayah sangat adil, anak-anaknya tidak dibeda- bedakan. Kami semua anak-anaknya dekat…tidak ada perbedaan diantara kami, walaupun kami bersaudara tiri tetapi dalam kehidupan sehari-hari kami seperti saudara kandung. 4. Wawan Sitepu √ Ayah saya adalah kurang ajar…mementingkan nafsunya saja, dia tidak pernah bersikap adil karena istri dan saudara tiri saya adalah prioritas bagi dirinya tanpa memperhatikan kebutuhan akan Universitas Sumatera Utara ekonomi dan kasih sayang yang kami butuhkan dari dia. 5. R. Sitepu √ Laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu menurut pandangan saya adalah tidak baik karena seorang laki-laki tidak kan pernah bisa berbuat adil terhadap dua atau lebih wanita atau istri termasuk anak- anaknya. Hubungan saya dengan ayah saya sebelum dia menikah lagi akur dan harmonis tetapi setelah dia menikah lagi kasih sayang dan perhatiannya mulai berkurang kepada saya dan adik-adik saya. Seorang laki-laki yang mempunyai lebih dari satu orang istri tidak mudah untuk bersikap adil terhadap istri dan anak-anaknya. Apabila tidak terjadi keadilan dalam keluarga istri pertama dengan istri kedua maka akan terjadi kecemburuan antara istri dan anak-anaknya. Seorang anak akan cemburu apabila melihat saudara tirinya diberikan fasilitas atau sesuatu yang lebih dibandingkan dengan dirinya yang diberikan oleh ayahnya kepada ayahnya. Ketidakadilan inilah faktor utama yang menyebabkan tidak harmonisnya hubungan atau interaksi antara seorang ayah dengan anaknya.

4.3.1.3.2. Interaksi antara Anak dengan Ibu Tiri

Tidak harmonisnya keluarga terjadi apabila dalam keluarga antara suami dan istri bermasalah maka seluruh interaksi orang tua dan anak-anaknya juga akan berpengaruh sehingga kebahagiaan dalam keluarga akan mengalami hambatan. Dalam keluarga yang efektif, kepentingan utama terletak pada kesatuan. Apabila Universitas Sumatera Utara terdapat kesatuan maka keluarga tersebut akan terorganisasi. Runtuhnya kesatuan dapat disebabkan oleh perselisihan dalam keluarga, yang membuat hubungan sulit untuk serasi harmonis walaupun kebutuhan yang jelas dalam kesatuan formal dari kelompok mungkin tidak pernah terjadi. Ketegangan-ketegangan dapat membentuk hal yang lebih jelas lagi yaitu perpisahan atau perceraian. Anggota- anggota harus menyusun kembali untaian kekusutan kehidupan mereka dengan suasana baru dan suasana yang berlainan. Akibat dari tindakan poligami antara lain menimbulkan kecemburuan antara istri, kekhawatiran dari istri kalau suami tidak dapat berlaku bijaksana dan adil, terjadi perselisihan antara anak-anak yang berlainan ibu, dan kekurangan ekonomi. Gerungan 2002 : 57 mengatakan bahwa interaksi sosial adalahg suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, merubah, atau memperbaiki kelakuan individu lain yang membantunya, anak dilahirkan, dididik, tumbuh berkembang dan bertingkah laku dengan martabat manusia selalu membutuhkan orang lain terutama orang-orang terdekatnya. Oleh karena itu seorang anak sangat memerlukan dan membutuhkan interaksi yang terdekatnya. Di dalam keluarga inilah pertama kali seorang anak belajar berinteraksi maka dari itu keluarga sangat berpengaruh pada proses interaksi seorang anak untuk menuju interaksi yang lebih luas lagi. Interaksi antara orang tua dan anak akan terganggu karena kondisi keluarga yang penuh konflik yang menyebabkan terjadinya kedisharmonisan di dalam keluarga tersebut. Keluarga ideal tidak terlepas dari sejauhmana ia mampu menjalankan fungsi keluarga dengan baik. Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi afeksi dimana orang tua mempunyai kewajiban memberikan cinta dan Universitas Sumatera Utara kasih sayangnya untuk anak. Berjalannya fungsi-fungsi ini membawa keluarga pada penyesuaian sebagai dasar hubungan sosial yang penuh cinta kasih sehingga tercipta pola interaksi sosial yang lebih luas dan lebih baik dengan sesama anggota keluarga maupun masyarakat sekitar. Kasih sayang yang didapatkan oleh anak dari ibu tirinya berbeda dengan apa yang didapatkannya dari orang tua kandungnya.kurangnya perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh ibu tiri membuat anak benci kepada ibu tirinya, rasa cemburu dan sebagainya. Hal inilah yang terjadi umumnya pada keluarga poligami di Kutarakyat seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10 Hubungan antara Anak dengan Ibu Tiri No. Informan Harmonis Tdk harmonis Alasan 1. Kristian Ginting √ Ketika pertama kali saya bertemu dengan ibu tiri saya, saya langsung memaki-maki dia. Tetapi setelah 5 tahun kemudian ibu tiri saya menunjukkan sikap dan niat yang baik kepada semua anak tirinya. Bahkan tidak ada perbedaan antara kami dengan anak kandungnya. Saya bahkan sering tinggal beberapa hari tinggal di rumah ibu tiri saya. 2. Rosa br. Sitepu √ Saya sangat benci kepada ibu tiri saya karena sebelum suaminya meninggal dunia dia sudah selingkuh dengan ayah saya, dan belum beberapa lama suaminya meninggal dia langsung menikah dengan ayah saya. 3. Muara Sitepu √ Saya sering mengunjungi rumah ibu tiri saya, dan dia juga sering Universitas Sumatera Utara berkunjung ke rumah kami. Dia bersikap baik kepada saya dan adik- adik saya, ibu tiri saya juga menganggap kami seperti anak kandungnya. 4. Wawan Sitepu √ Saya cemburu kepada keluarga ibu tiri saya karena semua kebutuhan dan kasih sayang diberikan kepada keluarga ibu tiri saya. Dia bahkan melarang ayah mengunjungi atau datang ke rumah kami apalagi membiayai kami….

4.3.1.3.3. Interaksi antara Anak dengan Saudara Tiri

Kasih sayang dan perhatian dari orang tua sangat diperlukan oleh anak. Apabila kasih sayang dan perhatian yang diperoleh anak dari orang tuanya tidak berjalan dengan baik maka bisa menyebabkan tingkah laku anak yang menyimpang. Adanya perbedaan kasih saying dan perhatian yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya bisa menyebabkan kecemburuan oleh sesama anak. Di dalam keluarga yang ideal, yaitu terdiri dari seorang ayah, ibu, dan beberapa anak bisa saja terjadi perbedaan kasih sayang yang diberikan orang tua terhadap anak misalnya uang jajan, fasilitas, kedekatan atau keintiman, dan perhatian. Seorang anak sangat sensitif dengan perlakuan yang kurang adil yang dia terima dari orang tuanya. Ketidakadilan ini bisa menyebabkan kecemburuan, kebencian. Begitu juga dengan kasih sayang dan perhatian yang diperoleh anak dari seorang ayah yang memiliki lebih dari satu istri. Ayah yang memiliki lebih dari satu istri cenderung tidak bersikap adil terhadap anak-anaknya. Ketidakadilan Universitas Sumatera Utara ini bisa menyebabkan suatu interaksi yang kurang harmonis antara anak dengan saudara tirinya, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.11 Hubungan antara Anak dengan Saudara Tiri No. Informan Harmonis Tdk harmonis Alasan 1. Kristian Ginting √ Hubungan saya dengan saudara tiri saya seperti layaknya hubungan kakak dengan adiknya. Banyak orang salah persepsi terhadap hubungan kami karena anggapan orang saudara tiri adalah suatu hubungan yang tidak harmonis, tetapi kami tidak menghiraukan semua pendapat dan pandangan yang ditujukan kepada saya karena saya menganggap ayah sayalah yang bersalah. 2. Rosa br. Sitepu √ Ayah saya tidak memperhatikan kami lagi, dia bahkan tidak pernah datang ke rumah kami lagi. Saya sangat kecewa padanya karena semenjak dia menikah lagi, kami tidak pernah dinafkahi lagi…pernah suatu ketika saya meminta bantuan kepada ayah saya yaitu uang sekolah tetapi bukan uang yang diberikannya malah makian yang keluar dari mulutnya. 3. Muara Sitepu √ Kami semua dekat, tidak ada perbedaan diantara kami dalam kehidupan ekonomi maupun kasih sayang yang diberikan ayah kami. Saya dengan saudara tiri saya seperti saudara kandung. Universitas Sumatera Utara 4. Wawan Sitepu √ Hubungan saya dengan saudara tiri saya tidak akur, saya cemburu terhadap kasih sayang dan materi yang diberikan ayah saya kepadanya. Jika saudara tiri saya meminta sesuatu atau kebutuhan kepada ayah saya maka dengan segala usaha ayah saya akan memenuhinya, tetapi sebaliknya bagi saya…pernah saya meminta uang sekolah tetapi dibilangnya “gak ada uang”. 5. R. Sitepu √ Baik-baik saja, saya menganggap saudara tiri saya seperti adik kandung saya sendiri karena saya tau dia tidak mempunyai peran dalam terjadinya poligami yang dilakukan ayah saya. Jadi kami adalah anak dari yang sama.

4.3.2. Faktor Penyebab Terjadinya Keluarga Poligami