fungsinya dengan baik untuk merawat orang tuanya sebagai mertua. Adapun faktor lainnya yang mendorong ia melakukan pernikahan kedua karena jarak yang
memisahkannya dengan istri pertama yang tinggal di daerah Tongkoh, dan T Ginting harus tinggal di daerah Kutarakyat untuk mengelola lahan pertanian untuk
pemenuhan hidup mereka. Pria ini melakukan pernikahan kedua tanpa sepengetahuan dan campur tangan istri dan keluarga karena takut akan larangan
keluarga dan agama yang dianutnya. Hingga saat ini kedua istrinya belum pernah bertemu. T. Ginting takut akan terjadi perkelahian diantara keduanya. Untuk ke
depan T. Ginting tidak memiliki niat untuk melakukan pernikahan lagi.
4.2.2. Profil Informan Istri Keluarga Poligami 4.2.2.1. R. br Ginting
Wanita berusia 48 tahun yang memiliki 4 orang anak, menganut agama Kristen Protestan dan bekerja sebagai petani dalam pemenuhan hidupnya. R. br
Ginting mengatakan bahwa suaminya adalah pria yang tidak bertanggung jawab karena telah melakukan pernikahan kedua, tanpa seijin dan sepengetahuannya.
Walaupun suaminya telah lebih sering untuk tinggal bersamanya namun tetap ada perasaan cemburu yang mendalam. Hal ini ditunjukkan kebencian yang mendalam
dimana saat bertemu dengan istri kedua suami R. br Ginting selalu berkelahi dengannya. Berdasarkan pengalaman tersebut suami dari R. br Ginting tidak
pernah membawa istri keduanya ke rumah R. br Ginting karena pertemuan keduanya selalu dibarengi perkelahian.
Adanya pengalaman R. br Ginting tersebut, dia berupaya agar anak- anaknya tidak melakukan dan merasakan hal yang sama. R. br Ginting mencoba
Universitas Sumatera Utara
mendidik anak-anaknya dengan memberikan nasehat dan pengarahan, baik berdasarkan agama maupun moral. R. br Ginting juga mengatakan dia prihatin
atas penderitaan yang dialami wanita yang juga telah dimadu suaminya, atas dasar pengalaman yang sama. Wanita yang mengalami hal tersebut tentunya memiliki
pribadi yang lebih sensitif dan cenderung merasakan kurang diperhatikan dan kasih sayang. Walaupun suaminya memilih untuk tinggal serumah dengan istri
pertamanya. Hal ini disebabkan para istri pertama tidak mau kehilangan suaminya, dan untuk itu mereka harus memberikan perhatian yang lebih, kontrol
dan memberikan kesempatan kontrol yang lebih dalam rumah tangga maupun keuangan asalkan suami tidak pergi menemui istri keduanya atau anak dari istri
kedua.
4.2.2.2. Nd. Bendahara br Bangun
Wanita berusia 65 tahun, beragama Kristen ini menghidupi keluarganya dengan bertani. Ia adalah istri pertama yng sudah 40 tahun dipoligami. Pada
awalnya dia merasa kesal karena suaminya melakukan poligami, dimana istri kedua suaminya tinggal serumah dengannya. Kini setelah suaminya membangun
rumah untuk istri kedua, suaminya juga tinggal bersama istri keduanya tersebut. Walaupun suaminya telah melakukan poligami namun dari segi kewajiban sebagai
suami masih terpenuhi sepenuhnya bagi nande Bendahara. Hubungan mereka juga cukup akur, namun hubungan nande Bendahara dengan istri kedua suaminya
kurang harmonis bahkan di setiap pertemuan kedua belah pihak selalu dibarengi dengan perkelahian.
4.2.2.3. Nd. Wawan br. Bangun
Universitas Sumatera Utara
Nd. Wawan br. Bangun adalah seorang wanita yang berusia 40 tahun yang bekerja sebagai petani di Kuta Rakyat, dia menafkahi keempat orang anaknya
dengan penghasilan dia sendiri, sejak suaminya menikah lagi, dia adalah tulang punggung ekonomi keluarganya, sehingga di tidak sempat lagi mengurus dirinya
sendiri, seperti layaknya istri atau ibu dari anak orang lain yang berada dan bertempat tinggal di Kuta Rakyat.. awal dari pernikahan suaminya dengan istri
keduanya adalah sewaktu mereka sama-sama bekerja upahan di ladang kami, dari situlah awalnya mereka saling kenal dan mencintai….seperti pepatah orang Karo
“Katak Puru e pe, adi rusur kita tatap mejile nge pagi dung na” pepatah ini mempunyai makna seperti ini : “apabila kita melihat wanita satu orang dan dia
sering kita jumpai dan saling bercerita tentang masalah kita, maka suatu saat kita akan sayang padanya”, begitulah awal terjadinya pertumbuhan benih-benih cinta
mereka.
4.2.2.4. Nd. Arus br. Ginting
Nd. Arus br Ginting adalah nenek yang telah berusia 63 tahun, memiliki 5 orang anak dan beberapa cucu. Walaupun Nd. Arus br Ginting telah berusia 63
tahun tetapi dia masih bekerja ke ladang untuk menafkahi dirinya dan anaknya yang belum menikah. Semenjak suami dari Nd. Arus menikah lagi, dia tidak
pernah lagi balik ke rumah dan memberikan nafkah kepadanya. Pada awal dia mengetahui suaminya menikah lagi, dia begitu sangat sedih. Tetapi sekarang dia
sudah merasa biasa-biasa saja. Dia tidak mempermasalahkan lagi kalau suaminya mau kawin lagi atau tidak, karena sebelum dia menikah, dia sudah sering
meninggalkan kampung berhubung pekerjaan suaminya sebagai tabib.
4.2.2.5. Supami
Universitas Sumatera Utara
Supami adalah seorang wanita yang telah berusia 36 tahun, dimana dia bekerja dengan berjualan di warung kopi, dan telah mempunyai 2 orang anak.
Pada dasarnya, Supami tidak pernah setuju kalau suaminya menikah lagi. Kalaupun suaminya menikah lagi dengan perempuan lain, dia juga harus
membiayai kebutuhan hidupnya. Tetapi dalam kenyataannya sehari-hari suaminya tidak pernah lagi pulang ke rumah. Berikut penjelasan Supami :
“…sebenarnya saya tidak pernah setuju kalau suami saya menikah lagi, dan kalau kawin pun harus mampu membiayai
hidupku dan anakku, tetapi kenyataanya dia justru jauh dari kami….inilah yang membuat hatiku sakit sekali…”
4.2.3. Profil Informan Anak Keluarga Poligami 4.2.3.1. Kristian Ginting