4.
Wawan Sitepu
√
Hubungan saya dengan saudara tiri saya tidak akur, saya cemburu
terhadap kasih sayang dan materi yang diberikan ayah saya
kepadanya. Jika saudara tiri saya meminta sesuatu atau kebutuhan
kepada ayah saya maka dengan segala usaha ayah saya akan
memenuhinya, tetapi sebaliknya bagi saya…pernah saya meminta
uang sekolah tetapi dibilangnya “gak ada uang”.
5.
R. Sitepu
√
Baik-baik saja, saya menganggap saudara tiri saya seperti adik
kandung saya sendiri karena saya tau dia tidak mempunyai peran
dalam terjadinya poligami yang dilakukan ayah saya. Jadi kami
adalah anak dari yang sama.
4.3.2. Faktor Penyebab Terjadinya Keluarga Poligami
Syarat Perkawinan bagi Masyarakat Karo Menurut Darwin Prinst 2004 : 75 ada beberapa syarat perkawinan pada masyarakat Karo, yaitu :
- Tidak berasal dari satu merga, kecuali merga Perangin-angin dan Sembiring,
- Bukan menurut adat dilarang untuk berkawin erturang bersaudara,
sipemeren, erturang impal. -
Sudah dewasa, dalam hal ini untuk mengukur kedewasaan seseorang tidak dikenal batas usia yang pasti, tetapi berdasarkan pada kemampuan untuk
bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk laki-laki, hal ini diukur dengan sudah mampu membuat peralatan rumah tangga, peralatan
Universitas Sumatera Utara
bertani, dan sudah mengetahui adat berkeluarga meteh mehuli. Sedangkan untuk perempuan hal ini diukur dengan telah akil balik, telah mengetahui adat
meteh tutur, dan sebagainya. Fungsi perkawinan bagi masyarakat Karo, yaitu :
- Melanjutkan hubungan kekeluargaan,
- Menjalin hubungan kekeluargaan apabila sebelumnya belum ada hubungan
kekeluargaan, -
Melanjutkan keturunan dengan lahirnya anak laki-laki dan perempuan, -
Menjaga kemurnian suatu keturunan, -
Menghindarkan berpindahnya harta kekayaan kepada keluarga lain, dan -
Mempertahankan atau memperluas hubungan kekeluargaan. Faktor-faktor penyebab poligami bagi masyarakat Karo menurut Darwin
Prinst 2004 : 76, yaitu : -
Tidak mendapat keturunan, Tidak adanya keturunan dalam suatu rumah tangga banyak menyebabkan
percekcokan dalam rumah tangga dan tidak jarang si suami menikah lagi. Bagi masyarakat Karo, keturunan adalah harta yang paling berharga yang ada di dunia
ini. Seperti penuturan B. Sitepu berikut ini : “…saya telah menikah selama 7 tahun dengan istri pertama saya
tetapi belum juga mempunyai keturunan darinya. Setelah berembug dengan istri dan keluarga saya, saya akhirnya diijinkan
untuk menikah dengan wanita yang lain. Setelah saya menikah dengan istri saya yang kedua, saya mempunyai keturunan dari
istri pertama saya kira-kira 1 tahun setelah saya menikah dengan istri kedua saya…”
- Tidak memperoleh keturunan laki-laki,
Universitas Sumatera Utara
Anak laki-laki adalah penerus garis keturunan bagi masyarakat yang menganut sistem kekerabatan patriarkhi termasuk juga pada masyarakat Karo.
Anak laki-laki dianggap sebagai sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap keluarga yang telah berumah tangga, karena bagi masyarakat Karo tidak mempunyai
keturunan laki-laki adalah aib bagi keluarganya. Hal tersebut sesuai dengan penuturan informan Menen Sitepu :
”awalnya saya menikah dengan istri kedua saya karena saya belum memiliki anak laki-laki dari istri pertama saya...jadi
keluarga saya mendesak agar saya menikah lagi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan anak laki-laki dari istri kedua.
Ini juga direstui oleh istri pertama karena dia mengharapkan adanya anak laki-laki ditengah-tengah keluarga kami”.
- Saling mencintai,
Rasa saling mencintai yang selama ini dipendam bisa menyebabkan terjadinya poligami, hati yang mendua pada diri laki-laki setelah menikah bisa
menimbulkan perselingkuhan dan perceraian. Rasa saling setia pada setiap diri insane manusia perlu dijaga walaupun setelah menikah kita melihat sesuatu yang
lebih dari lawan jenis kita dibandingkan dengan suami atau istri kita. Sesuatu yang lebih ini misalnya harta, kecantikan, kasih saying, perhatian, dan sebagainya.
Hal inilah yang membuat N. Sitepu mempunyai istri lebih dari satu. Berikut ini penuturan dari informan :
“setelah menikah saya mengenal wanita lain yang perhatian dan kasih sayangnya lebih besar dibandingkan dengan apa
yang diberikan oleh istri pertama saya. Hal inilah yang membuat saya suka padanya…dan saya berniat untuk
menikahinya. Mungkin bagi orang yang tidak berpoligami mereka pasti menganggap buruk tetapi bagi saya ini tidak
masalah asalkan kita mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari istri pertama”.
- Tidak adanya persesuaian dengan istri pertama,
Universitas Sumatera Utara
Tidak adanya kesesuaian pendapat antara suami dan istri bisa menyebabkan pertengkaran. Banyak hal yang diinginkan atau diidamkan dari
seorang insan manusia terhadap lawan jenisnya, misalnya kekayaan, kegantengankecantikan, sopan-santun terhadap orang tua dan sebagainya. Dalam
suatu pernikahan harus ada suatu kesesuaian keinginan dan tujuan yang sama, apabila salah satu tidak didapatkan oleh lawan jenisnya maka akan bisa
menyebabkan pertengkaran, perselingkuhan, perceraian, atau bahkan poligami. Seperti penuturan T. Ginting berikut ini :
”sejak pertama istri saya tidak menyukai keluarga saya yang mempunyai latarbelakang ekonomi yang kurang mampu.
Padahal dalam suku Karo menantu perempuan sangatlah diharapkan bisa mencintai dan mengurus ibu mertuanya di
saat sudah tua, tetapi istri pertama tidak mau memperhatikan dan menyukai keluarga saya”.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN