Teori Tempat Sentral Teori Interaksi Spasial

32 dependen ASEAN signifikan dalam model SITC 781 yaitu perdagangan kendaraan roda empat. Penelitian Tinus Gulua Karoba 2010 dengan judul analisis pengembangan Kota Jayapura sebagai salah satu kawasan strategis andalan di Provinsi Papua. Alat analisis yang digunakan adalah Klassen Tipology, Location Quotient, Overlay, Shift Share dan Gravity Model. Hasil penelitian yaitu Kota Jayapura adalah daerah maju tertekan karena rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Jayapura lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan PDRB Provinsi. Sektor yang menjadi unggulan PDRB Kota Jayapura adalah sektor keuangan dan sektor perdagangan. Perubahan PDRB dari tahun 2000- 2009 dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Papua, komponen bauran industri, komponen unggulan kompetitif dan komponen pengaruh kompotitif. Sedangkan model gravitasi menghasilkan nilai indeks tertinggi dan memiliki kecenderungan meningkat pada periode tahun 2004-2009 antara Kota Jayapura dan Kerom. Selanjutnya ada jurnal dari Professor Wali I. Mondal, Ph. D 2009 dengan judul An Analysis of The Idustrial Development Potential Of Malaysia: A Shift Share. Data yang digunakan adalah nilai tambah bruto oleh industri dalam harga berlaku dan harga konstan dari tahun sebelumnya yang diperoleh dari Statistical of Malaysia. Dalam jurnalnya mengeneralisasikan metode dekomposisi ini untuk setiap jenis industri dan penggunaannya untuk perbandingan. Hasilnya industri yang paling efektif menurut analisis tersebut adalah industri manufaktur yang menempati urutan pertama di setiap 33 tahunnya kecuali tahun 2004, dan perdagangan yang kedua. Sektor yang efektif adalah sektor perdagangan. Konstruksi atau bangunan adalah contoh yang sektor yang pertumbuhannya membaik atau maju. Alasan untuk ini adalah perkembangan konstruksi di kota-kota besar di Malaysia. Di sisi yang lain, pertanian, pemburuan, perhutanan, perikanan dan penggalian berada di tiga peringkat terbawah. I Dewa Made Darma Setiawan 2005 dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Pendekatan Input-Output Multiregional menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi antara daerah Jawa Timur, Bali dan NTB saling berkaitan karena letak geografis yang berdekatan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Input-Output Multiregional dengan menganalisis dampak pertumbuhan sektor-sektor unggulan suatu provinsi dengan provinsi tersebut intraregional dan pertumbuhan ekonomi di provinsi lainnya interregional. Hasil penelitiannya bahwa terdapat 6 sektor unggulan yaitu sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor perdagangan di Provinsi Jawa Timur; sektor hotel dan restoran, sektor peternakan di Provinsi Bali; sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi NTB. Peranan dari sektor unggulan tersebut terbesar dari provinsi Bali dan Jawa Timur dibandingkan dengan Provinsi NTB. Dampak dari pertumbuhan sektor unggulan masing-masing provinsi masih kecil terhadap pertumbuhan 34 daerah lainnya interregional dan masih sangat kecil bila dibandingkan dengan dampak intraregional. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ropingi 2004 dalam Jurnalnya yang berjudul Aplikasi Analisis Shift Share Esteban-Marquillas Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali. Jurnal ini berisi efek alokasi adalah komponen dalam shift share yang menunjukkan apakah suatu daerah terspesialisasi dengan sektor perekonomian yang ada dimana akan diperoleh keunggulan kompetitif. Semakin besar nilai efek alokasi semakin baik pendapatan atau kesempatan kerja didistribusikan diantara sektor perekonomian dengan keunggulan masing-masing. Berdasarkan efek alokasi tersebut terlihat bahwa sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali mempunyai alokasi PDRB yang baik untuk setiap sektor perekonomian yang ada. Hal ini bisa dilihat dari nilai total efek alokasi yang bernilai positif yang berarti semakin baik PDRB didistribusikan di antara sektor-sektor yang berbeda sesuai dengan kelebihan masing-masing sektor tersebut. Dilihat dari distribusi per sektor ternyata sektor industri pengolahan mendapatkan keuntungan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 12.925.941,97 ribu, kedua sektor penggalian dan pertambangan sebesar Rp 1.916.219,28 ribu, ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 1.679.104,66 ribu dan kelima sektor pertanian sebesar Rp 1.404.329,40 ribu. Ternyata sektor petanian di Kabupaten Boyolali berdasarkan nilai efek alokasi yang positif berarti sektor pertanian merupakan