yang paling banyak berada di bumi, bahaya kebakaran biasanya melibatkan bahan bakar atau panas.Geotsch, 2008
2.2. Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran berdasarkan jenis bahan bakarnya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih
mudah, lebih cepat, dan lebih tepat pemilihan media pemadam yang digunakan untuk memadamkan kebakaran. Depnaker, 1995
Setiap jenis bahan yang mudah terbakar memiliki karakteristik yang berbeda, karena itu harus dibuat prosedur yang tepat dalam melakukan tindakan pemadaman
dan jenis media yang diterapkan harus sesuai dengan karakteristiknya, mengacu pada standar. Klasifikasi jenis kebakaran terdapat dua versi standar yang sedikit agak
berbeda. Klasifikasi jenis kebakaran menurut standar inggris yaitu LPC Loss Prevention Comittee yang sebelumnya adalah FOC Fire Office Comittee
menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi kelas A, B, C, D dan E sedang standar Amerika yaitu NFPA National Fire Prevention Assosiation, menetapkan klasifikasi
kebakaran menjadi kelas A,B,C dan D pengklasifikasian jenis kebakaran yang didasarkan menurut jenis material yang terbakar hal ini diperkuat dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. Per.04Men1980 kebakaran di klasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu:
1. Kelas A Dalam kebakaran Kelas A, bahan-bahan yang terbakar adalah: sampah, katun,
kayu dan kertas. Kelas ini memiliki ciri khusus yaitu setelah terjadi pembakaran akan
meninggalkan arang dan abu karena biasanya unsur yang terbakar adalah mengandung karbon. Pemadaman yang tepat untuk kelas ini adalah dengan
mendinginkan dan menyiramkan bahan pemadam seperti air atau soda acid, karena prinsip kerja air dalam memadamkan api adalah menyerap kalorpanas dan dapat
menembus sampai bagian dalam. 2. Kelas B
Dalam kebakaran kelas B yang terbakar adalah bahan-bahan seperti: minyak, pelumas, cat bensin, terpentin atau cairan mudah terbakar lainnya. Kelas ini terdiri
dari bahan yang mengandung hydrocarbon dari minyak bumi, aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan cair seperti: busa, uap dan kabut air, prinsip kerja
busa dalam memadamkan api adalah menutup permukaan cairan yang akan mengapung pada permukaan. Sedangkan aplikasi bahan yang cocok untuk
pemadaman gas adalah jenis bahan yang bekerja atas dasar substitusi oksigen atau memutuskan reaksi berantai yaitu sejenis :Tepung kimia kering atau Gas CO
2
”. 3. Kelas C
Dalam kebakaran kelas C, bahan yang terbakar terdapat bahan-bahan kelas A atau kelas B, tetapi didalamnya terdapat instalasi listrik yang bertegangan. Dalam hal
ini perlu diperhatikan bahwa bahan pemadam kebakarannya harus yang tidak dapat mengalirkan listrik. Cara memadamkannya ialah memutuskan aliran listrik dan
memadamkan apinya dengan pemadam kebakaran yang Non-Konduktif seperti: Gas, atau tepung kimia kering. Oksigen akan disekat oleh bahan pemadam dan panasnya
dikurangi.
4. Kelas D Kebakaran Kelas D menyangkut tepung logam yang sudah terbakar seperti:
Magnesium, seng dan lain-lain. Cara memadamkannya dengan menggunakan tepung kimia kering khusus atau dengan menutup permukaan bahan yang terbakar dengan
cara menimbun. Klasifikasi kebakaran menurut NFPA dibagi kedalam 4 kelas yaitu:
1 Kelas A yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam, misalnya kebakaran kertas, kayu, tekstil, plastik, karet, busa dan lain-lain.
2 Kelas B yaitu kebakaran cair atau gas yang mudah terbakar, misalnya kebakaran bensin, aspal, minyak oli, alkohol, gas LPG dan lain-lain.
3 Kelas C yaitu kebakaran listrik yang bertegangan. 4 Kelas D yaitu kebakaran logam, misalnya alumunium, magnesium, kalium.
2.3. Sebab-sebab terjadinya Kebakaran