4.2.1. Profil Informan Suami Keluarga Poligami 4.2.1.1. N. Sitepu
Pria berumur 45 tahun, memiliki 6 orang anak yang bekerja sebagai petani dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. N. Sitepu seorang yang penganut agama
Islam, tinggal di Kutarakyat, telah memiliki 2 orang istri yang telah melakukan pernikahan pertamanya saat berumur 24 tahun. N. Sitepu lebih sering tinggal
bersama istri kedua, hal ini juga menjadi landasan baginya untuk mengatakan bahwa ia sendiri belum dapat bersikap adil. Dia lebih memilih tinggal ditempat
istri kedua karena lebih nyaman. Hal ini telah mengakibatkan kurang akur kedua istrinya walaupun tidak pernah terjadi pertengkaran yang muncul. Walaupun
demikian N. Sitepu tidak pernah mencoba untuk membagi waktu untuk mencoba menciptakan keadilan diantara kedua istrinya. Untuk anak-anaknya sendiri tidak
pernah meminta keadilan atas tindakannya sebagai kepala rumah tangga dari dua orang istri. N. Sitepu juga mengetahui bahwa masyarakat setempat menganggap
bahwa pelaku poligami seperti dia kurang baik. Namun baginya poligami tidak ada salahnya untuk mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari yang diberikan istri
pertama.
4.2.1.2. J. Sitepu
Seorang penganut agama Islam yang memiliki 5 orang anak dari kedua istrinya. Pria berumur 53 tahun ini mempertahankan hidupnya dengan bertani. J.
Sitepu mengaku tidak memiliki niat untuk melakukan pernikahan untuk ke-3 kalinya. Pria tersebut melakukan pernikahan kedua karena merasa tidak memiliki
Universitas Sumatera Utara
kecocokan dengan istri pertama. Hal ini ditandai dengan tidak adanya persetujuan dari istri pertama saat ia melakukan pernikahan kedua. Dia tidak adil dalam
hubungan keluarga berpoligami, dan tidak pernah mencoba untuk menciptakan keadilan. Hal ini didasari pilihannya yang memilih tinggal bersama istri kedua
yang dianggap memberikan perhatian yang lebih baik padanya. Setelah pernikahan keduanya beliau sangat jarang mengunjungi rumah istri pertamanya
yang ia nikahi melalui tata cara agama dan adat.
4.2.1.3. B. Sitepu
Pria berumur 51 tahun ini memiliki 5 orang anak, yang memiliki pekerjaan sebagai petani dalam pemenuhan hidupnya. B. Sitepu merupakan penganut agama
Kristen yang memiliki 2 istri, yang menikahi istri pertamanya saat ia berumur 25 tahun. Pria ini tidak memiliki niat untuk menambah istri lagi karena keluarga yang
dibinanya saat ini kurang baik, karena ia tidak dapat berlaku adil dengan kedua istrinya. Ia menikahi istri keduanya disebabkan adanya perhatian yang diberikan si
istri saat masih gadis ketika ia berada di ladang. Pria ini tidak pernah dituntut oleh anak-anaknya untuk berlaku adil namun kedua istrinya setiap kali bertemu pasti
bertengkar. B. Sitepu menikahi istrinya baik secara adat maupun agama. Kini dia lebih sering di rumah istri pertama karena ia ingin memperbaiki hubungan yang
kurang harmonis antara dia dan anggota keluarga dari istri pertamanya.
4.2.1.4. Menen Sitepu
Pria berumur 69 tahun yang memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bertani. Pria beragama Kristen ini memiliki anak sebanyak 13 orang, memiliki 2
orang istri dan melakukan pernikahan pertamanya saat berusia 25 tahun. Dia menikahi istri keduanya atas dorongan keluarga yang didasari tidak adanya anak
Universitas Sumatera Utara
laki-laki yang dimiliki istri pertama saat ingin melakukan pernikahan istri kedua. Bahkan istri pertamanya juga ikut mendukung pernikahan kedua tersebut. Menen
Sitepu mengatakan jika dia telah bertindak dengan adil atas kedua istrinya, dengan cara ia sering berkunjung ke rumah istri pertama, karena ia kini tinggal bersama
dengan istri kedua yang telah ia bangun sebelumnya. Kedua istrinya juga tidak pernah berkelahi, anak-anaknya juga tidak pernah menuntut keadilan untuk
bertindak adil darinya. Adapun yang melatarbelakangi ia memilih tinggal bersama istri kedua karena anak laki-lakinya telah menikah dan tinggal bersama istri
pertama. Bagi masyarakat Karo dilarang seorang menantu perempuan untuk berbicara dengan mertua pria. Awal saat memiliki 2 istri Menen Sitepu tinggal
satu rumah dengan anak-anak dan kedua istrinya, dan sampai saat ini hubungan keluarganya sangat harmonis. Hal inilah yang menjadi landasan baginya
menyayangkan pria lain di daerah tersebut yang melakukan pernikahan poligami yang tidak dapat bertindak adil.
4.2.1.5. T. Ginting
Pria berusia 41 tahun ini memiliki 5 orang, beragama Kristen dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bertani. Dia melakukan pernikahan
pertama saat berusia 26 tahun. Pria ini memiliki 3 orang istri namun 1 orang diantaranya telah meninggal. T. Ginting mengatakan bahwa keluarga yang dia
bina kurang harmonis, hal ini dikarenakan istri keduanya selalu memarahi dan melarang jika ia sering mengunjungi istri pertamanya. Seharusnya upaya inilah
yang harusnya mewujudkan keluarga berpoligami yang adil dan harmonis. Dia melakukan pernikahan kedua dikarenakan istri pertama kurang dekat dengan
keluarganya, baik adik maupun ayah dan ibu. Dimana istrinya tidak melakukan
Universitas Sumatera Utara
fungsinya dengan baik untuk merawat orang tuanya sebagai mertua. Adapun faktor lainnya yang mendorong ia melakukan pernikahan kedua karena jarak yang
memisahkannya dengan istri pertama yang tinggal di daerah Tongkoh, dan T Ginting harus tinggal di daerah Kutarakyat untuk mengelola lahan pertanian untuk
pemenuhan hidup mereka. Pria ini melakukan pernikahan kedua tanpa sepengetahuan dan campur tangan istri dan keluarga karena takut akan larangan
keluarga dan agama yang dianutnya. Hingga saat ini kedua istrinya belum pernah bertemu. T. Ginting takut akan terjadi perkelahian diantara keduanya. Untuk ke
depan T. Ginting tidak memiliki niat untuk melakukan pernikahan lagi.
4.2.2. Profil Informan Istri Keluarga Poligami 4.2.2.1. R. br Ginting