Faktor Determinasi Politik Luar Negeri

6. Birokrasi, hal ini tertuju bagaimana proses perumusan kebijakan luar negeri dirumuskan dan bagaimana kerjasama antar elemen dalam pemerintahan dalam merumuskan kebijakan. 7. Pertimbangan etik adalah pertimbangan yang dilakukan oleh negara agar tujuan kepentingan nasional dari kebijakan luar negeri yang keluarkan tercapai. Faktor Eksternal Sistemik 1. Sistem struktur latitude of choice 2. Karakteristikstruktur ekonomi dunia 3. Tujuan dan aksi dari negara lain 4. Masalah global dan regional 5. Hukum internasional dan opini dunia Pengaruh Pengaruh Aksi Umpan balik Faktor Domestik 1. Ekonomi sosialkebutuhan kemananan 2. Karakteristik Geografi dan Topografi 3. Atribut Nasional 4. Struktur pemerintahan dan Filosofi 5. Opini publik 6. Birokrasi 7. Pertimbangan Etik Umpan Balik sumber : K. J. Holsti 1992: 272 Kepentingan dan tujuan negara Proses pembuatan kebijakan Selain faktor eksternal dan faktor domestik, terdapat faktor-faktor lain yang memengaruhi proses pembuatan kebijakan luar negeri. Persepsi dan posisi terhadap pengaruh dari perumusan kebijakan merupakan faktor lain selain faktor eksternal dan domestik dalam perumusan kebijakan luar negeri yang terkait pada elemen-elemen pembuat kebijakan luar negeri 31 . Persepsi dari pembuat kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh pandangan image terhadap situasi lingkungan yang berupa persepsi, evaluasi serta pemaknaan atas situasi yang terjadi pada lingkungan; sikap attitudes atau dapat diartikan sebagai tindakan yang muncul tentang objek, fakta atau kondisi, terkait kebijakan luar negeri ini dapat dimaknai bagaimana pembuat kebijakan menginterpretasi national interest atas situasi dan respon atas situasi yang terjadi; nilai-nilai values yang menentukan ke mana tindakan negara akan diarahkan, keyakinan beliefs yaitu pandangan pembuat kebijakan yang berasal dari dasar- dasar negara; doktrin dan ideologi doctrine and ideologies yang menghasilkan kerangka pemikiran melalui observasi pembuat kebijakan, membentuk pandangan dunia terhadap negaranya, justifikasi untuk pilihan kebijakan luar negeri, mengarahkan negara pada tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam dasar-dasar negara yang mereka tetapkan; analogi analogies yaitu pembelajaran terhadap masalah saat ini berdasarkan pengalaman suatu isu di peristiwa-peristiwa masa lalu. Selain itu, Holsti juga menyatakan kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh faktor-faktor personal seperti, pertama, keahlian pembuatan kebijakan, kedua, 31 K. J. Holsti, International Politics , 291 pembawaan karakter setiap pembuat kebijakan yang dapat memengaruhi orang lain untuk berpikiran sama dengannya, ketika bertindak dalam suatu situasi, dan ketiga, pathological traits,yaitu karakter yang menunjukkan kelemahan pembuat kebijakan ini.

3. Intervensi Militer

Intervensi mengacu pada tindakan aktor eksternal yang memenagruhi keadaan domestik suatu negara berdaulat 32 . Intervensi merupakan bentuk hard diplomacy untuk menyelesaikan konflik, terutama bagi negara yang dinilai tidak memiliki kapabilitas untuk menghentikan konflik. Intervensi sebagai instrumen resolusi konflik memiliki beberapa prinsip yaitu : impartiality atau imparsialitas adalah sikap dari intervener yang tidak melibatkan kepentingannya dalam tindakan intervensi, prinspi ini dapat juga diartikan bahwa intervener harus bersikap netral; mutuality adalah prinsip mendasar dalam tindakan intervensi, antara intervener dan negara yang harus saling membantu dalam upaya penghentian konflik; sustainability atau berkelanjutan diartikan bahwa tindakan intervensi memberikan dampak berkelanjutan serta menuju pada penghentian kekerasan dan rekonstruksi pascakonflik; complementarity atau saling melengkapi, prinsip ini bertujuan saat intervensi dilakukan oleh pasukan multinasional untuk saling membantu demi kepentingan yang lebih besar; reflexivity adalah prinsip yang membuat intervener agar mengingat tujuan intervensi dan batasan-batasan yang dimiliki; consistency 32 Joseph Nye, Understanding International Conflicts, New York: Longman, 1997, h. 134 merupakan prinsip yang menegaskan sikap konsisten dalam tindakan intervensi agar tidak terjadi standar ganda; accountability, prinsip ini mengatur hubungan antara intervener dan atas nama siapa mereka bertindak, sehingga jelas atas otoritas siapa intervensi dilakukan; dan universality atau universalitas mengingatkan bahwa intervensi merupakan tindakan lintas batas negara dan berdampak secara universal 33 .

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metodologi penelitian sosial kualitatif. Menurut Salkind, metode kualitatif adalah “social or behavioral science research that explores the prosses that underline human behavior using such exploratory techniques as interviews, surveys, case studies, and other relatively personal techniques. ” Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada penggunaan teknik-teknik personal seperti wawancara dan studi kasus 34 . Metode kualitatif didasarkan pada data-data primer dan sekunder yang didapatkan dari buku, jurnal, artikel, wawancara serta sumber-sumber lain yang memiliki kesesuaian dengan materi penelitian . Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam menganalisa kebijakan Perancis dalam intervensi militer ke Pantai Gading dilakukan dengan menggabungkan sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah 33 Oliver Ramsbotham, dkk, Contemporary Conflict Resolution Cambridge: Polity Press, 2006,h. 277-283. 34 Neil J. Salkind, Exploring Research. New Jersey: Pearson Education. 2009, 209 dari wawancara dengan staf-staf perwakilan pemerintahan Perancis dan para pakar isu terkait. Laporan resmi pemerintah juga dimasukan dalam data-data primer. Sumber data sekunder bersumber dari buku, jurnal, surat kabar, dan artikel yang terkait dengan subjek yang diteliti, baik melalui studi kepustakaan dan akses internet. Sumber sekunder berupa studi kepustakaan didapat melalui kunjungan ke Perpustakaan FISIP UIN Jakarta, Perpustakaan CSIS, Perpustakaan Kementerian Luar Negeri, Perpustakaan Kedutaan Perancis, Perputakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI dan Perpustakan Kementerian Pertahanan Penelitian ini juga merupakan analisa data kualitatif berupa penggambaran, penguraian, dan analisa fakta atau keadaan terkait kebijakan Perancis dalam intervensi militer ke Pantai Gading. Penelitian analisa kualitatif ini difokuskan pada faktor eksternal dan internal yang memengaruhi kebijakan Perancis dalam intervensi militer ke Pantai Gading tahun 2011.

G. Sistematika Penulisan BAB I

PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari penelitian. Dalam bab ini dijelaskan latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian, serta sistematika penulisan dalam penelitian.

BAB II KONFLIK SIPIL DI PANTAI GADING

Bab ini menjelaskan sejarah dan dinamika konflik yang terjadi di Pantai Gading, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan pengaruh konflik yang terjadi di Pantai Gading kepada negara lain.

BAB III KEBIJAKAN INTERVENSI MILITER PERANCIS PADA

KONFLIK DI PANTAI GADING TAHUN 2011 Bab ini menjelaskan peran dan keterlibatan Perancis di Pantai Gading, sejak masa kolonial hingga saat terjadi konflik paska pemilu tahun 2011. Dalam Bab ini juga dijelaskan sikap dan kebijakan Perancis terkait dinamika politik di Pantai Gading.

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBIJAKAN

PERANCIS DALAM INTERVENSI MILITER DI PANTAI GADING TAHUN 2010-2011 Bab ini menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan Perancis terkait intervensi militer ke Pantai Gading tahun 2011. Dalam bab ini dijelaskan faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi Intervensi militer Perancis ke Pantai Gading tahun 2011.

BAB V PENUTUP

Bab ini merangkum hasil penelitian mengenai intervensi militer Perancis ke Pantai Gading tahun 2011.