Tempat Berhimpun Lampu Darurat Sistem Pengendali Asap

injakan minimal 30 cm, tinggi pegangan dari lantai 110 cm, tinggi maksimal injakan 17,5 cm, jumlah anak tangga antar bordes minimal 8 buah dan maksimal 18 buah, permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang, ada ventilasi berupa pengendali asap dan tangga diterangi lampu minimal 10 Lux. Menurut Suma’mur 1996, Tangga darurat yaitu bagian dari suatu bangunan untuk turun atau naik dari satu dataran ke dataran lain. Tangga darurat harus terbuat dari lempengan besi yang dilengkapi dengan pegangan, permukaaan lantai tidak licin dan bebas dari barang-barang, baik pijakan maupun pada bagian bawah tangga. Persyaratan Tangga Darurat menurut SNI 03-1735 tahun 2000 dan SNI 03-1746 tahun 2000 adalah : 1. Bentuk tangga tidak spiral 2. Lebar untuk 45 penghuni minimal 110 cm 3. Lebar injakan minimal 30 cm 4. Tinggi pegangan dari lantai 110 cm 5. Tinggi maksimal injakan 17,5 cm 6. Jumlah anak tangga antar Bordes min 8 buah dan max 18 buah 7. Permukaan tangga kasar dan tidak ada penghalang 8. Ada ventilasi berupa pengendali asap.

4. Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud tempat berhimpun atau daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku. Sedangkan menurut SNI 03-6571 tahun 2001 adalah daerah pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain oleh penghalang asap kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran. Menurut SNI 03-6571 2001, persyaratan tempat berhimpun, yaitu : a. Tersedia tempat berhimpun setelah di evakuasi b. Tempat berhimpun berada pada tempat yang aman, jauh dari kemungkinan tertimpa sesuatu c. Luas minimum 0,3 m 2 per orang.

5. Lampu Darurat

Menurut SNI 03-6574 tahun 2001 lampu darurat adalah sebuah lampu yang di rancang untuk digunakan pada sistem pencahayaan darurat. Sedangkan menurut Perda DKI Jakarta No.3 tahun 1992 lampu darurat harus dapat bekerja secara otomatis bila terjadi gangguan sedangkan lampu darurat yang menggunakan baterei atau lampu jinjing dilarang dipakai sebagai sumber penerangan utama sarana jalan keluar, warna lampu kuning dan kemempuan bertahan minimal 1 jam. Persyaratan Lampu Darurat Menurut SNI 03-6574 tahun 2001 adalah : 1. Sumber listrik berasal dari genset dan baterai 2. Kemampuan baterai min 60 menit 3. Waktu peralihan min 10 detik 4. Warna lampu kuning. 5. Kemampuan bertahan minimal 1 jam 6. Penempatan genset terpisah 7. Penerangan darurat terdiri dari min.2 sumber listrik yang berbeda.

6. Sistem Pengendali Asap

Menurut Depnaker UNDP ILO 1987, ada empat metode pengendalian asap yang dapat melemahkan, yaitu: a. Melemahkan delution yaitu dengan cara memberikan ventilasi untuk memasukan udara segar dari luar dan memberi saluran asap. b. Menghabiskan exhaust yaitu dengan cara memberikan peralatan mekanis untuk mengendorkan atau menyedot asap. c. Membatasi yaitu dengan cara memasang sarana penghambat asap untuk mencegah menjalarnya asap ke suatu daerah. d. Tekanan udara yaitu tempat-tempat jalur pelarian koridor dan ruang tangga harus dijamin aman sementara dari serangan asap dan gas dengan cara memberikan tekanan udara sedikit lebih tinggi. Menurut SNI 03-6571 tahun 2001, yang dimaksud dengan sistem pengendali asap adalah pola atau sistem baik secara manual maupun otomatis dalam upaya membebaskan ruangan penyelamatan dari asap akibat kebakaran dengan penyediaan tekanan udara positif. Menurut Kepmen PU No.10 tahun 2000 ketentuan sistem pengendali asap harus: a. dipasang pada jalur penyelamatan b. pengendalian menggunakan ventilasi khusus atau mekanis untuk mengendalikan asap c. dapat dikendalikan secara otomatis maupun manual dari ruangan kontrol.

2.7. Teknik Skoring

Teknik skoring data dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemenuhan terhadap hasil observasi sarana proteksi kebakaran aktif dan sarana penyelamatan jiwa dengan melihat kesesuaian item data dengan peraturan perundangan. Penentuan tingkat pemenuhan dari hasil skoring terhadap sarana proteksi kebakaran berdasarkan nilai rata-rata pada sarana proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa dengan ketentuan menurut Arikunto 2002, nilai yang berada diatas rata-rata menunjukan kategori ”Baik” dan nilai yang lebih rendah dari rata-rata menunjukan kategori ”Kurang”. Tabel 2.7 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran Nilai Kesesuaian Keandalan 80 - 100 Sesuai persyaratan Baik B 60 - 80 Terpasang tapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai dengan persyaratan Cukup Baik C