Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa Keterbatasan Penelitian Sarana Proteksi Aktif Alarm Kebakaran

5.8 Rata-rata Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa

Tabel 5.13 Rata-Rata Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa NO KOMPONEN PERSENTASE TINGKAT PEMENUHAN 1 Jalan keluar 80 2 Pintu darurat 43 3 Tangga darurat 50 4 Tempat berhimpun 100 5 Lampu darurat 71,42 6 Pengendali asap 67 Rata-rata 68,57 Maka berdasarkan tabel 5.13 diatas untuk tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dengan nilai rata-rata 68,57 adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan. BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Tidak semua sarana proteksi kebakaran dapat dilakukan pengukuran sendiri oleh peneliti seperti dalam pengukuran debit air pada hidran dan kapasitas air dalam reservoir peneliti memperoleh data sekunder dari pihak hrd PT. Sentrafood Indonusa 2. Tidak dapat melakukan pengukuran kekuatan pencahayaan lampu penerangan darurat dikarenakan dapat mengganggu proses produksi. 3. Tidak dapat melakukan pengukuran waktu pergantian dari listrik utama pada lampu penerangan darurat karena dapat mengganggu proses produksi. 4. Tidak dapat melakukan pemeriksaan alarm kebakaran dikarenakan proses produksi sedang berlangsung. 6.2. Bahaya Kebakaran 6.2.1. Identifikasi Bahaya Kebakaran Pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terdapat bahan-bahan mudah terbakar yang digunakan dalam proses kerjanya seperti bahan bakar padat karton, kertas, plastik, potongan kabel, bahan cair minyak, bahan kimia cair, dan gas gas oksigen, gas acetilin serta bahan logam seperti alumunium 100 yang dapat bereaksi dengan sumber panas seperti nyala api, energi listrik, temperatur tinggi dan udara yang mengandung oksigen dapat menimbulkan api sehingga terjadi kebakaran. Berdasarkan hasil tabel 5.1 identifikasi bahaya kebakaran pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa secara umum terdapat 4 empat jenis sumber daya yang dapat menyebabkan kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dan tiap-tiap bangunan mempunyai klasifikasi bahaya kebakaran yang berbeda-beda seperti pada aliran listrik, bahan-bahan yang mudah terbakar seperti kertas, kardus, karton dan plastik yang digunakan sebagai bahan utama dalam proses produksi dan kebakaran akibat gas-gas yang digunakan seperti gas acetilin, gas oksigen. Berdasarkan hal tersebut, maka pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa terdapat 3 tiga jenis kelas kebakaran yang dapat terjadi yaitu kebakaran kelas A kebakaran akibat bahan padat kecuali logam, kebakaran kelas B kebakaran akibat bahan cair dan gas, dan kebakaran kelas C kebakaran pada listrik bertegangan tinggi. Hal tersebut sesuai dengan Permenakertrans No.04MEN1980 dalam peraturan ini kebakaran diklasifikasikan menjadi 4 empat kelas, yaitu : 1. Kelas A adalah kebakaran yang dari jenis bahan padat kecuali logam. Kebakaran kelas A ini dapat terjadi akibat panas yang datang dari luar, molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah yang terbakar, hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurangi lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda oadat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara. Kelas ini mempunyai ciri jenis kebakaran yang meninggalkan arang dan debu, unsur bahan yang terbakar biasanya mengandung karbon. 2. Kelas B adalah kebkaran dari jenis bahan cair dan gas. Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan menimbulkan kebakaran, sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat lain. Kelas ini terdiri dari unsur bahan yang mengandung hydrocarbon dari produk minyak bumi dan turunan kimianya. 3. Kelas C adalah kebakaran pada listrik bertegangan tinggi, yang mana sebenarnya kelas C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan kelas B atau kombinasi dimana ada aliran listrik, jika aliran listrik diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran kelas A atau kelas B. klasifikasi kebakaran pada kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik. 4. Kelas D adalah kebakaran dari bahan logam, pada prinsipnya semua benda dapat terbakar termasuk logam, hanya tergantung nilai titik nyalanya. Kebakaran logam memerlukan pemanasan awal yang tinggi dan akan menimbulkan temperatur yang tinggi pula.

6.2.2 Klasifikasi Kebakaran

Bangunan gedung di PT. Senntrafood Indonusa termasuk bangunan rendah dengan tingkat bahaya sedang kelompok I, karena termasuk dalam jenis bangunan pabrik komponen alat-alat listrik dan juga aktivitas pabrik dan penggudangan yang merupakan jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang sedang sehingga menjalarnya api sedang. Berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya kebakaran secara umum terdapat 4 empat jenis sumber bahaya yang dapat menyebabkan kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa dan tiap-tiap bangunan mempunyai klasifikasi bahaya kebakaran yang berbeda-beda yaitu aliran listrik, bahan-bahan mudah terbakar seperti kertas, kardus, karton, minyak dan kebakaran akibat gas-gas yang digunakan seperti gas oksigen, gas acetilin. Berdasarkan hal tersebut, maka pada PT. Sentrafood Indonusa terdapat 3 tiga jenis kelas kebakaran yang dapat terjadi yaitu kebakaran kelas A kebakaran akibat bahan padat kecuali logam, kebakaran kelas B kebakaran akibat bahan cair dan gas, dan kebakaran kelas C kebakaran pada listrik bertegangan tinggi. Pada PT. Sentrafood Indonusa terdapat bahan-bahan mudah terbakar yang digunakan dalam proses kerjanya seperti bahan bakar padat karton, kertas, plastik, potongan kabel, bahan cair minyak, bahan kimia cair, dan gas gas oksigen, gas acetilin serta bahan logam seperti alumunium yang dapat bereaksi dengan sumber panas seperti nyala api, energi listrik, temperatur tinggi dan udara yang mengandung oksigen dapat menimbulkan api sehingga terjadi kebakaran. Berdasarkan teori segitiga api, api dapat terbentuk jika terdapat keseimbangan antara 3 tiga unsur yang terdiri dari bahan bakar, oksigen dan panas. Apabila ketiga unsur tersebut berada dalam konsentrasi yang memenuhi syarat, timbullah reaksi oksidasi yang dikenal sebagai proses pembakaran. Pada PT. Sentrafood Indonusa mempunyai ketiga syarat diatas dalam proses produksinya, sehingga sangat rentan sekali untuk terjadinya kebakaran. Dinas pemadam kebakaran mengelompokkan ketiga unsur tersebut yaitu : 1. Panas : a. Sinar matahari b. Api terbuka, seperti percikan api pada proses pengelasan c.Energi mekanik seperti gesekan antara dua buah benda, benturan dua benda. d.Kompresi, seperti penempatan udara dan gas, pemipitan benda- benda padat seperti timbunan pada sampah e.Listrik elektrik seperti beban berlebih pada kabel listrik, peralatan listrik f. proses kimia. 2. Oksigen : Suatu api kebakaran bisa terjadi bila diperlukan sejumlah oksigen. Suplai oksigen dari kebanyakan kebakaran diperoleh dari lingkungan sekitarnya. 3.Bahan : Berdasarkan bentuk benda yang dapat terbakar dibagi menjadi 3 tiga golongan yaitu: benda padat, cair dan gas. Bahan bakar yang terdapat pada PT. Sentrafood Indonusa sebagai berikut : a. Padat : kertas, plastik, karton, kabel b. Cair : minyakoil, solar c. Gas : gas oksigen, gas carbondioksida. Berdasarkan teori, dua dari tiga elemen yang dibutuhkan untuk terjadinya api terdapat pada PT. Sentrafood Indonusa. Dua dari elemen tersebut diantaranya panas dan bahan bakar. Panas yang terdapat pada PT. Sentrafood Indonusa diperoleh dari mesin yang beroperasi terus-menerus saat proses produksi berlangsung yang dapat menyebabkan efek panas di PT. Sentrafood Indonusa. Elemen yang kedua yaitu bahan bakar, proses di PT. Sentrafood Indonusa memerlukan bahan bakar seperti minyak oil, solar dan lain-lain.

6.3 Sarana Proteksi Aktif

Menurut Kepmen PU No.10KPTS2000 adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman. Selain itu, sistem ini digunakan dalam melaksanakan penanggulangan awal kebakaran. Sarana proteksi aktif terdiri dari alarm kebakaran, detektor, sprinkler pemercik otomatis, alat pemadam api ringan APAR, dan hidran..

a. Alarm Kebakaran

Menurut NFPA 2002, alarm kebakaran adalah komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran. Menurut Permenaker No.02MEN1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis, instalasi alarm kebakaran otomatis sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api, dan titik panggil secara manual sserta pelengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran. Komponen alarm darurat gedung yang dirangkai dengan instalasi kabel yaitu : a. Manual call box titik panggil manual b. Alat penginderaan kebakaran fire detector c. Panel control main control panel Pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tidak terdapat almari dalam tembok yang memiliki tinggi lebih dari 2 m dan mempunyai sisi lebih dari 3 m harus dipasang detektor dan setiaplantai gedung yang secara khusus dipasang saluran pembuangan udara harus dilindungi sekurang- kurangnya 1 detektor serta setiap alarm kebakaran mempunyai gambar instalasi secara lengkap yang mencantumkan letak detector dan kelompok alarm. Hal ini dikarenakan pada area pabrik PT. Sentrafood Indonusa tidak terdapat sistem detector yang terhubung langsung dengan alarm kebakaran. Hal ini dapat merugikan perusahaan, karena jika terjadi kebakaran dalam keadaan darurat maka alarm tidak akan berbunyi sebelum ada yang menekan tombol. Selain itu, titik pemanggil manual tidak dilengkapi dengan kaca sehingga dapat membahayakan karyawan saat kebakaran terjadi. Menurut informan bahwa setiap 1 tahun sekali dilakukan pemeriksaan rutin untuk alarm darurat yang bersifat manual sehingga alarm darurat yang ada dalam kondisi baik dan siap pakai. Berdasarkan Permenaker No.02MEN1983 dan SNI-03-6574 tahun 2000, alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa mendapatkan nilai skoring 75 . Nilai skoring alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa didapatkan dari hasil penjumlahan item data yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan item data. Bila dilakukan penilaian berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi dengan ketentuan bila ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan dianggap baik dan bila dari rata- rata dianggap kurang. Maka, alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonusa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik. Sedangkan bila penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit. Kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al 2005, alarm kebakaran di area pabrik PT. Sentrafood Indonesa memiliki tingkat pemenuhan adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada sebagian kecil elemen yang tidak sesuai dengan persyaratan perundangan. Saran yang diberikan untuk pemenuhan sistem alarm kebakaran adalah titik pemanggil manual TPM dilengkapi dengan kaca yang mudah dipecahkan sehingga bisa dapat membantu jika kebakaran terjadi secara tiba-tiba.

b. Detektor