Genus Garcinia Landasan Teori

fitofarmaka adalah sebagai berikut : 10 a Seleksi Jenis obat tradisionalobat herbal yang diutamakan untuk diteliti adalah : 10  berkhasiat untuk penyakit yang menduduki peringkat atas dalam angka kejadiannya.  berkhasiat untuk penyakit tertentu berdasarkan pengalaman  merupakan alternatif jarang untuk penyakit tertentu, seperti kanker. b Uji preklinik, terdiri atas uji toksisitas dan uji farmakodinamik Uji preklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo pada hewan uji agar dapat diketahui toksisitas dan efek farmakodinamiknya. Uji farmakodinamik pada hewan uji digunakan untuk memprediksi efek pada manusia, sedangkan uji toksisitas digunakan untuk melihat dan mengetahui keamanannya. 10 c Standarisasi sederhana, penentuan identitas dan pembuatan sediaan terstandar Bentuk sediaan obat herbal dan prosedur ekstraksi dapat mempengaruhi efek yang ditimbulkan. Ekstrak yang dihasilkan dengan jenis pelarut tertentu dapat memiliki efek terapi yang berbeda karena zat aktif yang terlarut berbeda. 10 d Uji klinik Obat tradisionalobat herbal harus dibuktikan khasiat dan keamanannya melalui uji klinik agar dapat menjadi fitofarmaka. Apabila obat tradisionalobat herbal telah terbukti aman dan berkhasiat pada uji preklinik, maka uji klinik pada manusia dapat dilakukan. 10

2.1.3 Genus Garcinia

Genus Garcinia merupakan salah satu genus dari famili Clusiaceae. Di Indonesia, pemanfaatan Garcinia secara umum masih kurang dilakukan. Jenis Garcinia yang umumnya ditanam yaitu G.mangostana L. untuk diambil buahnya. Garcinia mangostana merupakan spesies dari genus Garcinia yang banyak terdapat di Asia Tenggara. 2 6 Di daerah Sumatera Utara, salah satu jenis Garcinia yang dapat pula diambil buahnya yaitu jenis G.atroviridis. Selain itu, G.atroviridis memiliki daya tarik tersendiri yaitu saat tunas muda tumbuh bersama-sama dalam satu pohon sehingga menimbulkan dua warna daun muda yang menarik yaitu hijau muda dan merah muda. Tumbuhan Garcinia umumnya memiliki ukuran yang tidak terlalu besar. 3 Genus Garcinia memiliki struktur kayu yang keras dengan warna beragam mulai dari kuning sampai coklat kemerahan. Habitus pohon memiliki tinggi mencapai 25-33 m. Diameter batang pohon sekitar 60-100 cm dan mengecil ke arah ujung. Garcinia jarang yang berupa semak dan bentuk pohon umumnya kerucut dengan percabangan berselang-seling. Umumnya daun berwarna hijau. Bunga betina biasanya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan bunga jantan dan bunga terdapat di bagian ketiak daun. Seluruh bagian pada tumbuhan ini dapat mengeluarkan getah yang kental dan lengket berwarna putih atau kuning. 2 Berdasarkan kemotaksonomi, spesies tumbuhan dalam satu genus memiliki aktivitas kimiawi yang sama secara kualitatif dan akan berbeda secara kuantitatif. Perbedaan kuantitatif dari setiap senyawa dipengaruhi oleh ekosistem tumbuhan tersebut. Bagian tertentu pada tumbuhan seperti kulit batang dan akar juga dapat ditemukan senyawa-senyawa yang sama atau berbeda. Selain itu afinitas kimiawi dalam satu genus memiliki hubungan kekerabatan molekul yang dapat dilihat pada jalur biogenesis pembentukan senyawa-senyawa tersebut. 12 Genus Garcinia mengandung senyawa xanton yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, antibakteri, antidiabetes, antikanker dan antiinflamasi. Pada G. mangostana diketahui terdapat senyawa alfamangostin dan garcinone E yang berperan untuk menghambat proliferasi sel kanker dengan mengaktivasi enzim kaspase 3 dan 9 untuk memicu apoptosis sel kanker. Alfamangostin mampu menghambat pertumbuhan sel kanker dengan nilai IC 50 sebesar 1 µg1µL 2.44 µM. 13,14 Garcinia mangostana Linn telah diketahui menghasilkan 6 turunan xanton yaitu senyawa alfamangostin, betamangostin, gamamangostin, mangostinone, garcinone, garcinone E, dan 2-isoprenyl-1,7-dihydroxy-3-methoxyxanthone. Jenis 7 xanton yang paling berperan sebagai antikanker, antioksidan, dan mengaktifkan sistem imun tubuh yaitu alfamangostin, betamangostin, dan garcinone E. 15 Beberapa senyawa xanton dari berbagai spesies Garcinia diantaranya adalah porsaton A dari G. parvifolia; 1,4-dihidroksi-2- 3’-metilbut-2’-enil xanton dari G. polyanta Oliv; 1,7-dihidroksi- 6’,6’-dimetilpiran-2’,3’:6,5 xanton dari G. nigrolineata; 1,6-dihidroksi xanton, 1,4,5-trihidroksi xanton dari G. vieillardii. Senyawa – senyawa ini melalui penelitian bioaktivitas secara in vitro maupun in vivo telah menunjukan aktifitas sebagai antijamur, antibakteri, antikanker, antifungal, dan antimalaria. 16 Spesies lain dari Genus Garcinia yang memiliki khasiat antikanker adalah Garcinia griffithii T.Anders yang dikenal dengan nama kandis gajah. Ekstrak metanol dari kulit batang tumbuhan Garcinia griffithii T. Anders dapat menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7. Nilai IC 50 dari ekstrak metanol sebesar 68,613 μgmL. 16 Pada umumnya tumbuhan dapat menghasilkan senyawa metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer yaitu protein, lemak, asam nukleat, dan polisakarida merupakan penyusun dari makhluk hidup. Metabolit sekunder adalah senyawa yang disintesis tumbuhan untuk mempertahankan eksistensi dalam berinteraksi dengan ekosistem dan berperan pada kelangsungan hidup suatu spesies. Senyawa metabolit sekunder diantaranya adalah flavonoid, benzofenon, dan xanton. 12,17 Di habitat aslinya, Garcinia dapat dijadikan pohon tropis yang memiliki potensi sebagai tanaman hias, koleksi buah, pohon tepi jalan, reboisasi, penghijauan, atau sumber makanan bagi satwa. Walaupun tumbuhan Garcinia belum terlalu dibudidayakan oleh masyarakat, tetapi secara alami dapat beradaptasi dengan baik. 3

2.1.4 Tumbuhan Garcinia Benthami Pierre

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etil Asetat Daun Garcinia benthami Pierre dengan Metode Braine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 29 67

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum canum Sims) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

1 14 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Plantago lanceolata L. TERHADAP LARVA Artemia salina Leach. DENGAN METODE Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

0 0 14

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 1 70