PENUTUP Kebijakan intervensi militer Perancis ke Pantai Gading Tahun 2011
sebelumnya menjabat sebagai ketua Dewan Legislatif Pantai Gading
39
. Selama memerintah, Bedié memperkenalkan konsep Ivoirité yang melarang orang yang
bukan asli Pantai Gading untuk menempati posisi tinggi dalam pemerintahan Pantai Gading. Konsep Ivoirité diduga digunakan oleh Bedié untuk menjegal niat
dari Alassane Ouattara, mantan perdana menteri Boigny, yang ingin maju menjadi presiden pada pemilu 1995, namun Ouattara merupakan keturunan Burkina
Faso
40
. Pada pemilu yang diselenggarakan tahun 1995, Bedié yang menjadi
pengganti Boigny mengikuti pemilu pertama kali. Dalam pemilihan presiden kali ini Bedié bersama Francis Wodié bersaing untuk menjadi presiden. Hasil pemilu
memenangkan Bedié. Pemilu ini tidak diikuti oleh Laurent Gbagbo yang merupakan tokoh oposisi pemerintah. Tindakan ini diambil Gbagbo untuk
mendukung Alassane Ouattara yang tidak dapat mengikuti pemilu akibat diskriminasi Ivoirité
41
. Dalam pemerintahan Bedié setelah pemilu 1995, Pantai Gading
mengalami stagnansi ekonomi dan diskriminasi etnis akibat Ivoirité. Kondisi ini menyebabkan kelompok militer yang dipimpin oleh Jenderal Gueï melakukan
kudeta atas pemerintahan Bedié dan menghapuskan Ivoirité, meski demikian Ouattara masih dilarang untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum
selanjutnya karena dianggap sebagai entitas asing. Tindakan Gueï yang melarang
39
Richard C. Crook, “Winning Coalitions and Ethno-regional Politics: The Failure of Opposition in the 1990 and 1995 Elections”, African Affairs, vol. 96 no. 383 1997: 220
40
Cyril K. Dadieh, “Elections and Ethnic Violence in Côte d’Ivoire: The Unfinished Business of
Succession and Democratic Transition”, African Issues. Vol. 29 no. ½ 2001:17
41
Richard C. Crook, “Winning Coalitions and Ethno-regional Politics: The Failure of Opposition in the 1990 and 1995 Elections”, 233
keikutsertaan Ouattara dalam pencalonan presiden memunculkan pandangan bahwa penghapusan Ivoirité hanya upaya untuk mengonsolidasi massa agar
terpilih menjadi Presiden Pantai Gading
42
. Pemilihan umum Pantai Gading tahun 2000, merupakan pertama kali
PDCI tidak berpartisipasi dan pemilu pertama Pantai Gading dalam pemerintahan junta militer
. Dalam pemilu ini, Gueï dan Gbagbo merupakan dua calon presiden
yang bersaing paling ketat. Meski pada akhirnya Gbagbo memenangkan pemilihan, Gueï yang merasa masih memiliki dukungan dari militer tidak mau
menyerahkan kekuasaan junta militernya kepada Laurent Gbagbo yang terpilih secara demokratis dan membubarkan Commission Electorale
43
. Tindakan Gueï memicu perlawanan yang dipimpin oleh Gbagbo dan
memaksa Gueï untuk meninggalkan Pantai Gading. Setelah Gueï meninggalkan Pantai Gading, pemerintahan dikendalikan oleh Gbagbo
44
. Dalam pemerintahan ini, politik segregasi di negara Afrika Barat ini kembali berjalan ketika Gbagbo
mengekslusifkan pemerintahan kepada kelompok non-imigran yang merupakan penduduk bagian selatan Pantai Gading dan kelompok penduduk bagian utara
yang dipandang sebagai entitas imigran tidak diikutsertakan dalam pemerintahan
45
. Pemerintahan eksklusif yang dijalankan Gbagbo memicu kekecewaan dari
kelompok militer yang mayoritas merupakan penduduk utara. Kekecewaan dari
42
Francis Akindès, “The Roots of MilitaryPolitical Crises in Côte d’Ivoire” Uppsala: Nordiska
Afrikainstitutet, 2004, 21
43
Geir Skogseth, “Côte d’Ivoire: Ethnicity, Ivoirité, and Conflict” Norway: Landinfo, 2006,16
44
Arnim Langer, “Côte d’Ivoire’s Elusive Quest for Peace” Bath : Centre for Development
Studies University of Bath, 2010, 10
45
Tom Ogwag, The Root Causes of The Conflict in Côte d’Ivoire, 5