Metode Pengumpulan Data Definisi Operasional Variabel Penelitian

49 perbandingan sektor yang lebih unggul bukan mencari selisih dari sektor tersebut. Beberapa kelemahan Metode LQ dalam Arsyad 2010:392 adalah : 1 Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri Nasional. 2 Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi. Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain : 1 Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung. 2 Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis untuk mengetahui trend.

2. Shift Share

Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah, membandingkannya dengan daerah yang lebih besar regionalnasional serta mempengaruhi pertumbuhan melalui jumlah output-nya. Jika output bertambah, maka daerah itu akan mengalami pertumbuhan. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang saling berhubungan satu sama lain Arsyad, 2010:390 yaitu: a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan kesempatan kerja agregat secara sektoral dibandingkan 50 dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang jadi acuan. b. Pergeseran proporsional proportional shift mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan perekonomian yang dijadikan acuan. c. Pergeseran diferensial differential shift membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah lokal dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibandingkan dengan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan. Menurut Glasson 1990:95 dalam Dini 2007:45, kedua komponen shift —yaitu Sp dan Sd— memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal: Sp merupakan akibat pengaruh unsur- unsur eksternal yang bekerja secara NasionalRegional, sedangkan Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan. Metode analisis Shift Share yang merupakan alat untuk menghitung, menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah ini diawali dengan formulasi: 51 G = Y jt - Y jo = ∑ N j +P j +D j N j = Y jo Y t Y o – Y jo P + D j = Y jt – Y t Y o Y jo P j = Σ i [Y it Y io – Y t Y o ] Y ijo D j = Σ t [ Y ijt – Y it Y io Y ijo ] = P + D j – P j Dimana: G j = Pertumbuhan PDRB Total KabupatenKota N j = Komponen Share P + D j = Komponen Net Shift P j = Proportional Shift KabupatenKota D j = Differential Shift KabupatenKota Y j = PDRB Total Kabupaten Y = PDRB Total Bali o,t = Periode awal dan Periode akhir i = Sektor pada PDRB Catatan: Simbol E tenaga kerja dalam buku asli, diganti dengan simbol Y PDRB karena data yang diteliti adalah PDRB. Jika P j 0, maka kabupatenkota analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya jika P j 0, maka kabupaten analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih lambat. Bila D j 0, maka pertumbuhan sektor i di kabupaten analisis lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di provinsi dan bila D j 0, maka 52 pertumbuhan sektor i di kabupatenkota analisis relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di provinsi. Apabila nilai P j maupun D j bernilai positif, menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan dalam perekonomian di daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya bila nilainya negatif menunjukkan bahwa sektor tersebut dalam perekonomian masih memungkinkan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap struktur perekonomian provinsi Harry W. Richardson : 1978 . Untuk sektor- sektor yang memiliki differential shift yang positif maka sektor tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Dan untuk sektor-sektor yang memiliki proportional shift positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lambat. Pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi disebut pengaruh pangsa share. Pertumbuhan atau perubahan perekonomian suatu daerah dianalisis dengan melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi terhadap variable regional sektorindustri daerahkabupaten yang diamati. Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan Provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerahkabupaten. Diharapkan bahwa apabila suatu provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi maka akan berdampak positif terhadap perekonomian daerahkabupaten. 53 Secara umum nilai P j dan D j tidak dapat bernilai sama dengan nol, hal ini disebabkan nilai sama dengan nol menunjukan bahwa pertumbuhan total PDRB sektor pada daerah tersebut tidak mempunyai nilai atau sama dengan nol, hal ini kemungkinan terjadinya sangat kecil karena total PDRB sektor yang bernilai nol menunjukan bahwa tidak terjadi pertumbuhan pada sektor daerah tersebut dan tidak adanya penghitungan oleh pemerintah daerah mengenai distribusi sektor terhadap daerahnya. Apabila total PDRB sektor daerah tersebut bernilai negatif, hal itu menunjukan bahwa sektor pada daerah tersebut mengalami kebangkrutan. Menurut Arsyad 2010:390, kelemahan dari analisis Shift Share antara lain analisis ini hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post, masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau t+1 tidak dapat dijelaskan dengan baik, terdapat data pada periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak terungkap, analisis ini tidak handal sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya, analisis ini tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor dan tidak ada keterkaitan antar daerah. Keunggulan analisis shift share antara lain : 1 Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana. 2 Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat. 54

3. Tipologi Sektoral

Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient LQ 1 , komponen differential shift D j 0 , dan komponen proportional shift P j 0 untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen D j dan P j dalam analisis Shift Share, tipologi sektoral diharapkan dapat memperjelas dan memperkuat hasil analisis. Menurut Saerofi 2005:64, Tipologi sektoral tersebut adalah sebagai berikut: a. Tipologi I: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih cepat dibandingkan Provinsi D j rata-rata 0 meskipun di tingkat Provinsi pertumbuhannya cepat P j rata-rata 0. b. Tipologi II: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih cepat dibandingkan dengan Provinsi D j rata-rata 0 karena ditingkat Provinsi pertumbuhannya lambat P j rata-rata 0. c. Tipologi III: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata 1 dan di KabupatenKota analisis pertumbuhannya lebih lambat dibanding provinsi D j rata-rata 0 karena ditingkat Provinsi pertumbuhannya cepat P j rata-rata 0. 55 d. Tipologi V: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih cepat di banding pertumbuhan di tingkat Provinsi D j rata-rata 0 padahal di Provinsi sendiri pertumbuhannya juga cepat P j rata-rata 0. e. Tipologi VI: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih cepat di banding pertumbuhan di tingkat Provinsi D j rata-rata 0 meskipun di Provinsi sendiri pertumbuhannya lambat P j rata-rata 0. f. Tipologi VII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih lambat di banding Provinsi D j rata-rata 0 meskipun di Provinsi sendiri pertumbuhannya cepat P j rata-rata 0. g. Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata- rata 1 dan pertumbuhan di KabupatenKota analisis lebih lambat di banding Provinsi D j rata-rata 0 dan juga Provinsi sendiri pertumbuhannya lambat P j rata-rata 0. Berdasarkan tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa sektor ekonomi dalam Tipologi I merupakan sektor yang tingkat kepotensialanya ‖ istimewa ― untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis LQ 1. Selain itu, di ProvinsiKabupatenKota analisis pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tingkat provinsi D j 0, meskipun ditingkat Provinsi juga tumbuh dengan cepat. P j rata-rata positif. Sektor ini akan 56 mendatangkan pendapatan yang tinggi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan PDRB ProvinsiKabupatenKota analisis. Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 3.1 di bawah LQ, D j dan P j , maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa sektor ekonomi yang masuk Tipologi II adalah sektor yang tingkat kepotensialannya ‖ baik sekali ‖ untuk dikembangkan, Tipologi III ‖ baik ‖, Tipologi IV ‖ lebih dari cukup ‖, Tipologi V ‖ cukup”, Tipologi VI ‖hampir dari cukup”, Tipologi VII ‖ kurang ‖, Tipologi VIII ‖ kurang sekali ‖. Tabel 3.1 Makna Tipologi Sektor Ekonomi LQ Rata- Rata D j Rata- Rata P j Rata-Rata Tingkat Kepotensialan I LQ 1 D j P j Istimewa II LQ 1 D j P j Baik Sekali III LQ 1 D j P j Baik IV LQ 1 D j P j Lebih dari cukup V LQ 1 D j P j Cukup VI LQ 1 D j P j Hampir dari Cukup VII LQ 1 D j P j Kurang VIII LQ 1 D j P j Kurang Sekali Sumber: Saerofi 2005:65 Analisis potensi pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali dapat diketahui dengan menggunakan analisis LQ, Analisis Shift Share dan Tipologi. Seperti yang dijelaskan pada gambar 3.1 dibawah ini. Sehingga dapat diketahui sektor yang potensial untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 57

4. Model atau Teori Gravitasi

Penelitian ini menggunakan analisis gravitasi untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini digunakan untuk melihat kaitan suatu potensi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Model gravitasi dapat digunakan untuk menghitung besarnya interaksi yang terjadi antara dua wilayah. Robinson Tarigan, 2005:148 Dalam konteks penelitian ini, analisis gravitasi digunakan untuk mengidentifikasikan interaksi ekonomi atau keterkaitan antara Kota Denpasar dengan kabupaten sekitarnya. Menurut analisis ini daya tarik menarik antar pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya merupakan perbandingan terbalik antara besarnya pengaruh pusat wilayah dan kuadrat jarak antara dua wilayah. Rumus analisis gravitasi adalah sebagai berikut: T ij = k Keterangan : T ij = Daya tarik menarik antara daerah i dan j P i = Besarnya massa dari wilayah i yang menggunakan tolak ukur jumlah penduduk wilayah i P j = Besarnya massa dari wilayah j yang menggunakan tolak ukur jumlah penduduk wilayah j P i P j d b ij 58 d ij = Jarak antara wilayah i dengan wilayah j b = Konstanta yang nilainya 2 Pengukuran dari analisis ini adalah: a. Bila T ij nilainya semakin besar maka daya tarik menarik antara daerah i dan j semakin kuat dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya besar kaitannya. b. Bila T ij nilainya semakin kecil maka daya tarik menarik antara daerah i dan j semakin lemah dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya kecil kaitannya . Gambar 3.1 Bagan Kerangka Potensi Pertumbuhan Ekonomi KabupatenKota di Provinsi Bali Potensi Ekonomi Analisis Location Quotient LQ Analisis Shift Share Tipologi Sektoral P j 0, sektor di kabkota tumbuh cepat P j 0, sektor di kabkota tumbuh lambat Di j 0, sektor tumbuh lebih cepat dari Provinsi. D j 0, sektor tumbuh lebih lambat dari Provinsi LQ1 Sektor Basis LQ1 Sektor Non Basis Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Analisis Gravitasi 59

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan. Variabel adalah atribut dari sekelompok orang atau objek penelitian yang mempunyai kriteria yang sama, Sugiyono 2005:2. Penjelasan variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Laju pertumbuhan ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku atau tidak. Laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam persen per tahun. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pembangunan daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB setiap tahunnya. 2. Pertumbuhan sektor ekonomi Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB atas dasar harga konstan ADHK tahun 2000 dan dinyatakan dalam persentase. PDRB ADHK merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam suatu waktu kurun waktu tertentu orang-orang dan perusahaan. Dinamakan bruto karena memasukkan komponen penyusutan. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu tahun dasar = 2000. 60 3. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik BPS, bila dipandang dari sudut produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produksi neto barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam satu region atau wilayah selama jangka waktu tertentu yaitu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 sembilan kelompok lapangan usaha sektor. Dalam penyajian ini PDRB dihitung berdasarkan harga tetap harga konstan, yaitu pada harga-harga barang yang berlaku di tahun dasar yang dipilih, yakni tahun dasar 2005. Perhitungan berdasarkan harga konstan ini dilakukan karena sudah dibersihkan dari unsur inflasi . 4. Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan 2002:4, Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus- putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan pengembangan sektor potensial dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengubahmenaikkan keadaan yang ada mengganti keseimbangan yang telah ada pada sektor-sektor ekonomi potensial unggul, mampu, strategis, guna meningkatkan PDRB Provinsi Bali secara umum. 5. Komponen Share Nj 61 Komponen Share Nj adalah pertambahan PDRB suatu daerah seandainya pertambahannya sama dengan pertambahan PDRB provinsi selama jangka waktu tertentu. 6. Komponen Net Shift P+D j Komponen Net Shift P+D j adalah komponen nilai untuk menunjukkan penyimpangan dari Nj dalam ekonomi regional. 7. Komponen Differential Shift Dj Komponen Differential Shift Dj adalah komponen untuk mengukur besarnya shift netto yang digunakan oleh sektor tertentu yang lebih cepat atau lebih lambat di tingkat provinsi 8. Komponen Proportional Shift Pj Komponen Proportional Shift Pj adalah komponen ysng dipakai untuk menghasilkan besarnya shift netto sebagai akibat dari PDRB daerah yang bersangkutan berubah. Komponen bernilai positif apabila daerah tersebut berspesialisasi dalam sektor yang ditingkat provinsi tumbuh dengan cepat, sebaliknya akan bernilai negatif jika berspesialisasi pada sektor yang tumbuh lambat di tingkat provinsi. 9. Penduduk BPS mendefinisikan bahwa yang dimaksud penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili 62 kurang dari 6 enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap dalam satuan jiwa. 9. Jarak Jarak adalah bobot dari suatu wilayah ke wilayah lain yang dinyatakan dalam satuan Kilo Meter Km. Jarak dalam penelitian ini adalah jarak antara Kota Denpasar dengan kabupaten lain di sekitarnya. 63 Tabel 3.2 Tabel Operasional Variabel Variabel Indikator pengukuran Data dan Sumber data Data tahun Skala Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi BPS 2005-2011 Nominal Sektor Basis dan non basis LQ Location Quatient PDRB ke sembilan kabupatenkota di Provinsi Bali ADHK 2000 menurut lapangan usaha dan PDRB Provinsi Bali ADHK 2000 menurut lapangan usaha BPS 2005-2011 Nominal Sektor Potensial LQ Location Quatient Shift Share:  Komponen Share Nj  Komponen net shift P+Dj  Differential Shift Dj  Proportional Shift Pj Tipologi Sektoral PDRB ke sembilan kabupatenkota di Provinsi Bali ADHK 2000 menurut lapangan usaha dan PDRB Provinsi Bali ADHK 2000 menurut lapangan usaha BPS 2005-2011 Nominal Daya Tarik Menarik Potensi Ekonomi Antar Daerah Analisis Model Gravitasi Jumlah penduduk kabupatenkota Provinsi Bali dan jarak antara Ibukota Provinsi Bali dengan kabupaten Km BPS 2005-2011 Nominal 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Provinsi Bali

a. Keadaan Geografi dan Demografi Provinsi Bali

Provinsi Bali secara astronomis terletak antara 8 3’40‖ – 8 5 ’48‖ Lintang Selatan dan 114 25’53‖ – 115 42’40‖ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis layaknya wilayah lain di Indonesia. Batas-batas wilayah Provinsi Bali adalah : Sebelah Utara : Laut Bali Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Selat Bali Sebelah Timur : Selat Lombok Provinsi Bali dikenal sebagai pulau dewata paradise island, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya adalah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau ini. Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km, sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Selain itu, Provinsi Bali juga terdiri dari beberapa pulau, yakni Pulau Bali sebagai pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan terletak di sekitar kaki Pulau Bali, serta Pulau Menjangan yang terletak di bagian barat Pulau Bali. BPS Provinsi Bali, 2012 65 Berdasarkan hasil Digitasi batas wilayah, Provinsi Bali memiliki luas wilayah 5.636,66 km 2 atau 0,29 dari luas Kepulauan Indonesia. Provinsi Bali terbagi atas delapan kabupaten dan satu kota yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Luas wilayah Km 2 KabupatenKota di Provinsi Bali No Kabupaten Kota Luas wilayah km 2 1. Denpasar 128 2. Badung 419 3. Jembrana 842 4. Tabanan 839 5. Buleleng 1.366 6. Klungkung 315 7. Karangasem 840 8. Gianyar 368 9. Bangli 521 Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 diolah kembali Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi, yakni Gunung Agung yang merupakan titik tertinggi di Bali setinggi 3.142 meter. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur 1.717 meter yang berlokasi di Bangli juga merupakan salah satu gunung berapi. Sekitar 30.000 tahun lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Sedangkan gunung yang tidak berapi antara lain adalah Gunung Merbuk 1.356 meter di Jembrana, Gunung Patas 1.414 meter di Buleleng, dan Gunung Seraya 1.058 meter di Karangasem, serta beberapa gunung lainnya. BPS Provinsi Bali, 2012 66 Adanya pegunungan tersebut menyebabkan daerah Bali secara geografis terbagi menjadi dua bagian yang tidak sama, yakni Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai, serta Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar 0-2 seluas 122.652 ha, lahan bergelombang 2-15 seluas 118.339 ha, lahan curam 15-40 seluas 190.486 ha, dan lahan sangat curam 40 seluas 132.189 ha. Provinsi Bali juga memiliki empat buah danau, yakni Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan, dan Danau Batur. Berbeda dengan bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai, seperti sungai Tukad Ayung 62.500 meter dan sungai- sungai lainnya. BPS Provinsi Bali, 2012 Pada konteks lain, jenis tanah yang ada di Bali sebagian besar didominasi oleh tanah Regusol dan Latasol serta sebagian kecil saja terdapat jenis tanah Alluvial, Mediteran, dan Andosol. Jenis tanah Latosol yang sangat peka terhadap erosi, tersebar di bagian barat sampai Kalopaksa, Petemon, Ringdikit, dan Pempatan. Tanah jenis ini juga terdapat di sekitar Gunung Penyu, Gunung Pintu, Gunung Juwet, dan Gunung Seraya yang secara keseluruhan meliputi 44,90 persen dari luas Pulau Bali. BPS Provinsi Bali, 2012 Jenis tanah Regusol yang sangat peka terhadap erosi terdapat di bagian timur Amlapura sampai Culik. Jenis tanah ini terdapat juga di Pantai Singarajasampai Seririt, Bubunan, Kekeran di sekitar Danau Tamblingan, Buyan, dan Beratan, sekitar Hutan Batukaru, serta sebagian kecil di Pantai 67 Selatan Desa Kusamba, Sanur, Benoa, dan Kuta. Jenis tanah ini meliputi sekitar 39,93 persen dari luas Pulau Bali. Jenis tanah Andosol yang juga peka terhadap erosi terdapat di sekitar Baturiti, Candikuning, Banyuatis, Gobleg, Pupuan, dan sebagian kelompok hutan Gunung Batukaru. Jenis tanah Mediteran yang kurang peka terhadap erosi terdapat di Jazirah Bukit Nusa Penida dan kepulauannya, Bukit Kuta, dan Prapat Agung. Jenis tanah yang juga tidak peka terhadap erosi lainnya adalah tanah Alluvial terdapat di dataran Negara, Sumber Kelampok, Manggis, dan Angantelu. Ketiga jenis tanah ini, yakni Andasol, Mediteran, dan Alluvial meliputi sekitar 15,49 persen dari luas Pulau Bali. BPS Provinsi Bali, 2012

b. Keadaan Iklim

Wilayah Bali secara umum beriklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musiman. Sebagai pulau kecil, Bali di kelilingi wilayah pesisir dengan panjang 430 km. Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada wilayah pesisir dengan mata pencaharian sebagai nelayan sejak turun-temurun dan petani rumput laut. Di wilayah rural, sebagian besar masyarakat Bali bercorak produksi sebagai petani kecil dengan pola pertanian tradisional. Corak produksi masyarakat Bali ini sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim siklus alam dan curah hujan. Karena itu, peralihan musim merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi musim kemarau atau musim hujan lebih dini, sehingga perencanaan pertanian terutama periode tanam dan jenis komoditas dapat disusun sesuai kondisi iklim aktual. BPS Provinsi Bali, 2012 68 Curah hujan tertinggi selama tahun 2011 terdapat di Kabupaten Tabanan sebanyak 4.041 mm, untuk suhu tertinggi terjadi di Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar yaitu mencapai 27,2 C.

c. Pemerintahan

1 Wilayah Administrasi Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yakni Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Kota Denpasar, serta terbagi dalam 57 kecamatan, 715 desa, dan 4.295 SLS Satuan Lingkungan Setempat. SLS adalah satuan lingkungan setingkat di bawah desa dusun. 2 Kepegawaian Berdasarkan data Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali Tahun 2011, jumlah PNS yang berada di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali telah mencapai sebanyak 7.187 orang, dengan komposisi laki-laki 4.460 orang dan perempuan 2.727 orang. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2010 sebanyak 7.243 orang laki-laki 4.570 orang dan perempuan 2.673 orang.

d. Kependudukan

1 Penduduk Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2011 tercatat jumlah penduduk di Provinsi Bali sebanyak 3.572.831 jiwa yang terdiri dari 1.791.953 jiwa 50,15 penduduk laki-laki dan