Shift Share Metode Analisis Data

53 Secara umum nilai P j dan D j tidak dapat bernilai sama dengan nol, hal ini disebabkan nilai sama dengan nol menunjukan bahwa pertumbuhan total PDRB sektor pada daerah tersebut tidak mempunyai nilai atau sama dengan nol, hal ini kemungkinan terjadinya sangat kecil karena total PDRB sektor yang bernilai nol menunjukan bahwa tidak terjadi pertumbuhan pada sektor daerah tersebut dan tidak adanya penghitungan oleh pemerintah daerah mengenai distribusi sektor terhadap daerahnya. Apabila total PDRB sektor daerah tersebut bernilai negatif, hal itu menunjukan bahwa sektor pada daerah tersebut mengalami kebangkrutan. Menurut Arsyad 2010:390, kelemahan dari analisis Shift Share antara lain analisis ini hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post, masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau t+1 tidak dapat dijelaskan dengan baik, terdapat data pada periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak terungkap, analisis ini tidak handal sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya, analisis ini tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor dan tidak ada keterkaitan antar daerah. Keunggulan analisis shift share antara lain : 1 Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana. 2 Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat. 54

3. Tipologi Sektoral

Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient LQ 1 , komponen differential shift D j 0 , dan komponen proportional shift P j 0 untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen D j dan P j dalam analisis Shift Share, tipologi sektoral diharapkan dapat memperjelas dan memperkuat hasil analisis. Menurut Saerofi 2005:64, Tipologi sektoral tersebut adalah sebagai berikut: a. Tipologi I: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih cepat dibandingkan Provinsi D j rata-rata 0 meskipun di tingkat Provinsi pertumbuhannya cepat P j rata-rata 0. b. Tipologi II: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih cepat dibandingkan dengan Provinsi D j rata-rata 0 karena ditingkat Provinsi pertumbuhannya lambat P j rata-rata 0. c. Tipologi III: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan di KabupatenKota analisis pertumbuhannya lebih lambat dibanding provinsi D j rata-rata 0 karena ditingkat Provinsi pertumbuhannya cepat P j rata-rata 0. 55 d. Tipologi V: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih cepat di banding pertumbuhan di tingkat Provinsi D j rata-rata 0 padahal di Provinsi sendiri pertumbuhannya juga cepat P j rata-rata 0. e. Tipologi VI: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih cepat di banding pertumbuhan di tingkat Provinsi D j rata-rata 0 meskipun di Provinsi sendiri pertumbuhannya lambat P j rata-rata 0. f. Tipologi VII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih lambat di banding Provinsi D j rata-rata 0 meskipun di Provinsi sendiri pertumbuhannya cepat P j rata-rata 0. g. Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata- rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih lambat di banding Provinsi D j rata-rata 0 dan juga Provinsi sendiri pertumbuhannya lambat P j rata-rata 0. Berdasarkan tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa sektor ekonomi dalam Tipologi I merupakan sektor yang tingkat kepotensialanya ‖ istimewa ― untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis LQ 1. Selain itu, di ProvinsiKabupatenKota analisis pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tingkat provinsi D j 0, meskipun ditingkat Provinsi juga tumbuh dengan cepat. P j rata-rata positif. Sektor ini akan 56 mendatangkan pendapatan yang tinggi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan PDRB ProvinsiKabupatenKota analisis. Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 3.1 di bawah LQ, D j dan P j , maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa sektor ekonomi yang masuk Tipologi II adalah sektor yang tingkat kepotensialannya ‖ baik sekali ‖ untuk dikembangkan, Tipologi III ‖ baik ‖, Tipologi IV ‖ lebih dari cukup ‖, Tipologi V ‖ cukup”, Tipologi VI ‖hampir dari cukup”, Tipologi VII ‖ kurang ‖, Tipologi VIII ‖ kurang sekali ‖. Tabel 3.1 Makna Tipologi Sektor Ekonomi LQ Rata- Rata D j Rata- Rata P j Rata-Rata Tingkat Kepotensialan I LQ 1 D j P j Istimewa II LQ 1 D j P j Baik Sekali III LQ 1 D j P j Baik IV LQ 1 D j P j Lebih dari cukup V LQ 1 D j P j Cukup VI LQ 1 D j P j Hampir dari Cukup VII LQ 1 D j P j Kurang VIII LQ 1 D j P j Kurang Sekali Sumber: Saerofi 2005:65 Analisis potensi pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali dapat diketahui dengan menggunakan analisis LQ, Analisis Shift Share dan Tipologi. Seperti yang dijelaskan pada gambar 3.1 dibawah ini. Sehingga dapat diketahui sektor yang potensial untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 57

4. Model atau Teori Gravitasi

Penelitian ini menggunakan analisis gravitasi untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini digunakan untuk melihat kaitan suatu potensi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Model gravitasi dapat digunakan untuk menghitung besarnya interaksi yang terjadi antara dua wilayah. Robinson Tarigan, 2005:148 Dalam konteks penelitian ini, analisis gravitasi digunakan untuk mengidentifikasikan interaksi ekonomi atau keterkaitan antara Kota Denpasar dengan kabupaten sekitarnya. Menurut analisis ini daya tarik menarik antar pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya merupakan perbandingan terbalik antara besarnya pengaruh pusat wilayah dan kuadrat jarak antara dua wilayah. Rumus analisis gravitasi adalah sebagai berikut: T ij = k Keterangan : T ij = Daya tarik menarik antara daerah i dan j P i = Besarnya massa dari wilayah i yang menggunakan tolak ukur jumlah penduduk wilayah i P j = Besarnya massa dari wilayah j yang menggunakan tolak ukur jumlah penduduk wilayah j P i P j d b ij 58 d ij = Jarak antara wilayah i dengan wilayah j b = Konstanta yang nilainya 2 Pengukuran dari analisis ini adalah: a. Bila T ij nilainya semakin besar maka daya tarik menarik antara daerah i dan j semakin kuat dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya besar kaitannya. b. Bila T ij nilainya semakin kecil maka daya tarik menarik antara daerah i dan j semakin lemah dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya kecil kaitannya . Gambar 3.1 Bagan Kerangka Potensi Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota di Provinsi Bali Potensi Ekonomi Analisis Location Quotient LQ Analisis Shift Share Tipologi Sektoral P