KONFLIK SIPIL DI PANTAI GADING

diikuti oleh Parti Démocratique de Côte d’Ivoire PDCI sebagai satu-satunya partai yang berkuasa. Pada tahun 1990, pemilu diselenggarakan akibat rangkaian protes yang menentang pemerintahan Boigny. Protes tersebut terjadi akibat pemerintah saat itu mencabut subsidi sektor pertanian serta melakukan penyederhanaan anggaran 37 . Menanggapi kebijakan yang dianggap merugikan rakyat, mahasiswa dan serikat tani Pantai Gading saat itu melakukan demonstrasi untuk menuntut pemerintahan yang lebih demokratis, demonstrasi berakibat bentrokan dengan polisi 38 . Melihat demonstrasi yang semakin mengkhawatirkan, Presiden Boigny menyelenggarakan pemilihan umum yang diikuti oleh partai selain PDCI. Selain diikuti oleh PDCI sebagai partai pemerintah, Pemilu Pantai Gading juga diikuti Front Populaire Ivoirien FPI yang mengusung Laurent Gbagbo sebagai calon presiden. Meski kembali dimenangi oleh Boigny, peristiwa ini menandai kemunculan Gbagbo sebagai tokoh oposisi di Pantai Gading. Kemenangan Boigny membuatnya meneruskan masa jabatan yang telah diduduki sejak 1960. Namun, hanya tiga tahun setelah memenangi pemilu multipartai pertamanya, Felix Houphouët Boigny meninggal dunia. Pascameninggalnya Boigny, jabatan Presiden Pantai Gading dijabat oleh Henri Konan Bedié yang 37 Jennifer A. Widner, “The 1990 Elections in Côte d’Ivoire”, Journal of Option, Vol. 20 no. 1 1991, 31. 38 Global Nonviolent Action Database, “Ivorians demand switch to multiparty democracy, 1989- 1990” diunduh pada 8 Maret 2014 dari http:nvdatabase.swarthmore.educontentivorians-demand-switch- multipartydemocracy-1989-1990 sebelumnya menjabat sebagai ketua Dewan Legislatif Pantai Gading 39 . Selama memerintah, Bedié memperkenalkan konsep Ivoirité yang melarang orang yang bukan asli Pantai Gading untuk menempati posisi tinggi dalam pemerintahan Pantai Gading. Konsep Ivoirité diduga digunakan oleh Bedié untuk menjegal niat dari Alassane Ouattara, mantan perdana menteri Boigny, yang ingin maju menjadi presiden pada pemilu 1995, namun Ouattara merupakan keturunan Burkina Faso 40 . Pada pemilu yang diselenggarakan tahun 1995, Bedié yang menjadi pengganti Boigny mengikuti pemilu pertama kali. Dalam pemilihan presiden kali ini Bedié bersama Francis Wodié bersaing untuk menjadi presiden. Hasil pemilu memenangkan Bedié. Pemilu ini tidak diikuti oleh Laurent Gbagbo yang merupakan tokoh oposisi pemerintah. Tindakan ini diambil Gbagbo untuk mendukung Alassane Ouattara yang tidak dapat mengikuti pemilu akibat diskriminasi Ivoirité 41 . Dalam pemerintahan Bedié setelah pemilu 1995, Pantai Gading mengalami stagnansi ekonomi dan diskriminasi etnis akibat Ivoirité. Kondisi ini menyebabkan kelompok militer yang dipimpin oleh Jenderal Gueï melakukan kudeta atas pemerintahan Bedié dan menghapuskan Ivoirité, meski demikian Ouattara masih dilarang untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum selanjutnya karena dianggap sebagai entitas asing. Tindakan Gueï yang melarang 39 Richard C. Crook, “Winning Coalitions and Ethno-regional Politics: The Failure of Opposition in the 1990 and 1995 Elections”, African Affairs, vol. 96 no. 383 1997: 220 40 Cyril K. Dadieh, “Elections and Ethnic Violence in Côte d’Ivoire: The Unfinished Business of Succession and Democratic Transition”, African Issues. Vol. 29 no. ½ 2001:17 41 Richard C. Crook, “Winning Coalitions and Ethno-regional Politics: The Failure of Opposition in the 1990 and 1995 Elections”, 233