Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA
34 daerah lainnya interregional dan masih sangat kecil bila dibandingkan
dengan dampak intraregional. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ropingi 2004 dalam Jurnalnya
yang berjudul Aplikasi Analisis Shift Share Esteban-Marquillas Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali. Jurnal ini berisi efek alokasi adalah
komponen dalam shift share yang menunjukkan apakah suatu daerah terspesialisasi dengan sektor perekonomian yang ada dimana akan diperoleh
keunggulan kompetitif. Semakin besar nilai efek alokasi semakin baik pendapatan atau kesempatan kerja didistribusikan diantara sektor
perekonomian dengan keunggulan masing-masing. Berdasarkan efek alokasi tersebut terlihat bahwa sektor perekonomian
di Kabupaten Boyolali mempunyai alokasi PDRB yang baik untuk setiap sektor perekonomian yang ada. Hal ini bisa dilihat dari nilai total efek alokasi
yang bernilai positif yang berarti semakin baik PDRB didistribusikan di antara sektor-sektor yang berbeda sesuai dengan kelebihan masing-masing
sektor tersebut. Dilihat dari distribusi per sektor ternyata sektor industri pengolahan mendapatkan keuntungan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp
12.925.941,97 ribu, kedua sektor penggalian dan pertambangan sebesar Rp 1.916.219,28 ribu, ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
sebesar Rp 1.679.104,66 ribu dan kelima sektor pertanian sebesar Rp 1.404.329,40 ribu. Ternyata sektor petanian di Kabupaten Boyolali
berdasarkan nilai efek alokasi yang positif berarti sektor pertanian merupakan
35 salah satu sektor yang mempunyai potensi sebagai penyumbang pendapatan
daerah Kabupaten Boyolali. Spesialisasi sektor pertanian yang terjadi di Kabupaten Boyolali ini
disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah daerah yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor prioritasunggulan untuk menopang
pembangunan wilayah bersangkutan. Hal ini diperkuat dengan relatif masih tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Boyolali
selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 32,10 persen. Penelitian tentang potensi ekonomi sektoral pernah dilakukan oleh
Irman dan Fachrizal Bachri tahun 2001 dengan judul penelitian Analisis Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan dengan tahun
analisis dari tahun 1993-2000. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu PDRB Provinsi Sumatera Selatan dan PDRB Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Lahat dengan variabel yang dikaji total produksi yang dihasilkan dari tiap sektor dalam jutaan rupiah. Alat analisis yang
digunakan adalah Location Quotient LQ, Analisis Shift Share, Cobb Douglas dan Analisis ICOR Incremental Capital Output Ratio. Dengan
menggunakan alat analisis LQ terdapat empat sektor unggulan yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dan sektor jasa-jasa lainnya. Hasil penelitian dengan analisis shift share hanya terdapat 3 sektor potensial yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan
dan sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan hasil penelitian dengan Cobb Douglas terjadi peningkatan nilai produksi sektor
36 pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa berpengaruh positif terhadap
kesempatan kerja. Dari analisis ICOR didapatkan hasil penelitian bahwa ICOR Kabupaten Lahat secara total adalah 11,32. Dari keempat alat
analisis yang digunakan sektor ekonomi potensial Kabupaten Lahat yang harus dikembangkan adalah sektor pertanian dan sektor bangunan.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Judul Peneliti
Variabel Alat Analisis
Hasil Penelitian
A Dynamic Shift Share Analysis of
Economic Growth in West Virginia 2012
Janaranjana Herath, Tesfa
G. Gebremedhin
dan Blessing M. Maumbe
Data ketenagakerjaan
West Virginia tahun 1970-2007
Shift Share Sektor yang menjadi sektor unggulan bagi
West Virginia dalam periode 38 tahun, yaitu layanan dan keuangan asuransi dan real estat
adalah sektor yang paling kuat memberikan kontribusi 91 persen pertumbuhan pekerjaan
dari 1970 hingga 2007. Selain dua sektor, sektor perdagangan besar dan eceran dan
konstruksi menunjukkan positif pertumbuhan ekonomi. Identifikasi investasi prioritas
dalam sektor-sektor ini potensi dan pelaksanaan rencana kebijakan pembangunan
daerah komprehensif pasti akan mempercepat pertumbuhan ekonomi West
Virginia.
Dampak Integrasi Ekonomi ASEAN
terhadap Perdagangan Indonesia pada Sektor
Kendaraan Roda Empat 2011
K. Dianta Sebayang
PDB sektor kendaraan roda
empat Indonesia, Negara ASEAN
Malaysia, Filipina, Singapore
dan Thailand dan Negara non
ASEAN Amerika Serikat, Australia,
Jepang dan Korea Gravity Model dan
Ordinary Least Square OLS
1. Hasil estimasi model gravitasi mampu
menjelaskan dampak AFTA terhadap perdagangan internasional Indonesia pada
produk kendaraan roda empat.
2. Variabel PDB Indonesia dengan PDB
mitra dagang dan jarak signifikan menjelaskan arus perdagangan Indonesia
dengan mitra dagang baik Negara-negara ASEAN dan non-ASEAN, baik pada
produk kendaraan roda empat.
3. Variabel dependen AFTA dalam model
37
Selatan tahun 1991-2006
ini signifikan mempengaruhi variabel indenpenden dan variabel dependen
ASEAN signifikan dalam model SITC 781 yaitu perdagangan kendaraan roda
empat.
Pengembangan Kota Jayapura sebagai
salah satu Kawasan Strategis Andalan di
Provinsi Papua 2010
Tinus Gulua Karoba
PDRB Provinsi Papua, PDRB
Kota Jayapura dan Kerom
Klassen Tipology, Location Quotient,
Overlay, Shift Share dan Gravity Model
Kota Jayapura adalah daerah maju tertekan karena rata-rata pertumbuhan PDRB Kota
Jayapura lebih
rendah dari
rata-rata pertumbuhan PDRB Provinsi. Sektor yang
menjadi unggulan PDRB Kota Jayapura adalah
sektor keuangan
dan sektor
perdagangan. Perubahan PDRB dari tahun 2000-2009 dipengaruhi oleh komponen
pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Papua,
komponen bauran
industri, komponen
unggulan kompetitif
dan komponen pengaruh kompotitif. Sedangkan
model gravitasi menghasilkan nilai indeks tertinggi
dan memiliki
kecenderungan meningkat pada periode tahun 2004-2009
antara Kota Jayapura dan Kerom. An Analysis of The
Idustrial Development
Potential Of Malaysia: A Shift
Share Professor
Wali I. Mondal, Ph.
D 2009- 2010
Nilai tambah bruto oleh industri dalam
harga berlaku dan harga konstan
Shift Share Hasilnya industri yang paling efektif menurut
analisis tersebut adalah industri manufaktur yang menempati urutan pertama di setiap
tahunnya kecuali tahun 2004, dan perdagangan yang kedua. Sektor yang efektif
adalah sektor perdagangan. Konstruksi atau
38
bangunan adalah contoh yang sektor yang pertumbuhannya membaik atau maju. Alasan
untuk ini adalah perkembangan konstruksi di kota-kota besar di Malaysia. Di sisi yang
lain, pertanian, pemburuan, perhutanan, perikanan dan penggalian berada di tiga
peringkat terbawah.
Peranan Sektor Unggulan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat,
Pendekatan Input- Output Multiregional
2005 I Dewa Made
Darma Setiawan
PDRB Provinsi Jawa Timur,
PDRB Provinsi Bali dan PDRB
Provinsi NTB Input-Output
Multiregional 6 sektor unggulan yaitu sektor industri
makanan, minuman dan tembakau, sektor perdagangan di Provinsi Jawa Timur; sektor
hotel dan restoran, sektor peternakan di Provinsi Bali; sektor industri makanan,
minuman dan tembakau, sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi NTB. Peranan
dari sektor unggulan tersebut terbesar dari provinsi Bali dan Jawa Timur dibandingkan
dengan Provinsi NTB. Dampak dari pertumbuhan sektor unggulan masing-
masing provinsi masih kecil terhadap pertumbuhan daerah lainnya interregional
dan masih sangat kecil bila dibandingkan dengan dampak intraregional.
Analisis Shift Share Esteban-Marquillas
Pada Sektor Pertanian di Kabupaten
Boyolali 2004 Ropingi
PDRB Kabupaten Boyolali dan
Provinsi Jawa Tengah
Shift Share Esteban- Marquillas
Sektor pertanian di Kabupaten Boyolali berdasarkan nilai efek alokasi yang positif
berarti sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai potensi sebagai
penyumbang pendapatan daerah Kabupaten Boyolali. Kontribusi sektor pertanian
39
terhadap PDRB Kabupaten Boyolali selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 32.10
persen.
Analisis Potensi Sektoral Kabupaten
Lahat Provinsi Sumatera Selatan
dengan tahun analisis dari tahun 1993-2000
Irman dan Fachrizal
Bachri 2001
PDRB Provinsi Sumatera Selatan
dan PDRB Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Lahat
LQ Location Quotient , Shift Share, Cobb
Douglas dan Analisis ICOR Incremental
Capital Output Ratio 1.
Analisis LQ empat sektor unggulan yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa lainnya.
2. analisis shift share hanya terdapat 3 sektor
potensial yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
3. Cobb Douglas terjadi peningkatan nilai
produksi sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa berpengaruh positif
terhadap kesempatan kerja.
4. ICOR Kabupaten Lahat secara total adalah
11,32. Sektor ekonomi Kabupaten Lahat yang harus dikembangkan adalah sektor
pertanian dan sektor bangunan.
40
41 Perbedaan penelitian ini dari jurnal Irman dan Fachrizal Bachri
dengan judul penelitian Analisis Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan dengan tahun analisis dari tahun 1993-2000 adalah dari
tahun analisis dan daerah analisis. Persamaannya dengan penelitian ini adalah variabel yang dipakai yaitu GNP dan PDRB dan alat analisis LQ Location
Quotient. Dari jurnal I Dewa Made Darma Setiawan 2005 dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat adalah dari alat analisis nya yang menggunakan Pendekatan Input-Output Multiregional dan
variabel yang dipakai dampak pertumbuhan sektor-sektor unggulan suatu provinsi dengan provinsi tersebut intraregional dan pertumbuhan ekonomi
di provinsi lainnya interregional daerah analisis dan tahun analisis. Persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan yang terdahulu adalah
alat analisis yaitu alat analisis yang sama-sama menggunakan LQ, Shift Share, Tipologi, dan Model Gravitasi dengan menggunakan data sekunder
PDRB. Penelitian yang dilakukan oleh K. Dianta A. Sebayang dan Tinus Gulua Karoba mengacu pada teori model gravitasi untuk melihat keterkaitan
potensi ekonomi antar daerah sesuai dengan penelitian yang dilakukan untuk melihat keterkaitan potensi ekonomi Kota Denpasar dengan Kabupaten di
Bali. C.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu dengan daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama
42 di negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju
pertumbuhan pendapatan daerah yang bersangkutan sebagai upaya mencapai pembangunan daerah. Salah satu indikator mengetahui pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan daerah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan
digunakan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi daerah. Data dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah untuk
mengetahui daerah yang mempunyai kemampuan dalam menciptakan lapangan usaha atau memberikan sumbangan dari sembilan sektor ekonomi
Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana daerah yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya.
Menurut teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi kegiatan basis dan non basis. Kemudian mengetahui sektor potensial daerah
untuk dikembangkan dan interaksi daya tarik potensi ekonomi antar daerah kota dengan kabupaten.
Digunakan alat analisis seperti Location Quetiont LQ, Shift Share, tipologi sektoral dan model atau teori gravitasi. Dengan penggunaan analisis
ini untuk mengetahui potensi dari pertumbuhan ekonomi kabupatenkota di Provinsi Bali.
43
Gambar 2.1 Kerangka berpikir Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
KabupatenKota di Provinsi Bali
Teori dan Penelitian Terdahulu
Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral KabupatenKota di Provinsi Bali
PDRB Provinsi Bali PDRB 9 KabupatenKota di
Provinsi Bali
Analisis Location Quotient LQ
PDRB Analisis Shift Share
PDRB Analisis Gravitasi
keterkaitan ekonomi ekonomi
Kota dan LQ1
Sektor Basis LQ1
Sektor Non basis
Di
j
0, sektor tumbuh lebih
cepat dari Provinsi.
D
j
0, sektor tumbuh lebih
lambat dari Provinsi
P
j
0, sektor di kabkota
tumbuh cepat
P
j
0, sektor di kabkota
tumbuh lambat
Hasil dan Analisa
44