3.9 Pengolahan dan Analisis Data
Melakukan pengamatan dengan menghitung persentase kematian mortalitas larva Artemia salina Leach pada tiap konsentrasi. Persen
kematian diperoleh dari hasil perkalian rasio dengan 100, yaitu larva yang mati dibagi jumlah larva awal dikali 100 untuk tiap konsentrasi.
Setelah itu, dibandingkan dengan kontrol negatif dan dilakukan analisis hasil sehingga didapatkan nilai LC
50
. Dengan menggunakan metode analisis probit manual, maka dapat mengetahui nilai probit dengan
mengkonversi nilai persen kematian larva pada tiap konsentrasi ke nilai probit dalam tabel probit.
37
Persentase kematian = Jumlah larva mati x 100 Jumlah larva total awal
Setelah mendapatkan persen kematian, lalu mencari nilai probit dari tiap kelompok hewan uji melalui tabel probit. Kemudian menentukan
log konsentrasi dan dibuat grafik dengan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log konsentrasi dengan rumus y = mX+b.
Keterangan : y adalah angka probit dan x adalah log konsentrasi. Nilai slope m dihitung dengan rumus :
∑X∑Y - n∑XY ∑X
2
- n∑X
2
Nilai Intersep b dihitung dengan rumus : ∑X∑XY -∑X
2
∑Y ∑X
2
- n∑X
2
Metode analisis dapat pula menggunakan Microsoft Office Excel dengan membuat grafik persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit
dengan log konsentrasi. Nilai LC
50
dapat dihitung dari persamaan garis lurus tersebut dengan memasukkan nilai 5 probit dari 50 kematian
hewan uji sebagai y sehingga dihasilkan x sebagai nilai log konsentrasi. Antilog nilai x tersebut merupakan nilai LC
50
.
19
LC
50
juga dapat ditentukan dengan analisis probit menggunakan SPSS 16.0 for windows.
34
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstraksi Daun
Garcinia benthami Pierre
Penelitian ini menggunakan daun Garcinia benthami Pierre. Determinasi tanaman bertujuan untuk memastikan identitas tanaman yang digunakan sehingga
dapat dihindari adanya kesalahan dalam pengambilan spesies tanaman. Daun kering kemudian diblender sehingga diperoleh serbuk halus dan dapat
mempermudah proses ekstraksi karena semakin kecil ukurannya maka semakin besar luas permukaannya.
23
Pada penelitian ini digunakan bentuk simplisia kering karena kadar air yang lebih sedikit memudahkan cairan pengekstrak masuk ke
dalam sel dan menarik zat aktif secara sempurna.
38
Metode ekstraksi yang dilakukan yaitu secara maserasi. Metode maserasi dipilih dalam penelitian ini
dikarenakan proses pengerjaannya sederhana, mudah, dan tidak dilakukan proses pemanasan untuk menghindari rusaknya senyawa.
5
Maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan pelarut dalam botol yang berwarna gelap, pada suhu kamar, dan ditempatkan pada tempat yang
terlindung cahaya untuk mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna. Metode maserasi dapat diterapkan pada simplisia dengan zat khasiat yang
tahan pemanasan atau tidak tahan pemanasan. Perendaman sampel dilakukan selama 3-5 hari, lalu diaduk sesekali agar mempercepat proses pelarutan senyawa
kimia yang terdapat dalam sampel dan dapat meratakan konsentrasi larutan.
38
Sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. Dilakukan penyaringan sampel menggunakan kertas
saring, lalu dievaporasi dengan rotary evaporator. Cairan pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Larutan
yang pekat akan terdesak keluar karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel. Hasil akhir didapatkan
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dengan larutan di dalam sel.
38
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol yang mempunyai kepolaran berbeda. Serbuk
simplisia direndam dalam n-heksana untuk menghasilkan senyawa nonpolar.
35